Sudarmaji, penghuni Gua Anggas Wesi yang berada jauh di pedalaman hutan wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang, Pegunungan Anjasmoro akhirnya bersedia direlokasi. Perhutani akan membangunkan gubuk dekat gua sebagai tempat tinggal pria asal Boyolali, Jawa Tengah itu.
Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, Tarmidi menjelaskan pihaknya menggunakan pendekatan persuasif agar Sudarmaji alias Mbah Darmaji bersedia direlokasi. Beberapa waktu lalu ia kembali menyambangi manusia gua itu untuk berdiskusi.
Pendekatan ini pun membuahkan hasil. Mbah Darmaji yang selama ini tertutup perlahan mulai membuka diri. Bahkan, Sudarmaji bersedia menunjukkan KTP yang mengonfirmasi bahwa dia berasal dari Boyolali. Dari identitasnya itu pria itu diketahui lahir pada 1957 atau sudah berusia 68 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah Pak Sudarmaji yang selama ini tertutup, perlahan mau terbuka dengan kami. Apabila terjadi sesuatu padanya, kami diminta menghubungi keluarga di Boyolali, kami diberi nomor ponsel keluarganya," jelasnya kepada detikJatim, Senin (24/11/2025).
Namun, Sudarmaji meminta kepada Tarmidi agar privasinya dijaga. Begitu juga privasi keluarganya di Boyolali. Tak sekadar membuka diri, Mbah Darmaji juga bersedia direlokasi ke gubuk di luar Gua Anggas Wesi. Lokasi gubuk sekitar 50-100 meter di jalur menuju gua.
Saat ini, lanjut Tarmidi, pihaknya masih menghimpun dana untuk membangun gubuk bagi Sudarmaji. Rencananya, gubuk dibuat seluas 4x6 meter persegi sebagai tempat tidur dan masak Mbah Darmaji. Dengan begitu, ia berharap Gua Anggas Wesi bisa kembali bersih sehingga menarik kunjungan para peziarah.
"Pak Sudarmaji sudah bersedia pindah ke gubuk supaya gua menjadi bersih, kami manfaatkan setidaknya sebagai penerima tamu (pengunjung gua). Dia sudah siap dengan permintaan gubuknya dibenahi supaya layak ditempati," terangnya.
Saat ini, tambah Tarmidi, Sudarmaji menjadi anggota luar biasa LMDH Mitra Wana Sejahtera Desa Lebak Jabung, Jatirejo, Mojokerto. Si manusia gua mempunyai lahan garapan dengan luas 1.500 meter persegi di wilayah BKPH Jabung. Sudamaji menanam jagung secara tumpangsari di hutan jati tersebut.
"Untuk makan sehari-hari Pak Sudarmaji sampai hari ini dari peziarah. Masih ada beberapa peziarah silih berganti yang kirim makanan. Yang kedua dengan menggarap lahan," tandasnya.
Gua Anggas Wesi terletak di Desa Sumberjo, Wonosalam, Jombang. Tepatnya di petak 37F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumberjo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, KPH Jombang. Luasnya 0,1 ha, digolongkan kelas hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh).
Keberadaan manusia gua menjadikan Gua Anggas Wesi kumuh. Para peziarah pun kian berkurang. Pengamatan detikJatim di lokasi, ruangan pertama Gua Anggas Wesi cukup luas, sekitar 7x5 meter persegi. Terdapat tempat tidur Sudarmaji di sisi kiri dan alas tidur para tamu yang ritual di tempat terpencil ini. Kotor dan bau apek begitu kuat dari tempat tidur ini.
Sebelah kanannya terdapat lorong setinggi 1 meter menuju ruangan untuk semedi. Di ujung ruangan terdapat 2 arca berdiri dan peralatan ritual. Begitu akan menyusuri samping kanan gua, kami disambut kondisi yang kumuh. Banyak panci, ember dan galon di bawah tetesan air gua. Di seberangnya merupakan dapur. Sebab terdapat tungku berbahan bakar kayu, bubu dapur, serta peralatan memasak.
Selain Sudarmaji, ada satu keluarga penghuni Gua Anggas Wesi. Mereka mendirikan gubuk di sebelah kanan gua atau persis di atas ngarai. Kepala Dusun Jabung, Irwandi menuturkan semua manusia gua itu tak pernah permisi tau meminta izin.
Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, Tarmidi menuturkan Sudarmaji menghuni Gua Anggas Wesi sejak 1983 atau 42 tahun silam. Pria asal Boyolali itu bertahan hidup dengan mengandalkan pemberian tamu. Sebab ia mengklaim dirinya sebagai juru kunci gua.
Terkadang pengunjung membawakan logistik dan makanan. Tak jarang Sudarmaji keluar dari hutan mengendarai motor untuk belanja kebutuhan pokok. Selain itu, Darmaji memelihara ayam di gua. Tak bisa dimungkiri, keberadaan manusia gua ini membuat Anggas Wesi menjadi kumuh sehingga peziarah enggan datang.
"Saya melihat gua itu kumuh karena ada ternak ayamnya juga. Awal 2025, saya bersama Danramil Trowulan dan mantri Perhutani nego dengan Pak Darmaji agar pindah ke gubuk di luar gua. Sekitar 50-100 meter dari gua kami buatkan gubuk tanpa memungut apapun dari Pak Darmaji supaya tidak menggangu para peziarah. Namun, Pak Darmaji tidak mau pindah," terangnya, Jumat (7/11/2025).
Sedangkan 4 orang (sebelumnya 6 orang) yang tinggal di gubuk sebelah kanan Gua Anggas Wesi, merupakan satu keluarga asal Jogoroto, Jombang. Kepala keluarga ini bernama Joko Mulyono. Mereka tinggal di tempat tersebut sejak sekitar 2 bulan lalu untuk menjalani ritual. Saat ini, Perhutani menempuh upaya persuasif untuk memulangkan mereka.
(dpe/abq)











































