Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya blaka-blakan usai munculnya Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang meminta dirinya mundur atau diberhentikan. Gus Yahya tegas menolak untuk mundur.
Pernyataan Gus Yahya ini disampaikan setelah bertemu dengan para Ketua PWNU se-Indonesia di Surabaya pada Sabtu (22/11) malam. Pertemuan yang berlangsung selama sekitar enam jam itu berakhir pada Minggu (23/11) dini hari pukul 01.00 WIB.
"Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur. Karena saya mendapatkan amanah dari muktamar untuk lima tahun, pada muktamar ke-34 lalu," kata Gus Yahya di Surabaya, Senin (24/11/2025) dinihari.
Gus Yahya menegaskan kembali dirinya akan menyelesaikan jabatan Ketum PBNU selama 5 tahun sesuai masa jabatannya saat dipilih oleh pemilik hak suara.
"Saya mendapatkan mandat lima tahun dan akan saya jalani lima tahun. Insya Allah saya sanggup. Maka saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur," tegasnya.
Tak hanya itu, Gus Yahya juga mengaku belum menerima surat secara fisik terkait Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU. "Saya belum menerima secara fisik surat apapun dari Syuriah. Sampai sekarang secara fisik belum menerima," kata Gus Yahya.
Gus Yahya juga menegaskan risalah yang beredar di media sosial tidak memenuhi standar resmi organisasi. Sebab, tanda tangan harusnya dilakukan dengan digital, namun yang beredar adalah tanda tangan bukan digital.
"Adapun yang disebut sebagai risalah yang beredar di media sosial, itu juga tidak memenuhi standar resmi dari dokumen resmi organisasi. Karena kalau dokumen resmi itu tanda tangannya digital sehingga benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, kapan tanda tangannya, oleh siapa dan seterusnya itu bisa dipertanggungjawabkan kalau tanda tangan digital," jelasnya.
"Kalau tanda tangan manual itu bisa saja, sekarang kan zaman begini gampang sekali membuat tanda tangan scan. Maka kita lihat nanti, nah," tambahnya.
Menurut Gus Yahya, Rapat Harian Syuriah PBNU tidak memiliki wewenang dalam mencopot jabatan pengurus harian termasuk dirinya. Hal itu sudah diatur dalam aturan dasar aturan rumah tangga (AD/ART) PBNU.
"Bahwa kalau dikatakan kemarin itu sebagai keputusan rapat syuriah, rapat harian syuriah yang punya konsekuensi akan memundurkan ketua umum, maka saya tandaskan bahwa rapat harian syuriah menurut konstitusi AD/ART tidak berwenang untuk memberhentikan ketua umum," kata Gus Yahya di Surabaya, Minggu (23/11/2025) dinihari.
"Memberhentikan fungaionaris saja tidak bisa, memberhentikan misalnya salah seorang wakil sekjen, rapat harian syuriah tidak bisa. Memberhentikan misalnya ketua lembaga nggak bisa, apalagi ketua umum," sambungnya.
Sehingga menurutnya, keputusan yang dikeluarkan rapat tersebut menyatakan permintaan mundur ketua umum, keputusan tersebut tidak sah.
Gus Yahya juga yakin, NU bisa melewati badai yang terjadi belakangan ini. Sebagai organisasi terbesar di Indonesia, Gus Yahya optimis NU bisa menghasilkan keputusan yang terbaik bagi umat, bangsa, dan negara.
"Lepas dari semua itu, yang terakhir itu Nahdlatul Ulama (NU) ini organisasi besar dan sudah tua, dan sudah mengalami segala macam gelombang dalam sejarahnya. Saya optimis dalam diri NU punya kemampuan untuk mengatasi masalah ini dengan sebaik-baiknya," ungkapnya.
"Insya Allah akan ditemukan jalan yang baik untuk kemaslahatan bersama, untuk kemaslahan umat, bangsa dan negara. Ini yang kita harapkan, dan saya tidak akan berhenti untuk mengupayakan hal itu. Saya akan terus berupaya, bergerak apapun yang bisa saya lakukan agar jalan keluar bisa ditemukan untuk kemaslahatan bersama untuk NU, warganya, bangsa dan negara," tambahnya.
Ia mengatakan masalah ini memiliki berpotensi punya dampak nasional, sehingga Ia berharap segera ditemukannya jalan keluar yang baik.
"Karena NU ini begitu besarnya, sehingga boleh dikata kira-kira wajah separuh Indonesia ini NU. Jadi kalau NU-nya ini tidak baik, ya wajah Indonesia bisa jadi tidak baik. Maka ini kewajiban saya bukan hanya sebaga ketum, warga NU, tapi kewajiban ke bangsa negara," tandasnya
Gus Yahya mengaku sudah bertemu dengan jajarah Syuriah PBNU terkait polemik yang meminta dirinya untuk mundur. Gus Yahya menyebut orang-orang yang ditemuinya menyesal atas yang terjadi belakangan ini.
Di sana, dia memberi penjelasan utuh soal polemik yang menyebabkan dirinya diminta mundur. Dia mengatakan Syuriah PBNU menyesali atas yang terjadi belakangan ini, termasuk soal risalah.
"Dan semua yang sudah saya temui menyesali, karena mereka tidak mendapatkan informasi yang utuh pada mulanya," ujarnya.
"Ketika saya beri penjelasan utuh, mereka menyesal dan insyaallah ya mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diwujudkan pertemuan para kiai-kiai termasuk kiai sepuh supaya ada suara moral, suara moral yang dapat mendorong ke arah jalan keluar yang maslahat," tambahnya.
Gus Yahya menyampaikan dirinya enggan berprasangka terkait aktor tertentu yang menjadi dalang permintaan pengurus Syuriah agar dirinya mundur dari Ketum PBNU.
"Saya tidak mau berprasangka, sebelum ini rumor sudah nggak karu-karuan. Saya sudah dengar rumor macam-macam, tuduhan ini begitu, saya makan duit Rp 900 Miliar, macam-macam itu sudah keluar," jelasnya.
"Tapi saya tidak mau bertindak atas dasar rumor dan prasangka. Itu saja. Kalau jelas saya baru mau ambil sikap, kalau rumor saya nggak berani," tandasnya.
Di kesempatan yang sama, Gus Yahya lantas menjelaskan hubungannya dengan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. Ia mengaku gubungannya dengan Menteri Sosial itu baik-baik saja.
Hal ini untuk menanggapi rumor yang menyebut hubungannya tengah renggang. Kabar rnggangnya hubungannya dengan Gus Ipul muncul setelah terbitnya Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang meminta Gus Yahya mundur atau diberhentikan.
"Sebetulnya baik-baik saja, mungkin perasaan saya ya, mungkin dia terlalu sibuk nggak pernah hubungi saya. Saya nggak tahu," kata Gus Yahya.
Meski demikian, Gus Yahya juga mengaku lupa kapan terakhir kali berkomunikasi dengan Gus Ipul. "Wah sudah lama sekali (tidak komunikasi)," tambahnya.
Seperti diketahui, risalah Rapat Harian Syuriah PBNU ramai beredar. Dalam risalah itu, berisi keputusan Rais Aam dan Wakil Rais Aam PBNU yang meminta Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri dari jabatan Ketum PBNU.
Rapat Harian Syuriah tersebut digelar pada Kamis (20/11) di Hotel Aston City Jakarta yang diikuti 37 dari 53 orang pengurus harian syuriah PBNU. Risalah rapat ini ditandatangani oleh pimpinan rapat sekaligus Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.
"Musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam memutuskan: KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU," tulis poin keputusan dalam risalah Rapat Harian Syuriah PBNU tersebut.
"Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," lanjutnya.
Keputusan meminta Gus Yahya mundur dari jabatan Ketum PBNU didasarkan pada tiga poin. Salah satunya berkaitan dengan kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) yang mengundang narasumber yang terkait jaringan Zionisme Internasional.
Kegiatan AKN NU mengundang narasumber yang terkait dengan jaringan Zionisme Internasional telah melanggar dan bertentangan dengan nilai serta ajaran PBNU. Kegiatan itu disebut sebagai tindakan yang mencemarkan nama baik perkumpulan NU.
Simak Video "Video: Didesak Mundur, Gus Yahya Jelaskan soal Bertemu Netanyahu di Israel"
(dpe/abq)