Biografi Syaikhona Kholil, Guru Para Ulama Nusantara

Biografi Syaikhona Kholil, Guru Para Ulama Nusantara

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Senin, 10 Nov 2025 18:15 WIB
Al-Alim Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Al-Bangkalani Al-Maduri Al-Jawi Asy-Syafii
Syaikhona Kholil Bangkalan/Foto: Wikimedia Commons
Surabaya -

Nama Syaikhona Muhammad Kholil atau Mbah Kholil kini resmi tercatat dalam deretan Pahlawan Nasional. Ulama besar asal Bangkalan ini bukan hanya dikenal karena keilmuannya yang mendalam di bidang fiqih, tetapi juga sebagai pelopor berdirinya pondok pesantren di Indonesia.

Syaikhona Kholil dikenal sebagai ahli fiqih. Beberapa karyanya telah banyak diajarkan di berbagai pondok pesantren. Berikut rangkuman biografi perjalanan hidup Syaikhona Kholil.

Hari ini, Presiden Prabowo Subianto menyematkan gelar Pahlawan Nasional pada Syaikhona Kholil bersama sembilan pahlawan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riwayat Hidup

Syaikhona Kholil lahir pada Selasa, 14 Maret 1820 M. Atau 11 Jumadil Akhir 1235 H di Bangkalan. Ayahnya bernama KH Abdul Latif, seorang kiai di Kampung Senenan, Kemayoran, Bangkalan. Syaikhona Kholil memiliki silsilah yang tersambung ke Sunan Gunung Jati.

ADVERTISEMENT

Sebelum Syaikhona Kholil lahir, pemerintahan Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Van Der Capellen mengawasi segala aktivitas penduduk Kota Bangkalan setiap harinya. Terutama aktivitas perdagangan antarpedagang Madura dan Pasuruan.

Kala itu, masyarakat tidak dapat berbuat banyak. Bahkan, pimpinan lokal Bangkalan yakni Sultan Bangkalan II hanya berperan sebagai bawahan raja Belanda.
Hingga pada tahun 1820-an, masyarakat mengharapkan adanya ulama besar asal Madura yang mampu memberikan ilmu agama.

Mengutip dari beberapa sumber, Syaikhona Kholil dididik sangat ketat oleh ayahnya. Sejak kecil ia telah menunjukkan keistimewaanya. Terutama pada kehausannya pada ilmu fiqih dan nahwu. Ia bahkan telah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait yang membahas ilmu nahwu). Untuk memenuhi harapan dan kehausan Syaikhona Kholil pada ilmu, orang tuanya pun mengirimnya ke berbagai pesantren.

Riwayat Pendidikan

Ayahnya, KH Abdul Latief membawa Syaikhona Kholil ke Pondok Pesantren Langitan Tuban. Sang ayah menitipkannya kepada pengasuh pesantren bernama KH Muhammad Nur. Pondok itu juga melahirkan beberapa tokoh generasi pertama NU. Di antaranya KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, KH Syamsul Arifin, dan lainnya.

Dari langitan, ia berpindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Lalu, pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama di Pondok Pesantren ini, ia belajar ke Kiai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi.

Sebenarnya, Kiai Nur Hasan mempunyai pertalian keluarga dengannya. Namun, untuk mendapat ilmu, Syaikhona Kholil rela melakoni perjalanan yang lumayan jauh setiap hari.

Selama perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surah Yasin.

Pada 1859, Syaikhona Kholil berangkat ke Makkah untuk menimba ilmu. Namun, sebelum itu, ia memutuskan menikah dengan Nyai Asyik, anak perempuan Lodra Putih.

Di Makkah, Syaikhona Kholil berguru dengan Syeikh Nawawi al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari Banten). Selain itu, ia juga pernah berguru kepada beberapa ulama, di antaranya : Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani.

Setelah menimba ilmu di Mekkah cukup lama, Syaikhona Kholil memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia mendirikan pondok pesantren di Desa Cengkebuan. Ia bahkan dikenal sebagai ahli fiqih dan tarekat.

Beberapa karya karangannya banyak dipelajari di Pondok Pesantren seperti kitab As-silah fi Bayan an-Nikah. Kitab ini membahas perihal fiqih pernikahan. Tak hanya itu, ia juga mengarang kitab Al-Matnu sSyarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif yang membicarakan fundamen dasar hukum Islam (ilmu fiqih).

Wafat

Syaikhona Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau 1925 Masehi.

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Mengulik Sejarah dan Syarat Pemberian Gelar Pahlawan Nasional"
[Gambas:Video 20detik]
(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads