Ini Alasan Sekeluarga Penghuni Gua di Hutan Jombang Pindah Tempat

Ini Alasan Sekeluarga Penghuni Gua di Hutan Jombang Pindah Tempat

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 27 Nov 2025 20:50 WIB
Lokasi gua Anggas Wesi tempat sekeluarga bertahan hidup hingga pindah tempat setelah banyak orang tahu keberadaan mereka.
Lokasi gua Anggas Wesi tempat sekeluarga bertahan hidup hingga pindah tempat setelah banyak orang tahu keberadaan mereka. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Keberadaan satu keluarga penghuni Gua Anggas Wesi di pedalaman hutan jati KPH Jombang berhasil dideteksi Perhutani. Usut punya usut, manusia gua ini mampu bertahan hidup karena kepala keluarganya bekerja.

Gua Anggas Wesi berada di petak 37F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumberjo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, KPH Jombang. Luasnya 0,1 ha digolongkan kelas hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh) dan secara administrasi masuk Desa Sumberjo, Wonosalam, Jombang.

Kepala BKPH Jabung, Tarmidi menjelaskan ada satu keluarga penghuni Gua Anggas Wesi yang terdiri dari 4 orang. Yaitu Joko Mulyono, istri, anak perempuan, serta anak laki-laki. Mereka berasal dari Kecamatan Jogoroto, Jombang. Sekitar 2 bulan terakhir, mereka tinggal di tenda sebelah kanan gua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah banyak orang tahu keberadaannya, sekarang mereka pindah tempat," jelasnya kepada detikJatim, Kamis (27/11/2025).

Tenda di sebelah kanan Gua Anggas Wesi, lanjut Tarmidi, ditinggalkan begitu saja oleh Joko sekeluarga. Mereka mendirikan tenda baru menjauhi gua. "Dari gua menyusuri naik ke atas, ada tenda warna biru," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Dua hari lalu, Tarmidi dan personelnya mengunjungi tenda tersebut. Namun, pihaknya tidak berhasil menemukan Joko sekeluarga. Hanya saja peralatan mereka masih ada di dalam tenda. Artinya, mereka masih menempati tenda pedalaman hutan tersebut.

Mereka juga membuat akses baru berupa jalan setapak di hutan untuk menghindari lewat Gua Anggas Wesi saat ingin keluar hutan. Akses tersebut tetap bermuara di Hutan Watuseno karena itu satu-satunya jalan paling dekat dan cepat untuk keluar dari hutan menuju perkampungan.

Tidak hanya itu, selama ini Joko sekeluarga juga terkesan menghindar dan menutup diri dari petugas Perhutani. "Jika dari kejauhan mereka melihat petuhas, berusaha menghindar. Dari perilakunya ada indikasi mereka menyembunyikan sesuatu," cetusnya.

Pada tahap awal Joko sekeluarga hidup di Gua Anggas Wesi, kata Tarmidi, salah satu dari mereka rutin keluar hutan. Saat itu, Joko atau adik laki-lakinya keluar hutan pagi, kembali lagi pada malam hari membawa kebutuhan pokok. Mereka mempunyai satu sepeda motor untuk sarana transportasi.

Saat ini, hanya Joko yang keluar masuk hutan. Menurut Tarmidi, Joko kembali ke hutan 3 hari sekali sambil membawa karung berisi kebutuhan hidup. Informasi tersebut ia dapatkan dari Sudarmaji (68), pria asal Boyolali, Jateng yang sudah puluhan tahun menghuni Gua Anggas Wesi.

"Informasi yang kami terima dari Pak Sudarmaji, Pak Joko bekerja sebagai satpam di Mojokerto. Kalau pulang bawa logisik untuk makan sehari-hari. Karena kalau balik ke hutan membawa barang dibungkus sak," ujarnya.

Ketika awal terdeteksi petugas Perhutani BKPH Jabung, Joko mengaku nekat hidup di pedalaman hutan bersama keluarganya untuk ritual di Gua Anggas Wesi. Namun, setelah dimonitoring petugas Perhutani yang secara acak pagi, siang, sore dan malam, keluarga ini tak pernah terlihat menjalani ritual di gua.

"Pantauan kami ritual tidak pernah dilakukan. Indikasinya seperti menghindar dari suatu masalah," terang Tarmidi.

Apapun alasannya, tambah Tarmidi, perilaku Joko sekeluarga tinggal di hutan tanpa izin merupakan pelanggaran Pasal 50 UU RI Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

"Perlahan kami lakukan pendekatan sebenarnya ada apa. Apabila Pak Joko tidak proaktif, kami lakukan tindakan untuk mengusir yang bersangkutan," tandasnya.

Sedangkan Sudarmaji menghuni Gua Anggas Wesi sejak sekitar tahun 1983 atau 42 tahun silam. Setelah puluhan tahun menghuni Gua Anggas Wesi, ia akhirnya bersedia direlokasi. Perhutani bakal membangun gubuk seluas 4x6 meter persegi untuk tempat tinggal dan masak Sudarmaji. Gubuk ini sekitar 50-100 meter dari gua.

Dengan begitu, gua alami ini diharapkan tak lagi kumuh. Terlebih lagi Mbah Darmaji menjual semua ayam peliharaannya pada 13 November lalu. Perhutani bakal memberinya peran sebagai penerima wisatawan atau peziarah gua. Namun, petugas mewanti-wanti agar Sudarmaji tidak mengajak orang lain hidup di dalam hutan.

Selain menerima pemberian dari para peziarah Gua Anggas Wesi, Sudarmaji kini bertahan hidup dengan menanam palawija di lahan Perhutani secara tumpang sari. Ia menjadi anggota luar biasa LMDH Mitra Wana Sejahtera Desa Lebak Jabung sehingga menerima lahan garapan sekitar 1.500 meter persegi.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads