Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat 365 kejadian bencana alam di Kabupaten Malang. Mulai dari tanah longsor, angin kencang, hingga gempa bumi skala kecil.
Dari jumlah itu, terhitung sejak Januari hingga Oktober 2025 telah terjadi 58 kali angin kencang, 19 banjir, 37 pohon tumbang, 72 tanah longsor, dan 170 gempa bumi. Dari total kejadian itu, kerugian material ditaksir mencapai Rp 729 juta.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang, Ichwanul Muslimin menyampaikan bahwa telah menetapkan status tanggap darurat bencana hidrometerologi di wilayah Kabupaten Malang sejak akhir Oktober 2025 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ichwanul Muslimin mengatakan penetapan status tanggap darurat bencana hidormeterologi, karena tanda-tanda potensi bencana sudah mulai tampak di banyak titik.
"Kabupaten Malang sudah tanggap darurat. Mulai dari tanggal 29, 30 Oktober banyak tanda-tanda sudah tampak, seperti pohon tumbang, akhirnya kita menentukan status tanggap darurat," kata Ichwanul kepada wartawan, Kamis (6/11/2025).
Sementara menghadapi kondisi tersebut, Polres Malang bersama TNI, BPBD, Satpol PP, Damkar, PLN, PMI, relawan tanggap bencana, serta Forkopimda Kabupaten Malang membangun pola koordinasi cepat dalam setiap penanganan di lapangan.
Kapolres Malang AKBP Danang Setiyo P.S. menegaskan bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci utama untuk mempercepat langkah tanggap darurat di daerah rawan bencana.
"Polri tidak bisa bekerja sendiri. Kami perkuat sinergi dengan TNI, BPBD, dan seluruh stakeholder agar setiap penanganan di lapangan bisa cepat, tepat, dan terkoordinasi," ujar AKBP Danang Setiyo terpisah.
Menurut Danang, sinergi tersebut diwujudkan melalui apel kesiapsiagaan, patroli daerah rawan bencana, latihan gabungan evakuasi, hingga penguatan posko komunikasi di setiap kecamatan.
"Setiap wilayah rawan sudah kami petakan bersama BPBD. Kami juga memastikan jalur evakuasi dan alat tanggap darurat bisa digunakan sewaktu-waktu," tambah Danang.
Selain memastikan kesiapan personel, Polres Malang juga aktif mengedukasi masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi bencana di sekitar tempat tinggalnya.
Dengan kondisi geografis yang kompleks, mulai dari pegunungan, pesisir, hingga dataran rendah, Kabupaten Malang menjadi salah satu wilayah dengan tingkat risiko bencana tertinggi di Jawa Timur.
Polres Malang memastikan upaya sinergi lintas instansi akan terus ditingkatkan hingga akhir tahun.
"Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari sistem tanggap bencana. Kesadaran dini sangat membantu petugas dalam mencegah korban," pungkasnya.
(dpe/abq)












































