Lirik Lagu Hymne Guru, Melodi Penghargaan untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Lirik Lagu Hymne Guru, Melodi Penghargaan untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 25 Nov 2025 01:00 WIB
Lirik Lagu Hymne Guru
ILUSTRASI. Simak lirik lagu Hymne Guru. Foto: Getty Images/iStockphoto/CJ_Romas
Surabaya -

Setiap tahun, pada tanggal 25 November, Indonesia merayakan Hari Guru Nasional (HGN) sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi tertinggi kepada para pendidik. Dalam setiap upacara atau peringatan HGN, selalu ada satu lagu yang wajib dikumandangkan dengan khidmat, yaitu Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Lagu ini diciptakan Sartono, seorang guru seni musik dari Madiun, Jawa Timur, pada tahun 1980-an. Melalui liriknya yang sederhana namun mendalam, Hymne Guru telah menjadi representasi abadi dari pengabdian dan dedikasi guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lagu ini resmi ditetapkan sebagai lagu wajib nasional yang selalu mengiringi momen-momen penting dalam dunia pendidikan. Berikut lirik lengkap Hymne Guru yang harus diketahui dan diresapi maknanya, terutama menjelang peringatan Hari Guru Nasional 2025:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lirik Lagu Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti trima kasihku 'tuk pengabdianmu

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti trima kasihku 'tuk pengabdianmu

ADVERTISEMENT

Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa

Makna Mendalam Setiap Bait

Lirik Hymne Guru bukan sekadar rangkaian kata yang dinyanyikan dalam upacara, tetapi sebuah penghormatan mendalam bagi sosok pendidik. Setiap baitnya memuat pesan filosofis tentang ketulusan, pengabdian, dan peran guru sebagai pencerah bangsa, sehingga layak dipahami lebih jauh maknanya satu per satu.

  • Penghargaan Abadi: Bait pertama menunjukkan penghargaan yang tak lekang oleh waktu ("Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku"), menempatkan guru sebagai figur yang selalu diingat dan dihormati oleh muridnya.
  • Prasasti Budi Pekerti: Bait kedua menegaskan bahwa jasa guru lebih dari sekadar materi, melainkan diukir sebagai "prasasti terima kasih" di dalam hati, mencerminkan budi pekerti yang telah ditanamkan.
  • Metafora Peran Guru: Bait terakhir menggunakan metafora kuat, seperti "pelita dalam kegelapan" (memberi ilmu dan arah) dan "embun penyejuk dalam kehausan" (memberikan ketenangan dan solusi ilmu pengetahuan).
  • Gelar Tertinggi: Puncak dari lirik adalah penegasan gelar "Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa," mengukuhkan peran guru setara dengan pejuang kemerdekaan yang berjuang tanpa mengharapkan imbalan.

Di Hari Guru Nasional 2025, Hymne Guru akan kembali dikumandangkan di setiap sudut sekolah di Jawa Timur, mengingatkan kembali setiap insan pendidikan akan mulianya profesi guru dan besarnya tanggung jawab yang diemban dalam membentuk masa depan bangsa.

Sejarah Penciptaan Lagu Hymne Guru

Lagu "Hymne Guru yang kini wajib dikumandangkan dalam setiap peringatan Hari Guru Nasional adalah buah karya Sartono, seorang guru seni musik dari Madiun, Jawa Timur.

Ketika masih mengajar di sebuah yayasan swasta di Madiun, Sartono menciptakan lagu ini sebagai bentuk penghargaan tulus terhadap pengabdian para guru yang tanpa pamrih mendedikasikan diri pada dunia pendidikan.

Sartono, yang lahir pada 29 Mei 1938, awalnya menciptakan melodi ikonik ini sebagai peserta lomba cipta lagu yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (sekarang Kemendikbudristek).

Meskipun Sartono memiliki kecintaan besar pada musik, kendala ekonomi membuatnya tidak bisa melanjutkan pendidikan formal. Namun, ia tetap aktif bermusik dengan bekerja di perusahaan rekaman Lokananta, dan menjadi bagian dari grup musik keroncong TNI AU di Madiun.

Pada tahun 1980, Sartono mengetahui adanya lomba cipta lagu bertema pendidikan. Dengan tekad kuat meski kondisi finansialnya terbatas, ia mulai menulis lirik. Ia sempat mengalami kesulitan dalam memadatkan lirik agar sesuai durasi lomba.

Namun, akhirnya berhasil menyempurnakannya dengan menambahkan frase ikonik "pahlawan tanpa tanda jasa". Perjuangan Sartono menunjukkan dedikasi luar biasa, ia bahkan harus menjual jasnya sendiri demi membayar biaya pengiriman karya tersebut kepada panitia.

Pengorbanan ini tidak sia-sia, lagu "Hymne Guru" berhasil memenangkan lomba dan diresmikan untuk diputar dalam upacara HGN. Lagu ini diciptakan dengan tujuan utama memuji, mengagumi, dan mengangkat derajat guru sebagai pahlawan sejati, yang memberikan dedikasi besar bagi kemajuan bangsa melalui pendidikan.

Secara filosofis, Hymne Guru diharapkan dapat memotivasi para guru untuk terus memberikan nasihat yang bijak, menyuntikkan semangat agar siswa tidak takut gagal, dan mendukung penuh perkembangan potensi terbaik setiap individu.

Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads