Tidak hanya maknyus, Dawet Ngledok di Jombang juga legendaris sebab eksis sejak 1950. Kuliner yang satu ini tetap laris manis karena cita rasanya yang terjaga selama empat generasi.
Sesuai namanya, warung dawet ini terletak di Jalan Raya KH Abdul Wahab Hasbulloh, Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Tembelang, Jombang. Persisnya di sebelah gapura perbatasan Kecamatan Tembelang dengan Jombang.
Warung dawet milik pasangan suami istri Sumarjoko (51) dan Emi Andriyani (43), warga Dusun Ngledok ini sederhana, tapi teduh. Siapa sangka Dawet Ngledok ini berdiri sejak 1950 silam atau eksis selama 75 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya generasi keempat, saya sudah 9 tahun jualan dawet. Kalau buyut sejak 1950," kata Emi kepada detikjatim di lokasi, Jumat (21/11/2025).
Dawet Ngledok di Jombang eksis sejak 1950 silam. Foto: Enggran Eko Budiarto/ detikjatim |
Dawet Ngledok mempunyai cita rasa yang legit, gurih, lembut dan segar sehingga pas banget untuk melepas dahaga. Manis dan gurihnya dari perpaduan santan kelapa dan gula jawa tanpa pemanis buatan. Sedangkan isiannya berupa dawet hijau berbahan tepung beras, serta agar-agar hunkwe dan bubur sumsum.
Tidak hanya dawet, Emi juga menyediakan aneka jajanan tradisional. Mulai dari kue cucur, gandos, hingga aneka gorengan. Sehingga lengkap rasanya menikmati es dawet sambil menyantap aneka kue. Terlebih lagi harga jajanan ini hanya Rp 1.000 per biji.
Meski saat ini dikelola generasi keempat, Dawet Ngledok tetap laris manis. Menurut Emi, rata-rata ia menjual 150 porsi dawet per hari dengan omzet Rp 800-900 ribu. Harga seporsi dawet ini sangat terjangkau, yaitu hanya Rp 5.000.
"Biasa ramai jam 10 sampai 2 siang, mungkin saat cuaca panas," ungkapnya.
Dawet Ngledok tetap laris manis karena cita rasanya yang terjaga selama 4 generasi. Foto: Enggran Eko Budiarto/ detikjatim |
Sumarjoko pun mengungkap rahasia Dawet Ngledok eksis sejak 1950. Ia dan istri sebagai generasi keempat tetap menjaga cita rasa dawet ini. Selain itu, warungnya juga sengaja dijaga tetap sederhana.
"Kalau diubah model sekarang, nuansa kunonya (warung) hilang. Pelanggan banyak juga karena harganya ekonomis, terjangkau semua kalangan," jelasnya.
Oleh sebab itu, Dawet Ngledok menjadi sarana nostalgia. Tak sedikit pelanggan dawet ini yang masih bertahan meskipun mereka sudah merantau ke berbagai daerah di tanah air.
"Pelanggan sampai cucu-cucu masih ke sini untuk nostalgia. Kalau saat masih kecil, diajak bapaknya ke sini, sampai dia punya cucu, sekarang tinggal di Jakarta," terangnya.
Es Dawet Ngledok, Hidden Gem di Jombang sejak 1950an Foto: Enggran Eko Budiarto/ detikjatim |
Kini, penikmat Dawet Ngledok juga datang dari kalangan Gen Z. Seperti Nailasasi (20) yang penasaran karena dawet ini viral di medsos. Ia dibuat kagum dengan cita rasanya setelah mencicipi kuliner tradisional ini.
"Rasanya enak, gurih, legit, tergolong murah, tempatnya adem. Yang bikin enak banget perpaudan santan dan gula jawa," ujarnya.
Begitu pula yang dirasakan Ema Umalasari (21), mahasiswi asal Peterongan, Jombang. Niat awalnya ingin coba-coba, akhirnya dibuat tergila-gila oleh nikmatnya Dawet Ngledok.
"Rasanya enak, manis, gurih dan legit, cocok untuk lidah orang jawa. Ini sangat worth it banget," tandasnya
Simak Video "Video Terapis AI: Ide Bagus atau Malah Berbahaya?"
[Gambas:Video 20detik]
(ihc/hil)














































