Menilik Hari Jadi Lumajang, Mengapa Tanggal 15 Desember Begitu Penting?

Menilik Hari Jadi Lumajang, Mengapa Tanggal 15 Desember Begitu Penting?

Fadya Majida Az-Zahra - detikJatim
Kamis, 04 Des 2025 22:30 WIB
Menilik Hari Jadi Lumajang, Mengapa Tanggal 15 Desember Begitu Penting?
HARI JADI KABUPATEN LUMAJANG. Foto: Gavriel Rama Evantya/detikJatim
Lumajang -

Setiap tanggal 15 Desember, Kabupaten Lumajang memperingati hari jadi atau hari ulang tahun (HUT). Tanggal ini bukan sekadar penanda waktu, melainkan tanggal krusial yang merangkum kejayaan masa lalu Lamajang hingga identitas Lumajang saat ini.

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah di wilayah selatan Provinsi Jawa Timur. Luas wilayahnya sekitar 1.790,90 kilometer persegi, yang terbagi dalam 21 kecamatan dengan 198 desa dan tujuh kelurahan.

Sebelah barat Lumajang berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Jember. Sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi warga Lumajang, peringatan hari jadi Lumajang adalah momen refleksi terhadap sejarah panjang yang menjadikan Lumajang pusat pemerintahan dan peradaban penting di Jawa Timur. Lalu, bagaimana kisah lengkapnya? Yuk, simak penjelasan lengkap dalam artikel ini, detikers!

Filosofi Nama Lumajang

Dilansir dari laman resmi Kabupaten Lumajang, nama "Lumajang" memiliki akar historis yang sangat kuat, bermula dari penyebutan Lamajang. Nama ini pertama kali tercatat dalam Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14.

ADVERTISEMENT

Secara etimologi, Lumajang sering dihubungkan dengan kata "Lama" dan "Hyang", yang berarti tempat yang tinggi atau sakral. Namun, nama Lamajang sendiri merujuk pada kawasan yang sangat strategis dan subur.

Seiring berjalannya waktu, wilayah ini lebih dikenal dengan sebutan modern Lumajang, meskipun citra historisnya sebagai pusat kekuasaan tetap melekat. Kini, Lumajang dikenal luas sebagai Kota Pisang.

Julukan Kota Pisang melekat karena kekayaan hasil perkebunan pisang, terutama pisang agung, yang menjadi komoditas unggulan daerah. Julukan ini menunjukkan pergeseran identitas dari pusat politik menjadi pusat agrikultur yang makmur.

Sejarah Lengkap Kabupaten Lumajang

Beberapa peninggalan yang menyebut tentang Lamajang adalah Prasasti Mula Malurung, Naskah Negara Kertagama, Kitab Pararaton, Kidung Harsa Wijaya, Kitab Pujangga Manik, Serat Babat Tanah Jawi, Serat Kanda, Kidung Sorandaka, Kidung Panji Wijayakrama, Kidung Ranggalawe, Prasasti Kudadu dan Prasasti Sukamerta.

Saat menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri, Lamajang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru Nusantara, untuk melakukan ritual upacara persembahyangan, serta memperdalam agama Hindu.

Dalam Kitab Tantu Pagelaran disebutkan Dewa Shiwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wishnu memindahkan puncak Gunung Mahameru di India ke atas Pulau Jawa. Puncak Gunung Mahameru tersebut sekarang dikenal sebagai Gunung Semeru, yang diyakini sebagai tempat persemayaman para dewa.

Oleh karena itu, Lamajang menjadi sentra agama Hindu, dan Pura Mandhara Giri Semeru Agung dianggap sebagai pura tertua se-Asia Tenggara. Itu terbukti dari keberadaan Arca Pada di puncak Semeru yang menjadi tempat pemujaan. Candi Gedong Putri juga diperkirakan pernah menjadi pura umat Hindu pada masa lalu.

Ketika Kerajaan Kediri runtuh dan digantikan dengan kemunculan Kerajaan Singasari, Lamajang pun masih tetap menjadi daerah yang banyak dikunjungi. Raja Singasari keempat yang bernama Ranggawuni atau lebih dikenal dengan Nararya Sminingrat meletakkan tonggak sejarah baru di Lumajang.

Dalam Prasasti Mulamalurung lempengan VII halaman a baris 1-3 disebutkan, Nararya Sminingrat menobatkan anaknya yang bernama Nararya Kirana sebagai penguasa Lamajang pada tahun 1177 Saka (1255 M).

Kerajaan Singasari kemudian runtuh pada tahun 1292 Masehi akibat Pemberontakan Jayakatwang. Saat itu, pasukan Kerajaan Singasari dikerahkan dalam ekspedisi Pamelayu untuk menghadapi serangan pasukan Mongol.

Kesempatan itu dimanfaatkan Jayakatwang untuk melakukan balas dendam dengan menyerang Kerajaan Singasari yang telah meruntuhkan Kerajaan Kediri. Dalam penyerangan tersebut, Jayakatwang dan pasukannya berhasil membunuh Raja Kertanegara.

Setelah Kerajaan Singasari runtuh, Raden Wijaya yang merupakan menantu Raja Kertanegara berhasil kabur ke arah timur. Raden Wijaya kemudian bertemu Arya Wiraraja yang saat itu menjabat Adipati Sumenep.

Raden Wijaya bersama Arya Wiraraja merencanakan siasat untuk merebut tahta kerajaan dari tangan Jayakatwang. Jika berhasil, Raden Wijaya berjanji membagi wilayah kekuasaannya dengan Arya Wiraraja.

Sesuai saran Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang untuk mengabdi kepada Kerajaan Kediri. Untuk membuktikan kesetiaan Raden Wijaya, Jayakatwang memerintah Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik.

Ketika Raden Wijaya membuka Hutan Tarik, Arya Wiraraja mengirim orang-orang Sumenep untuk membantunya melaksanakan tugas tersebut. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, seseorang dari Sumenep menemukan buah maja yang pahit. Akhirnya, Raden Wijaya menamai desa di dekat Hutan Tarik dengan nama Majapahit.

Dalam Naskah Yuan Shi dikisahkan pasukan Mongol bermaksud untuk menghukum Raja Kertanegara pada tahun 1293 Masehi. Karena Kerajaan Singasari sudah runtuh, Raden Wijaya akhirnya mengajak pasukan Mongol untuk menyerang Jayakatwang.

Dengan dibantu pasukan Raden Wijaya dan pasukan Aryawiraraja, pasukan Mongol akhirnya berhasil menghancurkan Kerajaan Kediri dan membawa Jayakatwang ke Ujung Galuh. Setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri, pasukan Raden Wijaya dan pasukan Arya Wiraraja menyerang pasukan Mongol.

Raden Wijaya lalu mendirikan Kerajaan Majapahit dan mengangkat dirinya sebagai Raja Majapahit yang pertama. Raden Wijaya pun menepati janjinya kepada Arya Wiraraja dengan memberikan separuh wilayah Kerajaan Majapahit.

Arya Wiraraja kemudian memimpin Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Keraton Kerajaan Lamajang Tigang Juru berada di Arnon. Luas wilayah Kerajaan Lamajang Tigang Juru meliputi wilayah Lamajang, Besuki, Blambangan, hingga Bali.

Selanjutnya, kemunculan Kerajaan Islam di tanah Jawa membawa pengaruh terhadap keadaan Lumajang. Seiring berjalannya waktu, Kabupaten Lumajang semakin berkembang. Kabupaten Lumajang memiliki berbagai potensi dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perindustrian, perdagangan hingga pariwisata.

Keunikan Kabupaten Lumajang

Selain jejak sejarah kerajaan yang kuat, Lumajang juga dikenal memiliki kekayaan alam dan budaya yang khas. Dari bentang alam yang didominasi pegunungan hingga tradisi masyarakat yang masih lestari, setiap sudut Lumajang menyimpan daya tarik yang menjadikannya istimewa.

1. Dikelilingi Dua Gunung Utama

Lumajang adalah kabupaten yang diapit dua gunung raksasa. Di sebelah utara terdapat Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa. Di sebelah selatan terdapat Gunung Lamongan dengan puncaknya Ranu Klakah. Posisi geografis ini membuat Lumajang kaya potensi alam, namun juga rawan bencana.

2. Keajaiban Ranu (Danau)

Lumajang dikenal sebagai "Kota Seribu Ranu". Keunikan alamnya ditandai dengan keberadaan danau-danau vulkanik yang indah, seperti Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan yang paling terkenal, Ranu Kumbolo yang berada di jalur pendakian Semeru. Danau-danau ini menjadi sumber kehidupan sekaligus daya tarik wisata utama.

3. Komoditas Unggulan Pisang Agung

Lumajang adalah produsen pisang terbesar dan dikenal memiliki jenis pisang khas, yaitu Pisang Agung yang ukurannya sangat besar dan unik. Identitas ini menjadi lambang kemakmuran agrikultur modern di tengah warisan sejarah.

Dengan latar belakang sejarah yang kaya dan keunikan alamnya, peringatan 15 Desember adalah penegasan bagi warga Lumajang untuk terus menghargai masa lalu, sekaligus membangun masa depan sebagai salah satu kabupaten terpenting di Jawa Timur.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads