Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Amien Widodo buka suara soal kondisi tanah retak di Dusun/Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun yang menyebabkan sembilan rumah warga terdampak. Kejadian itu terjadi sejak Kamis (30/10).
Ia menyebut, retakan tanah perlu dilakukan kajian lebih detail, agar tidak semakin memperlebar retakan hingga memicu longsor.
"Memang memerlukan kajian lebih detail agar retakan tidak melebar atau paling tidak ada rekomendasi apa yang harus dilakukan masyarakat yang bermukim di sekitar retakan tersebut," kata Prof Amien, Jumat (7/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain karena mencegah retakan, Prof Amien juga mengingatkan kondisi semacam ini bisa jadi tanda-tanda tanah longsor.
"Mengingat beberapa pengalaman tanah longsor di Jawa Timur semuanya di mulai ada tanah retak, tanah ambles dan tanah gerak di lereng gunung," ujarnya.
"Umumnya masyarakat yang bermukim di bawahnya tidak menyadari hal tersebut atau ada yang menyadari tetapi tidak mau pindah sehingga menjadi korban," imbuhnya.
Lebar retakan di kawasan Gunung Wilis tersebut mencapai sekitar 10 cm dengan panjang 500 meter. Pihak BPBD Madiun telah mengimbau masyarakat setempat untuk mengungsi saat hujan turun. Hal ini sebagai langkah antisipasi terjadinya longsor.
Prof Amien menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor pada musim hujan.
"Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan terjadilah longsor. Mengingat saat ini musim hujan baru mulai maka diperlukan pemetaan kawasan rawan longsor yang bisa dipakai pedoman penduduk yang bermukim di kawasan rawan longsor," terangnya.
Prof Amien memaparkan kejadian tanah longsor pernah terjadi di beberapa wilayah, seperti Panti Jember 2006, Ngrimbi Jombang 2014, Banaran Ponorogo 2017, Sawahan Nganjuk 2021. Sementara, tahun 2022-2024 terjadi di berbagai tempat seperti di Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Lumajang.
Sedangkan di tahun 2025, bencana longsor kembali terjadi di Desa Sambirejo Wonosalam Jombang. Selain itu, longsor di Desa Depok, Trenggalek Jawa Timur total 6 korban jiwa dalam peristiwa itu.
"Pada 1 November 2025 longsor terjadi sekitar pukul 21.00 WIB saat hujan deras mengguyur wilayah Bendungan sejak sore. Tebing setinggi 25 meter di belakang rumah longsor dan menimpa rumah. Ada empat korban jiwa," pungkasnya.
(auh/hil)












































