Pelaku pariwisata di Jawa Timur was-was menghadapi potensi cuaca ekstrem menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kekhawatiran itu muncul karena hujan deras, banjir, hingga longsor mulai terjadi di beberapa daerah.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, kondisi cuaca ekstrem ini bisa membuat calon wisatawan ragu saat merencanakan perjalanan, terutama ke kawasan wisata alam.
Misalnya saat ini, ia menyebut banyak pertanyaan yang datang dari wisatawan yang ingin ke Bromo sebab mereka khawatir apakah kawasan ini turut terdampak erupsi Semeru beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka takutnya nanti tujuannya ke Bromo terus sudah jauh-jauh ke sini terus (kawasan Bromo) ditutup gitu," ujar Dwi, Selasa (9/12/2025).
Ia menjelaskan, kabar mengenai banjir atau genangan di Malang Raya, hingga beberapa titik di Surabaya juga bisa berdampak ke wisatawan.
Situasi ini pun berdampak pada okupansi hotel, terutama di daerah yang biasanya menjadi favorit liburan Nataru.
"Ada longsor, banjir, itu bisa berpengaruh kalau belum teratasi," katanya.
Menurut Dwi, jika gangguan cuaca terus berlanjut dan belum teratasi, wisatawan bisa saja mengalihkan liburan mereka ke daerah atau provinsi lain.
Oleh karena itu, pelaku usaha perhotelan dan wisata kini memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah serta aparat keamanan.
Ia menarget, hampir seluruh hotel di Jatim nantinya akan mengalami kenaikan okupansi saat libur Nataru, terutama di daerah destinasi wisata.
"Targetnya okupansi saat libur Nataru di Jawa Timur tahun ini bisa tembus 90%," pungkas Dwi.
(auh/hil)











































