Kegigihan Gus Dur Timba Ilmu Patut Jadi Teladan Generasi Muda

Kegigihan Gus Dur Timba Ilmu Patut Jadi Teladan Generasi Muda

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Senin, 10 Nov 2025 19:15 WIB
Makam Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang
Makam Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari itu rupanya sosok yang 'gila ilmu'. Seperti apa kegigihan Gus Dur dalam menimba ilmu?

Sebagaimana dikutip dari tebuireng.online dalam artikelnya berjudul 'Perjalanan Gus Dur dalam Mengentaskan Kebodohan' yang terbit pada 5 November 2024. Gus Dur lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil pada 7 September 1940 di Jombang.

Putra sulung dari KH Wahid Hasyim mengawali menimba ilmu dengan belajar mengaji ke sang kakek KH Hasyim Asy'ari. Di usianya yang baru 5 tahun itu, Gus Dur sudah fasih membaca Al-Qur'an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menginjak usia sekolah, Gus Dur mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Gowongan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta. Di waktu itu pula, ia juga mengaji di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.

Perjalanan Gus Dur dalam menimba ilmu kian berlanjut. Dari Yogyakarta, ia meneruskan pendidikannya ke Pondok Pesantren Tegal Rejo, Magelang, Jawa Tengah selama 2 tahun. Kemudian dilanjut ke Pondok Pesantren Tambakberas di Jombang.

ADVERTISEMENT

Menginjak usia 22 tahun, Gus Dur diberangkatkan oleh orang tuanya ke Makkah untuk beribadah haji. Selesai dari Tanah Suci, ia melabuhkan diri ke Al-Azhar University, Kairo, Mesir untuk belajar di Fakultas Syariah (Kulliah Assyariah). Gus Dur hanya 2 tahun menimba ilmu di Kairo dari tahun 1964-1966.

Selanjutnya, ia mendalami ilmu sastra di Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab, Universitas Baghdad, Irak. Perkuliahannya di Irak ini tuntas selama 4 tahun dari tahun 1966-1970.

"Kemudian, Gus Dur pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Ia belajar di Universitas Leiden. Kemudian pergi ke Jerman dan Prancis sebelum ke Indonesia pada tahun 1971," terang Izza Humairo dalam artikelnya di tebuireng.online yang dikutip detikJatim, Senin (10/11/2025).

Kegilaan Gus Dur dalam menimba ilmu tidak sebatas di atas bangku sekolah. Di luar itu, ia juga gemar membaca buku. Banyak buku yang sudah dibaca Gus Dur, mulai dari kitab-kitab sastra Arab hingga buku-buku filsafat. Seperti Ernest Hemingway, John Steinbacth, Will Durrant, hingga buku Lenin yang berjudul 'Whats is to be Done'.

Menginjak tahun 1974, Gus Dur menjadi guru di Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Ia mengajar kitab Al-Hikam selama 3 tahun. Pada tahun 1977, ia bergabung di Universitas Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Gus Dur kala itu diangkat menjadi Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam dengan mengajar subjek tambahan seperti Pedagogi, Syariat Islam dan Misiologi.

Selama di Tanah Air, Gus Dur tidak lantas berkiprah di kepengurusan NU. Ia baru masuk kepengurusan NU pada tahun 1984, setelah dipaksa kakeknya dari jalur ibu KH Bisri Syansuri, Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang.

Suami dari Sinta Nuriyah ini kemudian menjabat Ketua Umum Tanfidziyah sampai tahun 2000 atau tiga periode. Pada 1999, Gus Dur terpilih menjadi Presiden ke-4 RI secara demokratis menggantikan Bacharuddin Jusuf Habibie. Gus Dur menjabat Presiden RI hingga Mei 2001.

Perjalanan Gus Dur yang luar biasa dalam menimba ilmu bisa menjadi teladan kita semua. Terutama anak-anak muda sekarang perlu rasanya mencontoh kegigihan Gus Dur dalam hal menimba ilmu. Terlebih lagi akses pendidikan di era modern ini sangat mudah didapat.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads