Filosofis Burung Perkutut Katuranggan dalam Kehidupan Masyarakat Jatim

Filosofis Burung Perkutut Katuranggan dalam Kehidupan Masyarakat Jatim

Irma Budiarti - detikJatim
Rabu, 08 Okt 2025 22:15 WIB
Perlombaan burung perkutut di Probolinggo.
Perlombaan burung perkutut di Probolinggo. Foto: M Rofiq/detikJatim
Surabaya -

Bagi masyarakat Jawa Timur, burung perkutut bukan hanya sekadar hewan peliharaan yang suaranya merdu, tetapi juga simbol kehidupan yang sarat makna. Dalam tradisi Jawa, perkutut dipercaya mencerminkan keharmonisan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.

Suaranya yang tenang dianggap membawa kedamaian batin, sementara bentuk tubuh dan coraknya diyakini menyimpan pesan tentang nasib, rezeki, serta karakter seseorang. Di kalangan penghobi, dikenal istilah katuranggan, yang memiliki ciri fisik dan filosofi yang melekat pada setiap jenis perkutut.

Setiap katuranggan memiliki makna tersendiri, ada yang melambangkan kewibawaan, kelancaran rezeki, hingga perlindungan dari energi negatif. Tradisi ini menunjukkan betapa dalamnya hubungan masyarakat Jawa Timur dengan nilai-nilai spiritual dan simbolik yang diwariskan dari leluhur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkutut Katuranggan Populer

Dalam dunia penghobi perkutut, istilah katuranggan merujuk pada karakteristik fisik, corak, pola, atau tanda khusus pada burung yang diyakini membawa keistimewaan atau tuah tertentu.

Karakteristik umum perkutut katuranggan mencakup warna bulu dominan putih, kekuningan atau cerah di bagian kepala/leher, tubuh relatif kecil, suara merdu/stabil, serta tanda-tanda fisik unik seperti pola bulu, sisik kaki, dan struktur paruh, yang membedakannya dari burung perkutut umum.

ADVERTISEMENT

Katuranggan bukan klasifikasi ilmiah, melainkan tradisi budaya dan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun dalam komunitas pencinta perkutut. Berikut beberapa jenis perkutut katuranggan yang populer dan banyak diburu penghobi, lengkap dengan filosofinya dalam kepercayaan masyarakat Jawa.

1. Lurah

Dilansir Pusat Peningkatan Mutu Aktivitas Laboratorium Universitas Medan Area, popularitasnya di kalangan penghobi membuat perkutut lurah relatif mudah ditemukan di pasaran. Perkutut Lurah dikenal dengan bulu dominan putih polos yang tampak bersih dan suara merdu yang stabil.

Sesuai namanya, perkutut ini diyakini melambangkan kewibawaan sehingga kerap dipelihara orang-orang yang memiliki jabatan atau peran penting di masyarakat. Pada bagian dadanya, corak warna terlihat lebih cerah dengan pola lurik halus yang menjadi ciri khasnya.

2. Songgo Ratu

Perkutut Songgo Ratu dikenal dengan corak putih kekuningan yang khas serta jambul di atas kepala menyerupai mahkota, sehingga tampil anggun layaknya seorang ratu. Bulu, paruh, dan kakinya umumnya berwarna lebih gelap sehingga kontras dengan bagian kepalanya.

Suara kicauannya tidak terlalu nyaring, tetapi lekukannya khas seperti perkutut pada umumnya. Dalam tradisi Jawa, perkutut ini dipercaya dapat meningkatkan wibawa pemiliknya, sekaligus memberikan perlindungan dari hal-hal buruk, sehingga menjadi salah satu varian perkutut katuranggan yang paling diminati.

Dengan jambul menyerupai mahkota, perkutut Songgo Ratu juga melambangkan kehormatan dan kemuliaan. Filosofinya, seseorang yang mampu menegakkan "mahkota" kehidupannya-yakni harga diri dan kebijaksanaan-akan selalu dihormati seperti seorang ratu.

3. Kol Buntet

Perkutut Hitam sering dianggap sebagai "raja" di antara berbagai jenis perkutut karena penampilannya yang unik dan sarat nuansa mistis. Seluruh bulunya berwarna hitam pekat sehingga tampak berbeda dari perkutut pada umumnya.

Posturnya lebih kecil dan kompak, suara bertenaga, corak tertentu di bagian sayap atau dada. Di kalangan masyarakat Jawa, burung perkutut jenis ini juga dikenal dengan sebutan Kol Buntet, dan diyakini mampu memancarkan aura keberuntungan bagi siapa saja yang memeliharanya.

Seluruh bulunya yang hitam pekat sering diartikan sebagai lambang kekuatan batin dan keteguhan hati. Dalam kepercayaan Jawa, hitam bukan warna kesialan, melainkan perlambang keteguhan menghadapi cobaan. Pemiliknya diyakini memiliki daya spiritual kuat dan berwibawa.

4. Banyu Mili

Dilansir laman Gramedia, perkutut jenis ini dikenal sebagai salah satu varian katuranggan yang bernilai tinggi. Ciri khasnya terletak pada belahan atau garis yang tampak dari bagian leher hingga perut, memberi penampilan unik dan mudah dikenali.

Dalam kepercayaan masyarakat, perkutut ini diyakini membawa kelancaran rezeki bagi pemiliknya. Keistimewaan corak serta mitos keberuntungannya membuat Perkutut Banyu Mili menjadi incaran para kolektor untuk melengkapi koleksi burung mereka.

Perkutut ini dikenal dengan corak menyerupai aliran air. Filosofinya menggambarkan rezeki yang mengalir tanpa henti, sekaligus mengajarkan manusia untuk hidup mengalir, tidak kaku, dan selalu beradaptasi dengan perubahan.

5. Pancuran Mas

Perkutut Pancuran Mas termasuk salah satu varian katuranggan yang bernilai tinggi dan kerap disamakan dengan Perkutut Banyu Mili, karena sama-sama memiliki garis atau belahan khas di leher atau dada yang dihubungkan dengan "air emas".

Keunikan burung ini terletak pada kotorannya yang berwarna keemasan serta menggumpal, sehingga semakin memperkuat citra istimewanya di mata penghobi. Dalam filosofi Jawa, Perkutut Pancuran Mas dipercaya melambangkan keberuntungan dan kelancaran rezeki yang terus mengalir tanpa hambatan bagi pemiliknya.

Dengan ciri khas corak keemasan dan simbol "air emas", perkutut Pancuran Mas dianggap sebagai lambang kelimpahan dan keberkahan hidup. Filosofinya, kerja keras dan ketulusan hati akan menghasilkan "air emas" berupa kesejahteraan lahir dan batin.

6. Rondo Semoyo

Mengutip Facebook Pencinta Perkutut Lokal Katuranggan, Rondo Semoyo merupakan salah satu varian katuranggan yang dikenal memiliki keunikan sekaligus nilai filosofis tersendiri. Ciri khasnya terletak pada selaput kulit di sekitar mata yang berwarna kekuningan, membuatnya mudah dikenali di antara perkutut lainnya.

Kicauannya yang khas dipercaya bukan sekadar indah, tetapi juga membawa energi positif bagi pemiliknya. Dalam tradisi Jawa, burung ini dipercaya sebagai penanda "jaga harta", juga mampu mendatangkan rezeki berlimpah, meningkatkan keberuntungan, serta mendukung kesuksesan orang yang memeliharanya.

Secara filosofis, Rondo Semoyo melambangkan mata batin yang jernih, kemampuan melihat kebaikan di balik setiap peristiwa. Ia juga dipercaya sebagai penjaga harta dan simbol rezeki yang dijaga dengan kejujuran.

7. Rajek Wesi

Dari rangkuman beberapa sumber, Rajek Wesi adalah salah satu katuranggan perkutut yang paling dikenal karena keunikan pada sisik kakinya. Nama ini berasal dari bahasa Jawa, rajek berarti pagar dan wesi berarti besi, sehingga menggambarkan pola sisik kaki burung yang tampak menyilang menyerupai pagar besi.

Selain itu, bulunya umumnya berwarna cerah dengan aksen gelap yang memberi kesan gagah dan berbeda dari perkutut biasa. Ciri sisik kaki menyilang ini dianggap sebagai "ciri mati" atau penanda utama Rajek Wesi yang membedakannya dari katuranggan lain.

Warna kakinya cenderung gelap atau kehitaman, dan pola menyilangnya dipercaya membawa makna keteguhan serta perlindungan bagi pemiliknya. Keunikan tersebut membuat Rajek Wesi menjadi salah satu varian perkutut yang cukup dicari di kalangan penghobi.

Dengan sisik kaki menyilang seperti pagar besi, Rajek Wesi dianggap simbol perlindungan dan kekuatan moral. Filosofinya mengingatkan manusia untuk selalu memiliki "pagar besi" dalam hidup, yakni prinsip dan integritas diri yang tak mudah digoyahkan.

Bagi masyarakat Jawa Timur, filosofi perkutut katuranggan bukan sekadar mitos. Ia menjadi cara masyarakat memahami kehidupan, keharmonisan, kejujuran, dan keteguhan hati adalah sumber "tuah" sejati. Memelihara perkutut berarti juga merawat nilai-nilai kebatinan dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads