Semeru dalam Fase Erupsi Berkelanjutan, Aktivitas Vulkanis Masih Tinggi

Nur Hadi Wicaksono - detikJatim
Sabtu, 22 Nov 2025 21:45 WIB
Gunung Semeru yang memasuki fase erupsi berkelanjutan. Aktivitasnya masih tinggi. (Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)
Lumajang -

Tim tanggap darurat erupsi dari Badan Geologi mencatat aktivitas vulkanis Gunung Semeru di Lumajang masih sangat tinggi. Aktivitas itu terpantau baik secara seismik-dalam maupun permukaan gunung.

Hasil pengamatan pada 21 November 2025 sejak dini hari pukul 00.00 WIB hingga 23.59 WIB, gunung api tertinggi di pulau jawa itu mengalami 157 kali letusan, 17 kali gempa guguran, dan 19 kali gempa embusan.

Menurut Ketua Tim Tanggap Darurat erupsi Gunung Semeru, Badan Geologi, Yasa Suparman saat ini Gunung Semeru masih dalam fase erupsi berkelanjutan sehingga aktivitasnya masih tinggi baik gempa letusan, awan panas, maupun lahar.

"Gunung Semeru saat ini masih dalam fase erupsi berkelanjutan di mana aktivitasnya masih tinggi. Di sini masih terekam gempa letusan, awan panas, dan lahar," kata Yasa, Sabtu (22/11/2025).

Dengan fase erupsi berkelanjutan ini, potensi terjadi awan panas guguran maupun banjir lahar, terutama karena kondisi saat ini sedang hujan, masih memungkinkan terjadi. Karena itu status gunung Semeru belum diturunkan, masih di Level 4 (Awas).

"Saat fase erupsi berkelanjutan Sunung Semeru ini, potensi terjadinya awan panas guguran maupun lahar yang bisa membawa material hasil erupsi masih sangat memungkinkan," kata Yasa.

Hingga saat ini setidaknya ada sebanyak 645 orang yang mengungsi di 3 titik posko pengungsian Gunung Semeru. Baik di di SDN Supit Urang 04, SMPN 2 Pronojiwo, maupun di Kantor Desa Oro Oro Ombo.

Sejumlah pengungsi di posko pengungsian SDN Supit Urang 04, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang mulai mengeluhkan sakit. Ada 50 orang pengungsi yang mengeluhkan sakit. Rata rata mereka mengeluh sakit kepala, mual, dan pegal-pegal.

"Pengungsi ada yang mengeluhkan sakit 50 orang. Keluhannya rata-rata sakit kepala, mual, dan pegal-pegal," ujar salah satu perawat di Desa Supit Urang, Diana Ristiangsih kepada detikJatim, Sabtu (22/11/2025).

Salah satu pengungsi, Lutfia mengaku mengalami pusing dan pegal-pegal. Dia juga sudah mendapatkan obat setelah diperiksa oleh tim medis.

"Saya sudah 4 hari mengungsi. Yang saya alami sakit kepala dan pegal pegal," ujar salah satu pengungsi Lutfia.

Tidak hanya bagi warga di Kecamatan Pronojiwo, erupsi Semeru memunculkan perasaan resah dan cemas bagi warga di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro. Mereka khawatir aktivitas vulkanik Semeru kembali meningkat mengeluarkan awan panas atau aliran lahar dingin.

Salah satu warga, Hanafi (45), menceritakan bagaimana ia dan keluarganya merasakan ketegangan setiap kali gunung tertinggi di Pulau Jawa itu memperlihatkan tanda-tanda erupsi. Meski pagi hari tampak cerah, gelagat erupsi terlihat dari kepulan asap yang muncul dari sisi bawah gunung.

"Sekitar jam 3 sore itu sudah ramai awan panasnya. Kami dapat peringatan dari grup WhatsApp, langsung panik dan keluar rumah untuk cari tempat aman," ujar Hanafi, Jumat (21/11).

Rumah Hanafi berada sekitar 500 meter dari aliran sungai yang menjadi jalur lahar awan panas dan kurang lebih 17 kilometer dari puncak Semeru. Kedekatan jarak ini yang bikin keluarganya selalu waspada, terutama di malam hari.

"Yang kami takutkan itu kalau malam. Lahar dingin atau Awan Panas Guguran (APG) itu tidak berbunyi keras seperti banjir air, tapi meluncur sangat cepat. Itu yang membuat kami selalu siaga," tuturnya.



Simak Video "Video: Kondisi Terkini Aliran Sungai Curah Kobokan Usai Gunung Semeru Erupsi"

(dpe/abq)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork