Obesitas kini muncul sebagai ancaman baru bagi anak-anak Indonesia. Kemudahan akses makanan cepat saji dan minimnya aktivitas fisik membuat angka anak berbadan berlebih terus meningkat.
Pola hidup modern yang serba instan membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar dibanding beraktivitas fisik. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi juga berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa satu dari sembilan orang dinyatakan mengidap diabetes, dan hampir sepertiganya berisiko mengalami obesitas sejak usia muda.
Tidak hanya berdampak pada fisik, obesitas juga dapat memengaruhi kesehatan mental anak, mulai dari rendah diri, kecemasan, gangguan makan, hingga depresi. Dengan meningkatnya jumlah anak yang berada pada kategori berat badan berlebih, penting bagi orang tua memahami gejala, penyebab, serta upaya pencegahannya sejak dini.
Baca juga: Serba-serbi Hari Anti Obesitas 2025 |
Definisi dan Gejala Obesitas pada Anak
Berat badan anak yang terlihat besar belum tentu langsung dikategorikan sebagai obesitas. Melansir detikHealth, obesitas merupakan kondisi ketika lemak tubuh menumpuk secara berlebihan hingga mengganggu kesehatan.
Untuk menentukan kategori obesitas pada anak, tidak cukup hanya mengandalkan Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada orang dewasa. Anak perlu diukur berdasarkan grafik pertumbuhan yang disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak usia 5-19 tahun dikategorikan obesitas jika nilai IMT-nya berada di atas persentil 97 dibandingkan anak seusianya.
Artinya, jika berat dan tinggi badan anak jauh melebihi sebagian besar teman sebayanya, ada kemungkinan anak sudah berada pada fase obesitas. Dokter biasanya menggunakan IMT sebagai pemeriksaan awal sebelum menilai faktor-faktor kesehatan lain seperti tekanan darah, kadar gula, atau kondisi hormonal.
Penyebab Utama Obesitas: Gaya Hidup Berperan Besar
Obesitas pada anak terjadi akibat kombinasi berbagai faktor-bukan hanya soal makan berlebih. Beberapa penyebab umum meliputi:
1. Faktor Genetik dan Hormonal
Anak dengan orang tua obesitas cenderung punya risiko lebih tinggi. Gangguan hormon tertentu juga dapat memengaruhi nafsu makan dan proses metabolisme.
2. Akses Makanan
Kemudahan membeli makanan cepat saji, camilan tinggi gula, serta minuman manis membuat anak lebih mudah mengonsumsi kalori berlebihan tanpa disadari.
3. Kurang Tidur
Jam tidur yang tidak teratur dapat mengganggu hormon pengatur lapar, sehingga anak lebih mudah merasa ingin makan.
4. Stres
Kesehatan mental berpengaruh besar pada nafsu makan. Stres berkepanjangan dapat meningkatkan hormon penyebab lapar, sehingga anak cenderung memilih makanan tinggi gula dan lemak.
5. Aktivitas Fisik Minim
Kebiasaan duduk lama saat bermain gim, menonton TV, atau berselancar di media sosial membuat pembakaran lemak menurun drastis.
6. Faktor Sosial dan Ekonomi
Lingkungan keluarga yang kurang edukasi nutrisi hingga keterbatasan akses makanan sehat juga berkontribusi pada risiko obesitas.
Faktor Risiko yang Bisa Dikendalikan Orang Tua
Beberapa faktor penyebab obesitas masih bisa dimodifikasi melalui pola makan, kebiasaan harian, dan pengawasan dari keluarga. Berikut yang paling sering memicu kenaikan berat badan anak:
1. Pola Makan yang Tidak Seimbang
Makanan manis, makanan cepat saji, makanan yang dipanggang tinggi gula, hingga minuman bersoda menjadi penyumbang kalori terbesar. Konsumsi sesekali tidak masalah, tetapi porsinya perlu dikendalikan agar tidak memicu penumpukan lemak.
2. Kurang Bergerak
Waktu layar yang berlebihan membuat aktivitas fisik anak berkurang drastis. Padahal, tubuh membutuhkan gerak untuk membakar kalori dan menjaga metabolisme tetap aktif.
3. Kesehatan Mental
Stres pada anak sering tidak disadari. Ketidaknyamanan di sekolah, tekanan akademik, atau masalah pertemanan dapat memicu emotional eating, yaitu makan berlebihan sebagai pelarian dari emosi yang tidak stabil.
Bisakah Obesitas Dicegah?
Kabar baiknya, obesitas pada anak bisa dicegah. Langkah-langkah sederhana seperti membiasakan sarapan sehat, membatasi waktu layar, mengajak anak berolahraga ringan, serta mengatur pola tidur dapat membantu mengurangi risiko obesitas sejak dini. Konsultasi rutin ke tenaga kesehatan juga penting untuk memantau pertumbuhan anak dan mendeteksi masalah kesehatan lebih awal.
Dengan memahami penyebab dan risikonya, orang tua dapat lebih bijak dalam menciptakan lingkungan dan pola hidup yang sehat bagi anak. Perubahan kecil yang dilakukan setiap hari dapat memberikan dampak besar bagi kesehatan anak di masa depan.
Simak Video "Video: Kemenkes Gelar ASEAN Car Free Day, Kenalkan Gaya Hidup Sehat di CFD"
(ihc/hil)