Hujan es adalah fenomena cuaca yang masih jarang terjadi di Indonesia, tetapi setiap kemunculannya selalu menarik perhatian. Bongkahan es yang jatuh dari langit sering disertai hujan deras dan angin kencang, sehingga berpotensi merusak properti, tanaman, hingga infrastruktur.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa cuaca ekstrem bisa terjadi secara tiba-tiba, terutama pada masa transisi musim. Selain menimbulkan kerusakan fisik, hujan es juga membawa risiko bagi lingkungan dan kesehatan.
Tetesan es yang terbentuk di atmosfer dapat menampung polutan dan gas emisi, sehingga penting bagi masyarakat untuk memahami penyebab, bahaya, serta tanda-tanda kemunculannya. Dengan pengetahuan ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi fenomena langka namun berisiko ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hujan Es Guyur Jember |
Apa Itu Hujan Es?
Dilansir dari jurnal Fenomena Hujan Es Menjelang Musim Hujan yang ditulis Pokja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III Ariantika dan Diana Hikmah, hujan es adalah fenomena cuaca ekstrem yang terjadi ketika butiran es terbentuk di atmosfer dan jatuh ke permukaan bumi.
Fenomena ini biasanya muncul akibat ketidakstabilan atmosfer, di mana udara hangat bertemu udara dingin dengan kelembapan tinggi, sehingga memicu terbentuknya awan Cumulonimbus.
Awan Cumulonimbus memiliki kemampuan menghasilkan butiran es yang cukup besar, yang turun ketika angin tidak cukup kuat untuk mencairkannya sebelum mencapai permukaan.
Proses terbentuknya hujan es didorong updraft atau arus udara naik yang kuat di dalam awan, sehingga puncak awan dapat mencapai lapisan tropopause dengan suhu ekstrem hingga -60Β°C atau lebih.
Ukuran butiran es bervariasi, umumnya berkisar antara 5 hingga 50 mm. Fenomena ini paling sering terjadi di daerah dataran tinggi atau wilayah dengan suhu permukaan relatif dingin, dan biasanya berlangsung singkat, namun mampu menimbulkan kerusakan pada infrastruktur, tanaman, atau kendaraan.
Penyebab Hujan Es
Menurut Peneliti Senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Amien Widodo, hujan es terbentuk akibat aktivitas awan Cumulonimbus (Cb), yaitu awan besar, gelap, dan berbentuk seperti jamur yang muncul terutama sepanjang musim hujan.
Awan ini mampu menghasilkan hujan es karena adanya arus udara naik yang kuat di dalamnya. Saat suhu permukaan cukup rendah, butiran hujan yang turun dapat membeku menjadi es sebelum mencapai tanah.
Selain hujan es, awan Cumulonimbus juga dapat membawa angin kencang atau puting beliung, yang sering memperparah dampak. Perubahan iklim global semakin meningkatkan kemungkinan terjadinya fenomena ini, membuat hujan es yang sebelumnya jarang terjadi menjadi lebih sering muncul di beberapa wilayah.
Hujan es berukuran besar atau disertai angin kencang berpotensi menimbulkan kerusakan serius, seperti pecahnya kaca, genting rumah, atau kerusakan infrastruktur lainnya.
Sayangnya, hujan es sulit diprediksi secara tepat waktu dan lokasi, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan, terutama selama musim penghujan. Masyarakat disarankan memperkuat konstruksi bangunan agar lebih tahan terhadap hujan es dan angin kencang.
Bahaya Hujan Es
Kepala Departemen Teknik Lingkungan FT-SPK ITS Arie Dipareza Syafei menjelaskan hujan es yang disertai hujan deras dan angin kencang tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik pada fasilitas umum maupun properti pribadi, tetapi juga berdampak pada kualitas udara di sekitarnya.
Secara komposisi, hujan es mirip dengan hujan biasa, hanya berbeda bentuk padat. Namun, hujan es membawa polutan dari atmosfer, termasuk partikel debu halus serta gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.
Zat-zat emisi dari bumi menempel pada tetesan air di atmosfer, dan dalam hujan es campuran air ini mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara dan perubahan suhu. Karena biasanya disertai angin kencang, hujan es dapat menyebarkan polutan lebih luas.
Turbulensi angin mempercepat pengenceran dan penyebaran gugus emisi ke wilayah sekitar. Bongkahan es hujan es mengandung senyawa polutan yang berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk tidak menggunakan hujan es sebagai bahan minum atau makanan.
Tanda Hujan Es Akan Datang
Sebelum hujan es turun, alam biasanya memberikan beberapa pertanda yang bisa diamati. Beberapa tanda-tanda ini muncul sebagai peringatan dini bagi masyarakat, mulai dari perubahan cuaca hingga fenomena awan yang khas, yang menandakan bahwa hujan es akan segera terjadi. Berikut tanda-tandanya dikutip BMKG.
- Angin kencang mulai bertiup di sekitar lokasi.
- Udara terasa sangat panas dan pengap, menandakan ketidakstabilan atmosfer.
- Awan Cumulonimbus terlihat dengan batas tepi berwarna abu-abu dan bentuk menyerupai bunga kol.
- Sensasi dingin mulai terasa di sekeliling kita.
- Hujan deras datang secara tiba-tiba, sering disertai angin kencang.
Fenomena hujan es biasanya terjadi pada masa transisi musim, baik saat pancaroba maupun peralihan dari musim kemarau ke hujan, atau sebaliknya. Mengenali tanda-tanda ini membantu lebih siap dan waspada, sehingga dapat meminimalkan risiko kerusakan dan menjaga keselamatan diri serta lingkungan sekitar.
(auh/irb)