Sejarah Berdiri Nahdlatul Ulama: Latar Belakang, Tokoh, dan Peranannya

Sejarah Berdiri Nahdlatul Ulama: Latar Belakang, Tokoh, dan Peranannya

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Sabtu, 22 Nov 2025 16:20 WIB
Nahdlatul Ulama tahun 2023 menginjak usia 1 abad.
Bendera Nahdlatul Ulama. Simak serajah berdirinya Nahdlatul ulama. (Foto: dok. NU Online Jawa Timur)
Surabaya -

Nahdlatul Ulama (NU) dikenal sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan jutaan pengikut di berbagai daerah. Terlepas dari berbagai dinamika yang terjadi di antara para pengurusnya, kehadiran NU tidak muncul begitu saja melainkan lahir dari kebutuhan para ulama Nusantara untuk menjaga tradisi keislaman yang moderat sekaligus merespons dinamika global di awal abad ke-20, situasi keagamaan di Timur Tengah, perubahan sosial politik, dan kebutuhan akan organisasi yang lebih sistematis.

NU kemudian resmi berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya, diprakarsai oleh KH Hasyim Asy'ari bersama deretan ulama pesantren terkemuka. Pendirian ini menjadi tonggak penting perjuangan ulama Indonesia dalam mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, melindungi peninggalan sejarah Islam, serta memperjuangkan kebebasan bermazhab. Berikut ulasan lengkap sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama.

Latar Belakang Sejarah Berdirinya NU

Mengutip dari detikJatim, sejarah berdirinya NU berkaitan dengan kebijakan Raja Ibnu Saud yang hendak menerapkan Mazhab Wahabi secara tunggal di Makkah, Arab Saudi. Tidak hanya itu, ia juga berencana merobohkan situs-situs penting peninggalan sejarah Islam dan pra-Islam yang selama ini menjadi tujuan ziarah umat Muslim dari seluruh dunia. Kebijakan ini dilandasi anggapan bahwa tradisi ziarah tersebut mengarah pada perbuatan bid'ah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengetahui rencana tersebut, para ulama pesantren di Indonesia melakukan penolakan karena mereka memandang keberagaman mazhab sebagai bagian dari kekayaan peradaban Islam. Penolakan ini membuat kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al-Islam di Yogyakarta pada 1925 dan tidak lagi dilibatkan dalam delegasi Muktamar Alami Islami di Makkah.

Pembentukan Komite Hijaz dan Peran Ulama Nusantara

Sebagai respons, para ulama membentuk Komite Hijaz yang dipimpin KH Wahab Hasbullah. Komite ini bertujuan agar ulama Nusantara tetap dapat menyuarakan pandangan mereka dalam Kongres Islam Internasional. Gelombang penolakan dari berbagai negara akhirnya membuat Raja Ibnu Saud membatalkan rencana penghancuran situs-situs Islam dan penerapan mazhab tunggal.

ADVERTISEMENT

Keberhasilan Komite Hijaz menjadi bukti bahwa ulama pesantren mampu memainkan peran besar di tingkat internasional. Mereka berkontribusi memperjuangkan kebebasan bermazhab dan melindungi warisan sejarah Islam.

Proses Berdirinya Nahdlatul Ulama

Setelah rangkaian peristiwa tersebut, para ulama melihat perlunya membentuk organisasi Islam yang kuat dan sistematis untuk menghadapi tantangan zaman. Melalui musyawarah yang intens, lahirlah kesepakatan untuk mendirikan organisasi bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926.

KH Hasyim Asy'ari kemudian ditetapkan sebagai Rais Akbar NU. Beliau juga menyusun Qanun Asasi sebagai prinsip dasar organisasi dan Kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah yang menjadi fondasi paham keagamaan NU. Dua karya ini kelak dikenal sebagai Khittah NU, pedoman penting dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan bahkan politik warga Nahdliyin.

Tokoh-Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama

Lalu siapa saja deretan ulama yang menginisiasi beridirinya Nahdlatul Ulama:

1. Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari

KH. Hasyim Asy'ari. (Foto: Pinterest)KH. Hasyim Asy'ari. (Foto: Pinterest) Foto: KH. Hasyim Asy'ari. (Foto: Pinterest)

Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari adalah tokoh sentral pendirian NU. Lahir pada 14 Februari 1871, beliau dikenal sebagai ulama besar yang berpengaruh dalam dunia pesantren. Atas perannya dalam perjuangan kemerdekaan, terutama melalui Resolusi Jihad, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 17 November 1964. Makamnya berada di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

2. Syekh Kholil Bangkalan

Al-'Alim Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Al-Bangkalani Al-Maduri Al-Jawi Asy-Syafi'iAl-'Alim Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Al-Bangkalani Al-Maduri Al-Jawi Asy-Syafi'i Foto: Wikimedia Commons

Syekh Kholil Bangkalan merupakan guru besar para ulama, termasuk KH Hasyim Asy'ari. Beliaulah yang memberikan restu spiritual atas pendirian NU. Atas kontribusinya di bidang pendidikan Islam, Syekh Kholil ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2025.

3. KH Abdul Wahab Chasbullah

Nama KH Wahab Chasbullah begitu identik dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, ia merupakan salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.Nama KH Wahab Chasbullah begitu identik dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, ia merupakan salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut. Foto: Istimewa (dok. Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah)

KH Abdul Wahab Chasbullah adalah penggerak utama organisasi dan tokoh penting dalam perumusan langkah-langkah strategis NU. Sebelum NU berdiri, beliau telah aktif mendirikan organisasi pergerakan seperti Nahdlatul Wathan dan Nahdlatut Tujjar, serta kelompok diskusi Tashwirul Afkar yang menjadi wadah pemikiran progresif ulama muda.

4. KH Bisri Syansuri

KH Bisri SyansuriKH Bisri Syansuri Foto: Dok. Islam Nusantara Center

KH Bisri Syansuri merupakan pendiri utama lainnya yang kelak menjabat Wakil Rais 'Aam hingga Rais 'Aam PBNU. Ia dikenal sebagai pelopor pendirian pesantren perempuan dan memiliki kontribusi besar, tidak hanya bagi NU tetapi juga bagi bangsa Indonesia.

Meski banyak tokoh lain yang turut berperan, kehadiran NU menjadi bukti bahwa ulama Nusantara mampu merespons tantangan zaman dengan bijaksana.

Hingga kini, Nahdlatul Ulama berkembang menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia, menjadi rumah bagi ulama dan pusat lahirnya pemikiran keislaman yang moderat, toleran, dan mengakar pada tradisi keilmuan pesantren.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/dpe)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads