Manusia Hutan Mojokerto-Jombang Bisa Panen 8 Ton Jagung di Musim Hujan

Manusia Hutan Mojokerto-Jombang Bisa Panen 8 Ton Jagung di Musim Hujan

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 27 Nov 2025 20:26 WIB
Potret Aktivitas Tiga Keluarga Manusia Hutan di Pedalaman Mojokerto
Salah satu rumah milik 3 keluarga manusia hutan yang menghuni pedalaman Mojokerto-Jombang. (Foto: dok. Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Sepanjang musim hujan 3 keluarga manusia hutan penghuni Hutan Watuseno di perbatasan Mojokerto-Jombang justru bisa menanam 2 komoditas palawija sekaligus secara tumpang sari. Untuk komoditas jagung saja, rata-rata minimal hasil panen mereka mencapai 4 ton per hektare.

Padahal, lahan garapan mereka antara 1 hingga 2 hektare per Kepala Keluarga. Artinya mereka bisa mendapatkan 8 ton jagung dalam sekali panen. Belum lagi penghasilan yang mereka dapatkan dari budi daya pisang dan mencari kayu bakar.

"Kalau kemarau, penghasilan mereka dari buruh tani di bos-bos petani tebu. Makanya mereka bertahan di hutan karena tidak ada hari libur kecuali karena capek. Hanya saja penampilan dan pola hidup mereka sangat-sangat sederhana," ujar Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, Tarmidi, Rabu (27/11).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan berarti Perhutani membiarkan tiga keluarga itu hidup di hutan. Bagaimana pun, regulasi yang ada melarang manusia tinggal di hutan. Sebagai jalan keluarnya, Tarmidi meminta mereka membuat surat pernyataan bermeterai setiap tahunnya.

"Mereka tiap tahun membuat surat pernyataan bahwa menempati kawasan hutan, apabila setiap saat dipakai pengelolaan Perhutani, mereka bersedia pindah. Sehingga kami tidak melakukan pembiaran. Karena bagaimana pun aturannya melarang tinggal di hutan," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Tak bisa dimungkiri para manusia hutan selama ini mempunyai simbiosis mutualisme dengan Perhutani. Selain membantu merawat hutan jati, keberadaan mereka juga mencegah pembalakan liar.

"Sangat-sangat bermanfaat bagi kami mencegah pembalakan liar. Apalagi Pak Sakri yang dituakan di Lingkungan Sumberjo. Kalau ada yang berniat mencuri kayu masih ada rasa sungkan dengan beliau," tandas Tarmidi.

Ketiga keluarga manusia hutan yang menghuni pedalaman hutan jati di perbatasan Mojokerto-Jombang itu adalah Saelan dan Lamini asal Nganjuk, Sakri dan Poniyem asal Desa Sumberjo, Wonosalam, Jombang, serta Jaini dan Insiati asal Nganjuk.

Keenam orang ini sudah tidak lagi muda tapi mereka berupaya bertahan hidup dari hasil hutan dengan menggarap lahan Perhutani dengan skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM) atau perhutanan sosial.

Ketiga keluarga ini juga terdaftar sebagai anggota istimewa LMDH Mitra Wana Sejahtera Desa Lebak Jabung yang bermitra dengan Perhutani. LMDH ini beranggotakan lebih dari 200 petani.

Ketiga keluarga manusia hutan dan ratusan petani lainnya itu menggarap lahan seluas 591 Ha di wilayah BKPH Jabung. Luas wilayah BKPH Jabung mencapai 984,2 Ha meliputi RPH Carangwulung, Kedunglumpang, Lebak Jabung, serta RPH Sumberjo.

Ratusan petani itu bekerja sama dengan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang untuk menanam palawija secara tumpang sari. Dari hasil panen, mereka menyisihkan 20% sebagai bagi hasil dan PNBP ke Perhutani.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads