Ribuan santriwati dari berbagai pondok pesantren putri se-Indonesia memadati Auditorium Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Putri Kampus 1 Mantingan, Rabu (8/10/2025). Mereka datang dengan penuh semangat mengikuti pembukaan Festival Bahasa Arab dan Inggris, salah satu agenda utama peringatan 100 tahun Gontor yang sarat dengan semangat kebahasaan dan kebangsaan.
Acara pembukaan berlangsung meriah dan khidmat. Tak hanya dihadiri ribuan peserta dan guru pembimbing, momen ini juga menjadi istimewa karena kehadiran Duta Besar Republik Tunisia untuk Indonesia, H.E. Mohamed Trabelsi, yang datang langsung untuk memberikan apresiasi kepada Gontor atas kontribusinya dalam pengembangan pendidikan berbasis bahasa dan nilai-nilai Islam.
"Saya sangat mengapresiasi Gontor yang telah menyelenggarakan Festival Bahasa Arab dan Inggris ini," ujar H.E. Mohamed Trabelsi dalam sambutannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahasa Inggris adalah bahasa teknologi dan ilmu pengetahuan modern, sementara bahasa Arab adalah bahasa Islam dan Al-Qur'an. Keduanya harus dikuasai agar umat Islam mampu memahami ajaran agama sekaligus perkembangan dunia," imbuhnya.
Dubes Trabelsi juga menyampaikan doa dan harapannya agar seluruh peserta dan panitia memperoleh keberkahan. "Semoga Allah memberikan kesuksesan dan kemanfaatan atas segala usaha kita di dunia dan akhirat," ucapnya disambut tepuk tangan meriah ribuan santriwati.
Sementara itu, Pimpinan PMDG, K.H. Hasan Abdullah Sahal, menegaskan bahwa penguasaan bahasa merupakan tanggung jawab bersama dalam mencetak generasi Islam yang unggul.
"Kita semua bertanggung jawab atas pengembangan Bahasa Arab dan Inggris, juga atas pendidikan Islam. Kini tantangan besar datang dari segala arah, maka pendidikan Islam harus kuat dan adaptif," tegasnya.
Usai pembukaan, Dubes Tunisia bersama Kiai Hasan meresmikan Laboratorium Bahasa di Gedung Saudi lantai 2. Fasilitas ini dilengkapi teknologi pembelajaran modern yang dirancang untuk mengasah kemampuan listening, reading, dan writing para santriwati melalui metode interaktif khas Gontor.
Festival yang berlangsung hingga 10 Oktober 2025 ini diikuti lebih dari 44 pondok pesantren dari berbagai daerah di Indonesia. Beragam lomba digelar, mulai dari Arabic and English Debate, Song Translation, Storytelling, Essay Writing, hingga Short Movie, yang semuanya bertujuan mengasah kreativitas dan kemampuan linguistik peserta.
Semangat para santriwati mencerminkan filosofi Gontor yang terus hidup selama seabad: melahirkan generasi Muslim yang berbahasa, berakhlak, dan berwawasan global.
"Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga cara kami berjuang," kata Aisha Karimah (17), salah satu peserta asal Aceh, menutup haru suasana festival yang kental dengan semangat keilmuan dan kebersamaan.
(auh/hil)