Kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang lucu, menggemaskan, dan penuh kasih sayang. Namun di balik tingkahnya yang menghibur, kucing juga rentan terserang berbagai penyakit serius yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Sebagian penyakit bahkan datang tanpa gejala awal yang jelas, sehingga pemilik baru menyadarinya ketika kondisi kucing sudah parah.
Mengetahui jenis-jenis penyakit mematikan pada kucing merupakan langkah penting untuk mencegah risiko kematian dini. Dengan memahami gejala, penyebab, serta cara penanganannya, pemilik bisa lebih waspada dan memberikan perawatan yang tepat sejak dini. Berikut deretan penyakit berbahaya pada kucing yang wajib diwaspadai.
Penyakit Mematikan Pada Kucing
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum dari berbagai sumber ada sejumlah penyakit yang berbahaya untuk kucing. Berikut penjelasannya:
1. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal menjadi salah satu penyebab kematian paling umum pada kucing, terutama pada usia lanjut. Gangguan ini dapat menyebabkan fungsi ginjal menurun secara drastis hingga gagal bekerja sama sekali. Akibatnya, zat beracun menumpuk dalam darah dan mengganggu sistem tubuh kucing.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari penyumbatan saluran kemih akibat batu ginjal, infeksi bakteri kronis (pyelonephritis), hingga keracunan zat kimia. Bakteri seperti Escherichia coli, Staphylococcus, dan Klebsiella sering ditemukan sebagai pemicu infeksi ginjal pada kucing.
Beberapa kucing yang menderita penyakit ini mungkin tidak menunjukkan gejala jelas di awal. Namun pada pemeriksaan fisik, bisa ditemukan tanda-tanda seperti demam, nyeri saat ginjal disentuh, muntah, lemas, dan penurunan nafsu makan. Jika tidak segera diobati, kondisi ini dapat berujung pada kematian akibat gagal ginjal.
2. Feline Immunodeficiency Virus (FIV)
FIV atau Feline Immunodeficiency Virus sering disebut sebagai "HIV-nya kucing". Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh kucing, membuatnya sangat rentan terhadap infeksi lain. Virus ini menular melalui gigitan atau luka dari kucing lain yang sudah terinfeksi.
Anabul (anak bulu) yang terinfeksi mungkin tampak sehat selama beberapa bulan bahkan tahun, sebelum akhirnya sistem imunnya benar-benar melemah. Ketika itu terjadi, kucing akan lebih mudah terserang infeksi, mengalami penurunan berat badan, demam, luka di mulut, hingga kerontokan bulu.
Meski belum ada obat yang bisa menyembuhkan FIV sepenuhnya, kucing yang terinfeksi masih bisa hidup lama dengan perawatan yang tepat, seperti menjaga kebersihan, memberi makanan bergizi, dan meminimalkan stres.
3. Diabetes pada Kucing
Sama seperti manusia, kucing juga bisa mengalami diabetes. Penyakit ini muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi insulin atau tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat dan memengaruhi berbagai organ penting.
Kucing yang mengalami obesitas, kurang bergerak, atau sudah berusia di atas lima tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes. Gejalanya antara lain sering buang air kecil, haus berlebihan, penurunan berat badan drastis, dan nafsu makan meningkat.
Jika tidak ditangani, diabetes dapat memicu komplikasi seperti gagal ginjal dan kerusakan saraf. Pemilik perlu segera berkonsultasi dengan dokter hewan untuk menentukan terapi insulin dan pola makan yang sesuai.
4. Leukemia Kucing (FeLV)
Feline Leukemia Virus (FeLV) merupakan salah satu penyakit paling mematikan yang menyerang sistem kekebalan tubuh kucing. Virus ini tergolong retrovirus, mirip dengan HIV pada manusia, namun tidak menular ke manusia.
Kucing yang terinfeksi FeLV rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti kanker, peradangan organ, gangguan reproduksi, hingga anemia parah. Virus ini biasanya menular melalui air liur, urin, atau gigitan dari kucing lain yang terinfeksi.
Gejala yang umum meliputi lemas, penurunan berat badan, demam, dan luka yang sulit sembuh. Tanpa perawatan, penyakit ini bisa menyebabkan kematian dalam waktu beberapa bulan hingga tahun setelah terinfeksi.
5. Rabies
Rabies merupakan penyakit paling berbahaya karena menyerang sistem saraf pusat dan belum memiliki obat penyembuh. Virus rabies dapat menular ke manusia melalui gigitan atau cakaran kucing yang terinfeksi.
Tanda-tanda rabies pada kucing antara lain perubahan perilaku ekstrem, seperti menjadi agresif, takut cahaya, hipersensitif terhadap suara, kejang, dan kesulitan berjalan. Dalam tahap lanjut, kucing akan kehilangan kemampuan mengenali manusia dan dapat menyerang tanpa sebab.
Satu-satunya cara pencegahan rabies adalah dengan vaksinasi rutin. Kucing yang menunjukkan gejala rabies sebaiknya segera dikarantina dan diperiksa dokter hewan.
6. Feline Infectious Peritonitis (FIP)
FIP adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh mutasi feline coronavirus (FCoV). Tidak semua infeksi FCoV berujung FIP, tetapi jika virus bermutasi, ia dapat menyerang berbagai organ vital seperti ginjal, hati, dan otak.
Kucing dengan sistem imun lemah, terutama yang berusia di bawah dua tahun, paling rentan terhadap penyakit ini. Gejalanya termasuk demam tinggi, perut membesar akibat penumpukan cairan, kehilangan nafsu makan, dan lesu.
FIP sulit dideteksi secara dini karena gejalanya sering menyerupai infeksi ringan. Hingga kini belum ditemukan obat yang benar-benar menyembuhkan penyakit ini, namun terapi suportif bisa membantu memperpanjang usia kucing.
7. Cacing Jantung
Cacing jantung atau Heartworm Disease disebabkan oleh parasit Dirofilaria immitis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Parasit ini dapat hidup di jantung dan pembuluh darah paru-paru, mengganggu aliran darah, serta menyebabkan gagal jantung.
Kucing yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala seperti batuk, sesak napas, muntah, penurunan berat badan, bahkan kematian mendadak. Pencegahan bisa dilakukan dengan pemberian obat anti-parasit dan menghindari tempat yang banyak nyamuk.
8. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah penyakit hormonal yang umum terjadi pada kucing berusia tua. Kondisi ini disebabkan oleh produksi hormon tiroid berlebih, yang meningkatkan metabolisme tubuh secara ekstrem.
Gejala yang sering muncul meliputi penurunan berat badan meskipun nafsu makan meningkat, jantung berdebar cepat, gelisah, dan rambut rontok. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh tumor jinak pada kelenjar tiroid (adenoma).
Jika tidak diobati, hipertiroid dapat menyebabkan komplikasi serius pada jantung dan sistem pencernaan. Pemeriksaan darah rutin dan pengobatan dini sangat disarankan untuk menjaga kualitas hidup kucing.
Kucing memang makhluk yang tangguh, tetapi tetap membutuhkan perhatian khusus dari pemiliknya. Menjaga pola makan sehat, melakukan vaksinasi rutin, serta pemeriksaan medis berkala adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit mematikan. Dengan deteksi dini dan perawatan tepat, risiko kematian akibat penyakit berbahaya pada kucing bisa ditekan secara signifikan
(ihc/irb)