Beraktivitas di pabrik gas industri bukan perkara mudah. Para pekerja PT Samator Indo Gas setiap hari berhadapan dengan zat yang tak kasatmata, tak berbau, tapi menyimpan potensi bahaya tinggi. Namun, dari gas-gas itulah "nafas kehidupan" bagi berbagai sektor industri di Indonesia tercipta.
Realitas tersebut juga menjadi tantangan dalam menjaga aspek keamanan dan keselamatan kerja. Head of Integrated QA & ESG PT Samator Indo Gas Indra Perdana menjelaskan, penerapan prinsip Health, Safety, and Environment (HSE) yang diterapkan di pabrik perusahaan.
Dalam aspek kesehatan, perusahaan rutin mengadakan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan. Khusus pekerja pabrik dilakukan pemeriksaan kesehatan tambahan seperti paru-paru dan pendengaran, sesuai dengan kondisi tempat kerja.
"Tujuannya agar kita bisa memitigasi penyakit akibat kerja. Meski begitu, ia menegaskan hingga saat ini belum ada kasus penyakit akibat kerja yang ditemukan," jelas Indra.
"Sejak Samator berdiri pada 1975 sampai sekarang, belum pernah ditemukan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh aktivitas kerja di pabrik," ujarnya.
Dari sisi keamanan, Samator memiliki mekanisme mitigasi terintegrasi, baik dari sumber daya manusia maupun alat penunjang keselamatan. Setiap plant telah dilengkapi detektor yang akan membunyikan alarm jika terjadi kebocoran, termasuk di pabrik PT Samator Indo Gas di Bambe, Gresik.
"Di area pabrik juga dipasang penunjuk arah angin (windsock) untuk melihat arah angin bertiup kemana, sehingga misalnya ada kebocoran, maka alarm akan berbunyi, lalu petugas yang memeriksa harus melihat posisi kebocoran sesuai arah angin.Mereka wajib datang dari arah berlawanan dari windsock untuk menghindari risiko bahaya berupa asap kebakaran atau api," katanya.
Jika kebocoran tidak bisa ditangani, produksi harus dihentikan untuk mencegah kebakaran atau ledakan.
"Karena kebocoran kecil bisa berubah menjadi ledakan kalau tidak tertangani," tegasnya.
Selain itu, sistem APAR dan hydrant juga dirancang saling menunjang ketika darurat.
"Kami punya sistem dengan tenaga listrik maupun diesel yang bisa saling backup jika salah satunya mati. Karena APAR dan hydrant itu penolong pertama," ujarnya.
Cadangan air di pabrik Samator juga cukup untuk pemadaman api selama dua jam, menyesuaikan dengan waktu tempuh mobil pemadam menuju lokasi. "Sebulan sekali selalu ada pemeriksaan, karena kita tidak tahu kebakaran bisa terjadi kapan saja," tambahnya.
Perusahaan juga menetapkan pembatasan di area tertentu yang mudah terbakar. Pekerja dibekali pakaian khusus dan tidak diperkenankan membawa alat komunikasi yang berpotensi menimbulkan listrik statis. Seluruh aturan ini disosialisasikan melalui pelatihan tahunan.
"Tiap area memiliki penilaian risiko masing-masing. Ada ketentuan terkait apa yang boleh dan tidak boleh digunakan, termasuk seragam pengemudi maupun pekerja. Ada yang wajib lengan panjang, ada yang tidak, sesuai tingkat risikonya," jelas Indra.
Tidak hanya di pabrik, Samator juga memastikan keamanan produknya selama distribusi hingga sampai ke tangan konsumen. Kendaraan dan tabung yang digunakan selalu diperiksa secara berkala. Pengecekan tabung dilakukan dengan dua metode, yaitu pemeriksaan langsung secara fisik bagian dalam-luar tabung dan uji hydrotest.
"Hydrotest adalah pengujian tabung dengan diisi air lalu ditekan hingga 250 bar untuk menguji kekuatannya. Kalau terindikasi bocor, tabung itu tidak layak pakai dan langsung dipinggirkan," terang Indra.
Sistem keamanan dan keselamatan kerja yang diterapkan PT Samator Indo Gas inilah yang membuat perusahaan mampu bertahan dan berkontribusi selama 50 tahun, menghadirkan "nafas" bagi industri sekaligus masyarakat Indonesia.
Simak Video "Video Purbaya Pamer Sebulan Jadi Menteri: IHSG Naik Kencang"
(ihc/hil)