Bank Sampah Samber (Sampah Berkat) di Jalan Kedondong No. 12, Kelurahan Tegalsari, Surabaya mencatat penerimaan hingga 6 ton sampah setiap bulan. Sejak berdiri pada 2017, bank sampah ini menjadi salah satu ujung tombak pengurangan sampah plastik dan sampah kering di Surabaya.
"Per bulan kurang lebih 6 ton sampah yang kami terima," ucap Machmuda (56), manajer Bank Sampah Samber kepada detikJatim, Kamis (4/12/2025).
Bank Sampah Samber beroperasi setiap hari, kecuali Minggu dan hari libur nasional. Layanan dimulai pukul 09.00-12.00 WIB, namun aktivitas bisa berlangsung hingga pukul 14.00 WIB saat volume kiriman meningkat. Jam layanan ini memudahkan masyarakat dan unit-unit bank sampah lain untuk menyetor sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank Sampah di Surabaya Foto: Anastasia Trifena |
Machmuda menyebut, keberadaan bank sampah ini bertujuan mengurangi penumpukan di TPS.
"Kalau sampah menumpuk bertahun-tahun di ruang terbuka kan bisa jadi pencemaran. Jadi dengan adanya bank sampah ini bisa membantu mengurangi sampah kering yang lari ke TPS," lanjutnya.
Bank Sampah di Surabaya Foto: Anastasia Trifena |
Setiap pagi, ibu-ibu setempat sudah berkumpul di lokasi. Menunggu datangnya sepeda pengangkut sampah dari nasabah. Begitu setoran tiba, mereka langsung bekerja. Mulai dari melepas label, memisahkan tutup, hingga mengumpulkan botol plastik ke karung masing-masing. Meskipun diiringi aroma tak sedap sesekali, semangat mereka tidak berkurang sedikitpun.
Tak hanya botol plastik, Bank Sampah Samber juga terbuka untuk empat jenis sampah lainnya, yakni kertas, kaca, logam, dan minyak jelantah. Harganya beragam, berkisar mulai Rp 300-Rp 10.0000 per kilogram sesuai dengan jenis sampah.
Setelah proses pemilahan selesai, seluruh sampah kemudian ditimbang dan dicatat sebagai saldo tabungan nasabah. Namun, mereka bebas memilih apakah akan mengambil hasilnya langsung atau ditabung.
"Kami sediakan buku tabungan untuk mencatat perolehan nasabah. Ini hasil kerja sama dengan BNI. Dengan begitu nasabah bisa lebih semangat untuk menyetor sampah," urai Machmuda.
Transaksi usai, kini waktunya sampah-sampah itu menemui titik akhirnya. Biasanya sampah dikirim ke perusahaan-perusahaan daur ulang. Tak menutup kemungkinan, Bank Sampah Samber juga turut me-recycle.
"Sampah basah biasanya kita jadikan pupuk. Dengan begitu, sampah jadi punya nilai ekonomis," imbuh Machmuda.
Di balik aktivitas rutin itu, ada tujuh orang pendamping yang setiap hari memastikan operasional Bank Sampah Samber berjalan. Salah satunya Sulastri, yang sejak pagi sudah terlihat memilah plastik.
"Kadang capek, apalagi kalau musim hujan. Lokasi bisa banjir dan kami harus tunggu surut dulu untuk mulai milah," katanya.
Meski begitu, ia mengaku tetap menikmati kegiatannya. Selain mendapat insentif, para pendamping rutin mendapat pelatihan, piknik bersama, hingga kegiatan pemberdayaan lain.
"Sering healing bareng ibu-ibu. Jadi ya kerasa ringan," ujar perempuan yang membantu Bank Sampah Samber sejak awal dibuka itu.
Bank Sampah Samber kini membawahi sekitar 140 unit bank sampah lain di Surabaya. Mereka memberi pendampingan, menjemput sampah dari unit-unit tersebut menggunakan motor viar, hingga membantu sekolah dan kampus menjalankan program pemilahan sampah. Sistem ini membuat alur pengumpulan sampah lebih terkoordinasi dan mengurangi potensi penumpukan di TPS.
(auh/hil)













































