Gua Anggas Wesi yang jauh di pedalaman hutan wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang, konon tempat bertapa Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit. Karenanya gua alami ini dikunjungi peziarah yang ritual dengan berbagai tujuan.
Cerita rakyat ini dituturkan Ketua LMDH Mitra Wana Sejahtera Desa Lebak Jabung, Achmad Yani. Ia meyakini, Gua Anggas Wesi erat kaitannya dengan Majapahit. Sebab, dahulu kala, ada seorang abdi dalem Kerajaan Kediri bernama Joko Suruh yang bertapa di gua ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Joko lebih dulu mandi untuk menyucikan diri di Sumber Suruh. Lokasinya di bawah Gua Anggas Wesi, wilayah administrasi Desa Kedunglumpang, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Ketika meditasi di gua ini, Joko Suruh mendapatkan ilham agar menemui tokoh Desa Jabung, Ki Ageng Giring.
"Setelah diskusi dengan Ki Ageng Giring, Joko Suruh diminta mendirikan padepokan yang namanya Majapahit sampai menjadi Kerajaan Majapahit. Joko Suruh inilah Raden Wijaya," terangnya kepada detikJatim, Jumat (7/11/2025).
SaatMajapahit mencapai kejayaan, lanjutYani,Mahapatih Gajah Mada membentuk pasukan Bhayangkara. Konon, tempat pembentukan pasukan elit itu kini menjadi Situs BudayaPetilasan Gajah Mada di Desa Lebak Jabung.
Gua Anggas Wesi Jombang. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim |
Pada zaman kerajaan, kampung ini bernama Jabung, akronim dari Jagad Bumi Agung. Sedangkan, luas petilasan saat ini 0,1 hektare masuk wilayah Perhutani KPH Jombang.
"Di petilasan ini, pernah ditemukan lingga yoni dan pahatan cap kaki, sudah dievakuasi ke BPKW XI Jatim. Saya lihat di peta KLHK, alhamdulillah petilasan ini ditetapkan sebagai kawasan hutan dalam pengelolaan khusus (KHDPK)," ungkapnya.
Cerita turun temurun yang diyakini sebagian masyarakat inilah yang membuat Gua Anggas Wesi menjadi destinasi wisata religi. Mayoritas peziarah melewati Dusun Jabung, Desa Lebak Jabung, Jatirejo, Mojokerto. Karena jalurnya paling dekat dibandingkan lewat Desa Pakis, Trowulan, Mojokerto maupun Desa Sumberjo.
Gua Anggas Wesi terletak di Desa Sumberjo, Wonosalam, Jombang. Tepatnya di petak 37F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumberjo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, KPH Jombang. Luasnya 0,1 ha, digolongkan kelas hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh).
Namun, keberadaan manusia gua membuat Gua Anggas Wesi kian sepi pengunjung. Sebab, gua alami di pedalaman hutan ini semakin kumuh. Salah satu penghuninya adalah Sudarmaji yang mengaku berasal dari Boyolali, Jateng.
Ia hidup di gua ini sejak sekitar tahun 1983 atau 42 tahun silam. Belum lagi enam orang satu keluarga asal Jogoroto, Jombang yang mendirikan gubuk di sebelah kanan gua.
"Kumuhnya gua, tidak terawat. Sehingga orang-orang yang mau datang menjadi enggan. Padahal, gua ini sangat penting karena cikal bakal Majapahit. Seharusnya dirawat, dilestarikan, agar tidak ditempati orang semaunya sendiri," cetus Yani.
Yani berharap pemerintah dan Perhutani segera menangani masalah ini. Sehingga Gua Anggas Wesi menjadi destinasi wisata religi yang dikelola dengan baik.
"Besar harapan kami pemerintah mengambil langkah. Jelas gua ini bisa masuk destinasi pariwisata. Itu boleh diajukan ke KLHK untuk menjadi hutan adat," jelasnya.
Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung Tarmidi menjelaskan, ditetapkannya Gua Anggas Wesi sebagai hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh) menunjukkan komitmen ke depan akan menjadikannya wisata religi.
"Karena masih dominan dengan Kerajaan Majapahit, di situ menjadi tempat meditasi," terangnya.
Sayangnya, sampai saat ini Pemdes Sumberjo enggan mengelola Gua Anggas Wesi sebagai destinasi wisata. Menurut Tarmidi, justru Kepala Desa Pakis yang siap membawa investor untuk mengelola potensi pariwisata alam ini.
"Namun, kami tidak bisa memberikan persetujuan karena secara administrasi gua ini masuk Desa Sumberjo," tandasnya.
(irb/hil)













































