Sentra tenun di Dusun Penggaron, Jombang, selama ini identik dengan produksi sarung atau kain bahan busana. Namun inovasi segar lahir dari kolaborasi tim dosen Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya bersama POKMAS Tenun Wastra Sejahtera.
Melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI tahun 2025, tim tersebut menyulap benang tenun tradisional menjadi produk interior bernilai tinggi.
Selama ini, 14 penenun perempuan di kelompok tersebut menghadapi tantangan pasar yang stagnan. Produk mereka terbatas pada tekstil fashion, dengan pemasaran yang masih konvensional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat potensi besar yang belum tergarap, Ketua Tim Pelaksana Dr. Sherly de Yong, S.Sn., M.T., bersama Dr. Ir. Lintu Tulistyantoro, M.Ds., dan Dr. Yusita Kusumarini, S.Sn., M.Ds., membawa pendekatan kolaboratif Co-Design.
Sherly menjelaskan, terobosan utama proyek ini adalah memadukan benang tenun dengan lidi bambu untuk menciptakan produk interior berupa window blind (tirai jendela) dan karya seni tenun kontemporer.
"Kami ingin mengangkat nilai jual tenun Jombang agar tidak hanya bersaing di pasar fashion yang sudah jenuh, tetapi masuk ke pasar interior yang lebih luas. Melalui metode Design Thinking, kami bersama mitra menciptakan prototipe tirai gulung (roller blind) dan karya seni tenun kontemporer," ujar Sherly, Jumat (21/11/2025).
Ia mengakui prosesnya tidak instan. Tim UK Petra harus memodifikasi mesin tenun agar bisa mengakomodasi material bambu. Dengan pendampingan intensif, prototipe produk tersebut kini memasuki tahap finishing dan siap dipasarkan.
UK Petra Kembangkan Tenun-Bambu Jombang Jadi Produk Interior Kekinian Foto: Istimewa |
Penenun Diajak Go Digital
Tak hanya menghasilkan produk baru, tim juga mendorong para penenun yang sebagian besar merupakan perempuan dan banyak berusia lanjut-untuk melek teknologi. Melibatkan mahasiswa, UK Petra memberikan pelatihan satu per satu terkait pemasaran digital.
Kini POKMAS Tenun Wastra Sejahtera mulai aktif mengelola media sosial dan menyiapkan website katalog. Produk inovatif ini juga sudah dipamerkan dalam Pameran UMKM Perabot pada pertengahan November 2025 dan mendapat respons positif.
"Harapan kami, revitalisasi ini tidak hanya meningkatkan omzet mitra, tetapi juga menjadikan Dusun Penggaron sebagai destinasi wisata edukasi berbasis tenun yang mandiri dan berkelanjutan," imbuh Sherly.
Akar Gerakan dan Perkembangan Tenun Penggaron
Lintu Tulistyantoro menjelaskan sejarah serta proses pengembangan kelompok tenun tersebut. Ia menegaskan bahwa transformasi ini merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin dan lintas profesi.
"PokMas Tenun Wastra Sejahtera ini terbentuk dulu tahun 2020 akibat PHK dari perusahaan tenun, kita mendampingi mereka karena mereka beberapa single parent. Hampir semuanya adalah perempuan," beber Lintu.
"Awalnya mereka itu adalah hanya menguasai menenun sarung. Tapi dengan pelatihan dan juga bantuan dari Pemda Jombang, PokMas ini akhirnya mampu menyelesaikan proses tenun dari nol benang toko hingga jadi," tambahnya.
Alat yang digunakan pun hanya alat kecil dengan lebar 70 cm karena produksi hanya sarung, maka dikembangkan lagi menjadi kebutuhan fashion sehingga perlu alat besar dengan alat baru menjadi lebar tenun 115 cm.
"Sebelumnya dari sarung sudah berkembang menjadi kain untuk keperluan fashion. Nah melihat ini maka kepikiran untuk bagaimana caranya agar produk mereka bisa meluas marketnya. Hibah ini memang secara khusus mencoba mengembangkan penggunaan tenun untuk keperluan interior," ungkapnya.
Lalu yang dikembangkan adalah dengan mengkomposisikan material benang dengan bambu, sehingga memiliki fungsi lain bisa untuk tirai, wall hanging, taplak dan mungkin yang lainnya.
Pekerjaan ini melibatkan dosen, perajin tenun, perajin pewarna alam batik, perajin bambu yang menghasilkan bilah bambu ukuran 2.5-5 mm, seniman yang bermain di motif, dari yang tradisional menjadi kontemporer.
"Sehingga diharapkan akan disukai oleh anak anak muda zaman now. Bentuk dan komposisi warna sedang dicobakan untuk berbeda yaitu komposisi bentuk dan warna yang baru akan menjadi andalannya. Selain itu juga adanya penyederhanaan proses karena memperpendek 4 langkah proses tenun," jelasnya.
"Harapannya, desain lebih ekspresif sesuai zaman. Nah projek ini memang didanai dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, melalui PISN tahun 2025. Jadi kolaborasi yang dilibatkan banyak dosen, mahasiswa, seniman lukis, perajin bambu, penenun, pembuat warna dan lain-lain," pungkasnya.
(irb/hil)












































