Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) kembali menyoroti pentingnya pemberian subsidi pupuk bagi sektor perikanan, khususnya pupuk jenis SP-36.
Hal itu disampaikan dalam kunjungan kerja Anggota Komisi IV DPR RI 2024-2029, Rokhmin Dahuri yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI periode 2001-2004, di Graita Eka Praja.
Kunjungan tersebut turut dihadiri Sekjen Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS), Ikhlas Bahar, beserta sejumlah tenaga ahli dan analis DPR RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Gus Yani menegaskan subsidi pupuk menjadi faktor penting untuk mendorong peningkatan hasil tambak dan menjaga keberlanjutan sektor perikanan yang jadi andalan ekonomi masyarakat pesisir Gresik.
"Kalau subsidi pupuk, khususnya SP-36, bisa diberikan kembali mulai tahun 2026, saya yakin produktivitas tambak bandeng kita akan meningkat tajam. Ini akan berpengaruh langsung pada kesejahteraan petambak dan ketahanan pangan nasional," ujar Gus Yani, dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).
Tak hanya itu, Gus Yani menyampaikan pentingnya payung hukum di wilayah pesisir. Hal ini lantaran potensi sumber pendapatan dari wilayah tersebut sangatlah tinggi. Di Kabupaten Gresik misalnya, ia mengungkapkan perlunya ada payung hukum terkait desalinasi air laut untuk kebutuhan industri.
Gus Yani juga menekankan pentingnya keberlanjutan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sebagai wujud nyata dukungan pemerintah bagi nelayan. Sejak diresmikan pada 2022 oleh Gresik Migas, SPBN Campurejo mencatat omzet hingga 14 kiloliter per hari dan berhasil menekan biaya operasional nelayan secara signifikan. Pada 2026, SPBN serupa akan dibangun di Kecamatan Ujungpangkah untuk memperluas layanan bagi nelayan pesisir.
"SPBN ini menjadi napas baru bagi nelayan kita. Persoalan BBM yang dulu sulit, kini sudah terjawab. Pemerintah hadir untuk memastikan nelayan tidak lagi bekerja dalam tekanan biaya tinggi," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rokhmin Dahuri menilai Kabupaten Gresik memiliki posisi strategis untuk menjadi model pembangunan agro-maritim berkelanjutan di Indonesia. Dengan kombinasi kekuatan industri, perikanan, dan sumber daya manusia yang kompeten, Gresik disebut memiliki 'modal dasar pembangunan' yang lengkap untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Rokhmin juga menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix, yakni sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media. Hal ini untuk memperkuat daya saing daerah di tengah tantangan global.
"Dengan tata kelola yang baik dan kolaborasi yang solid, Gresik bisa menjadi contoh kabupaten pesisir modern yang memadukan industrialisasi dengan keberlanjutan sumber daya laut," ujar Rokhmin.
Sebagai informasi, kinerja sektor perikanan di Kabupaten Gresik terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Dinas Perikanan Gresik, nilai produksi perikanan tangkap tercatat sebesar Rp229,5 miliar pada 2022, naik menjadi Rp266,2 miliar pada 2023, dan tetap stabil di angka Rp264,6 miliar pada 2024. Hingga September 2025, tren produksi masih bergerak positif.
Selaras dengan peningkatan nilai produksi, volume hasil tangkapan laut di Gresik juga menunjukkan pertumbuhan signifikan. Produksi meningkat dari 7.875 ton pada 2021 menjadi 11.744 ton pada 2022, dan stabil di angka 8.374 ton pada 2024.
Sementara itu, sektor budidaya menunjukkan dominasi kuat pada komoditas bandeng. Pada 2023, produksi bandeng Gresik menyumbang 55,87% dari total produksi Jawa Timur dan 11,71% dari skala nasional. Setahun kemudian, kontribusinya tetap tinggi dengan 55,37% di tingkat provinsi dan 11,4% secara nasional.
Khusus di Kampung Bandeng Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah, produksi terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Kawasan ini bahkan menjadi percontohan pengembangan Technopark Minapolitan, pusat riset dan inovasi budidaya berbasis teknologi yang memperkuat posisi Gresik sebagai sentra bandeng nasional.
(prf/ega)








































.webp)













 
             
             
  
  
  
  
  
  
 