Kisah pilu anak-anak dengan HIV/AIDS dipentaskan dalam panggung teater "Aira, Ijinkan Aku Menjadi Manusia" di Balai Pemuda Surabaya. Pementasan ini digarap beberapa komunitas pendamping orang dengan HIV/AIDS.
Mayoritas pemainnya pun merupakan orang dengan HIV (ODHIV) yang akhirnya bisa bersuara untuk melawan stigma dan diskriminasi lewat seni.
Teater itu menyuguhkan perjalanan Aira, seorang gadis kecil yang harus menghadapi diskriminasi sejak usia belia. Mulai terusir dari sekolah, dikucilkan warga, hingga harus pindah kota demi hidup yang lebih aman. Namun, diskriminasi itu rupanya masih melekat hingga Aira dewasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kasus HIV di Surabaya Capai 968 Orang |
Koordinator Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Suara Berdaya Surabaya Michael Yudhianto menyebut, kisah yang diangkat dalam teater itu merupakan hal yang kerap dialami anak-anak dengan HIV/AIDS di berbagai daerah.
"Cerita yang kami tampilkan ini berangkat dari kisah nyata di lingkungan sosial. Masih ada stigma diskriminasi kepada ODHIV, seperti di sekolah sampai di lingkungan pekerjaan saat dia dewasa," ujar Michael, Kamis (4/12/2025).
Michael menyebut, para pendamping ODHA/ODHIV kerap menerima cerita serupa dari lapangan. Karena itu, di momen Hari AIDS Sedunia tahun ini, mereka memilih mengangkat isu anak.
"Kami sebagai pendamping ODIV (orang dengan HIV) itu sering menemukan cerita-cerita diskriminasi itu. Dan pada momen peringatan Hari AIDS Sedunia ini kami mengangkat isu anak, karena ini yang banyak terjadi," jelasnya.
Anak dengan HIV/AIDS sendiri biasanya tidak memahami penyakit yang mereka derita, termasuk bagaimana mereka bisa tertular.
"Mereka mayoritas tertular dari orang tuanya sendiri," tuturnya.
Oleh karena itu, lewat pementasan ini, komunitas hingga para ODHA/ODHIV pun berharap publik dapat melihat langsung realita yang masih dialami mereka, terutama anak-anak sehingga bisa bersama-sama menghentikan diskriminasi.
"Kami berharap jangan pernah membeda-bedakan seseorang karena kondisi kesehatannya. Karena HIV ini tidak mudah menular," pungkas Michael.
(irb/hil)











































