Proses evakuasi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny selama sembilan hari menyisakan kisah yang tidak hanya mengharukan, tetapi juga inspiratif.
Salah satu kisah datang dari perjuangan tim penyelamat dalam membuat jalur evakuasi di tengah reruntuhan bangunan. Di antara tumpukan beton yang saling menimpa, terdapat nyawa yang menunggu untuk diselamatkan. Tantangan terbesar adalah kondisi bangunan yang sangat rapuh dan bisa bergeser kapan saja.
Nur Hadi Santoso, salah satu rescuer Basarnas Surabaya, masih mengingat betul betapa sulitnya proses evakuasi di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akses ke para korban melalui celah-celah kecil. Jadi, ukuran tubuh kita hanya bisa masuk lewat lubang selebar 30 sentimeter, bahkan kadang lebih sempit ke arah korban," jelasnya.
![]() |
Hal senada disampaikan Gani Wiratama, rescuer Basarnas Surabaya lainnya. Ia mengatakan bahwa penggunaan alat bantu evakuasi juga tidak bisa dilakukan secara maksimal.
"Begitu terjadi collapse structure, maka situasi menjadi kompleks. Reruntuhan bangunan membentuk ruang-ruang terbatas. Kondisi itu membuat akses semakin sulit, dan penggunaan alat juga terbatas karena tidak bisa digunakan secara maksimal seperti seharusnya," katanya.
Menyadari bahaya runtuhan susulan, Nur Hadi kemudian menginstruksikan agar proses evakuasi dilakukan tanpa mengubah struktur bangunan yang tersisa.
"Teman-teman sudah saya beri masukan dan briefing agar saat mengeluarkan para korban, jangan sekali-kali mengubah struktur bangunan. Jadi, kami membuat akses dari bawah maksudnya, kita bobol lantai, bukan memecahkan beton, tetapi menggali dari bawahnya," jelas Nur Hadi.
Gani menambahkan bahwa posisi para santri yang berada di lantai dasar membuat strategi ini lebih memungkinkan.
"Kebetulan para santri itu posisinya di lantai dasar, jadi kita membuat gorong-gorong lebih mudah karena di bawah keramik itu ada tanah," ujarnya.
Meski begitu, pembuatan gorong-gorong tetap memerlukan waktu dan tenaga ekstra. Tim penyelamat harus bekerja keras agar jalur tersebut bisa mencapai titik lokasi korban.
![]() |
"Pengerjaan gorong-gorong di sektor A2 dimulai dini hari dan berakhir sekitar pukul 08.00 WIB pagi. Sebelum pukul 08.00 WIB, saat proses penggalian masih berlangsung, korban pertama bernama Maulana berhasil ditemukan dalam kondisi sadar dan hidup," ungkapnya.
Meski memakan waktu dan tenaga besar, upaya membuat gorong-gorong terbukti efektif. Jalur tersebut akhirnya menjadi kunci keberhasilan tim penyelamat dalam menjangkau dan mengevakuasi para korban.
(auh/ihc)