Kota Probolinggo kembali menorehkan prestasi di bidang pelestarian budaya. Dua unsur budaya khas daerah ini, yakni Ketan Keratok dan Tradisi Bi-Bi, resmi direkomendasikan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tahun 2025 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Penetapan ini menambah jumlah WBTb yang dimiliki Kota Probolinggo menjadi empat unsur, setelah sebelumnya telah memiliki Jaran Bodhag dan Kerapan Sapi Brujul.
Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo, Rizky Nur Andrian menjelaskan, proses pengusulan dua unsur budaya tersebut telah berlangsung cukup lama dan melalui sejumlah tahapan ketat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prosesnya untuk Ketan Keratok dimulai sejak tahun 2024 lalu. Setelah diusulkan, tim ahli dari pusat melakukan kajian dan memberikan catatan perbaikan. Setelah dinilai layak, baru disidangkan di tingkat nasional," ujar Rizky, Senin (13/10/2025).
Sidang penetapan WBTb berlangsung di Hotel Sutasoma, Jakarta Selatan, pada 8 Oktober 2025, di mana hasilnya menetapkan bahwa seluruh usulan dari Jawa Timur, termasuk dua unsur budaya dari Kota Probolinggo, direkomendasikan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Menurut Rizky, Ketan Keratok dipilih karena memiliki keunikan dan cita rasanya yang mencerminkan identitas khas Kota Probolinggo,
"Kalau nasi jagung bisa ditemukan di banyak daerah, tapi Ketan Keratok ini berbeda. Hanya di Kota Probolinggo kita bisa menemukan cita rasa dan cara penyajian khasnya," jelasnya.
Ketan Keratok hingga kini masih dijajakan oleh pelaku UMKM di berbagai sudut kota, terutama pada pagi hari dan malam hari. Keberadaannya yang tetap lestari menjadi salah satu alasan kuat pengusulan sebagai WBTb.
Selain itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga mengusulkan agar Ketan Keratok dijadikan makanan daerah resmi Kota Probolinggo, yang dapat disajikan dalam kegiatan resmi, hajatan, hingga festival budaya.
Sementara itu, Tradisi Bi-Bi adalah sebuah ritual yang digelar setiap malam sebelum Lebaran, menjadi unsur budaya kedua yang berhasil lolos penetapan tahun ini.
"Tradisi Bi-Bi sudah kami kaji sejak tahun 2019. Prosesnya panjang karena sempat beberapa kali perlu perbaikan dokumen dan data. Baru tahun ini akhirnya sampai ke tahap akhir," terang Rizky.
Tradisi yang masih dilakukan secara masif oleh masyarakat ini dinilai memiliki nilai spiritual dan sosial tinggi, sekaligus memperkuat jati diri masyarakat Kota Probolinggo yang religius dan komunal.
Kedua unsur budaya tersebut kini menunggu penerbitan nomor registrasi resmi WBTb dari Kemendikbudristek.
"Nomor registrasi masih dalam proses di kementerian, karena baru direkomendasikan pada sidang kemarin," kata Rizky.
Dengan bertambahnya dua unsur ini, Pemerintah Kota Probolinggo berharap agar masyarakat semakin mencintai dan melestarikan budaya lokal.
"Dengan penetapan ini bukan akhir, tapi justru awal untuk terus menjaga, mengenalkan, dan mengembangkan kekayaan budaya kita," tutup Rizky.
Salah satu pemerhati budaya Probolinggo, Edi Martono mengaku sangat bersyukur dan bangga atas capaian tersebut.
"Tentunya saya sebagai pegiat budaya sangat senang sekali. Karena dua unsur budaya kita, Bi-Bi dan Ketan Keratok, bisa lolos dan akan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kemendikbudristek," ungkap Edi saat diwawancarai melalui pesan suara.
Edi Martono, yang juga dikenal sebagai salah satu maestro dan pelaku tradisi Bi-Bi, merasa memiliki kedekatan emosional dengan penetapan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan tradisi Bi-Bi, yang kini telah menjadi warisan budaya nasional, bermula dari lingkungan tempat tinggalnya.
"Yang membuat saya semakin bangga, karena kegiatan tradisi Bi-Bi itu awalnya dimulai di tempat saya. Sekarang bisa dikenal luas dan diakui di tingkat nasional," ujarnya.
Edi juga turut hadir dalam sidang penetapan WBTb di Jakarta sebagai perwakilan dari Kota Probolinggo.
"Apalagi kemarin saya juga hadir di sana sebagai maestro, tentu saya sangat senang sekali," tambahnya.
Menurut Edi, akan ditetapkan dua unsur budaya ini merupakan bentuk apresiasi nyata bagi masyarakat dan pelaku budaya yang selama ini berkomitmen melestarikan warisan lokal. Ia berharap keberhasilan ini bisa menjadi motivasi bagi generasi muda untuk lebih mencintai kebudayaan daerah.
"Semoga ini menjadi semangat baru untuk terus menjaga dan mengenalkan budaya kita, supaya tidak hilang dimakan zaman," ujarnya.