Tim SAR gabungan tuntas melakukan pencarian korban bangunan ambruk di Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Memasuki hari kesembilan, Basarnas melaporkan total korban meninggal dunia ada 67 orang termasuk delapan bagian tubuh atau body part dan korban selamat ada 104 santri.
Dir Ops Basarnas, Laksamana Bramantyo menyampaikan update korban robohnya musala di Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Sebanyak 67 orang meninggal dunia dan 104 orang selamat. Bramantyo merinci ada 67 pack yang terkumpul. Dari jumlah tersebut 8 merupakan body part.
"Kami telah berhasil mengumpulkan 67 pack, rincian 8 body part. Terakhir kemarin pukul 21.03 WIB kami temukan lagi satu body part," kata Bramantyo saat jumpa pers yang disiarkan YouTube BNPB, Selasa (7/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi Kejadian
Bangunan musala Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sore. Peristiwa terjadi saat para santri tengah melaksanakan salat asar berjemaah di lantai dua. Tanpa tanda-tanda sebelumnya, bagian atas bangunan tiba-tiba runtuh dan menimpa puluhan santri di bawahnya.
Tim SAR, BPBD, TNI-Polri, dan relawan segera diterjunkan ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Korban yang tertimpa reruntuhan dibawa ke sejumlah rumah sakit di Sidoarjo, di antaranya RSUD Sidoarjo dan RSI Siti Hajar.
Bangunan yang roboh diketahui masih dalam tahap renovasi. Proses pengecoran dilakukan pada pagi hari sebelum kejadian. Dugaan sementara, struktur dan fondasi bangunan tidak mampu menahan beban tambahan dari proses pengecoran di lantai atas.
Menurut keterangan pengasuh ponpes, proses pembangunan sudah berlangsung sekitar sembilan hingga 10 bulan, dan lantai dasar memang sudah digunakan sebagai musala. Namun, tiba-tiba seluruh struktur bangunan runtuh secara total, menimpa santri yang berada di bawahnya.
"Ini pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya, hanya itu. (Proses pembangunan) sudah lama, sudah 9 bulan. Kurang lebih 9 sampai 10 bulan," ujar pengasuh Ponpes Al Khoziny KH Abdus Salam Mujib, Senin (29/9/2025).
Bangunan itu sendiri terdiri dari tiga lantai, ditambah ada dek di bagian paling atas. Pengecoran yang dilakukan, disebut di bagian paling atas atau dek itu.
"Mungkin sudah selesai atau bagaimana enggak tahu. Soalnya ngencor mulai dari pagi. Saya kira ngecornya mungkin hanya 4 jam, 5 jam selesai. Mungkin jam 12 sudah selesai," imbuhnya.
Dugaan awal dari tim evakuasi dan pakar konstruksi mengarah pada kegagalan konstruksi (structural failure), di mana tiang pondasi atau struktur penopang utama diduga tidak mampu menahan beban tambahan dari material pengecoran yang baru.
Faktor lain yang disoroti adalah kemungkinan umur beton yang belum matang untuk menopang beban, serta dugaan adanya ketidaksesuaian teknis dan masalah perizinan bangunan.
Reruntuhan yang menimpa lokasi salat berjemaah menyebabkan ratusan santri terjebak. Hingga kini, proses pencarian dan identifikasi korban terus dilakukan di lokasi kejadian. Data terbaru dari Basarnas menyebut, 104 santri selamat, 59 meninggal, dan tujuh orang lainnya masih dalam pencarian.
Proses Evakuasi Korban Tertimbun
Pada tiga hari awal evakuasi reruntuhan Ponpes Al Khoziny, tim SAR gabungan tidak menggunakan alat berat seperti ekskavator. Langkah ini diambil untuk memaksimalkan peluang korban selamat, sekaligus menjaga keselamatan petugas di lapangan.
Keputusan tersebut didasarkan pada kondisi struktural bangunan yang runtuh dalam pola pancake (berlapis), sehingga sangat tidak stabil. Getaran atau tekanan sedikit saja dari alat berat dikhawatirkan dapat memicu keruntuhan susulan yang berpotensi menimpa korban yang mungkin masih hidup di antara celah reruntuhan.
Selama proses evakuasi manual itu, tim fokus mencari dan mengevakuasi korban secara hati-hati karena dua alasan utama, yaitu risiko tinggi keruntuhan tambahan dan upaya memanfaatkan golden time penyelamatan.
Baru pada hari keempat, Kamis (2/10/2025), alat berat seperti crane dan ekskavator mulai dikerahkan. Keputusan ini diambil setelah tim detektor tidak lagi menemukan tanda-tanda kehidupan, serta para ahli konstruksi memastikan puing-puing besar harus diangkat untuk menjangkau korban di lapisan bawah.
Pembersihan puing kini difokuskan pada sisi utara bangunan yang dinilai tidak lagi terintegrasi dengan struktur utama. Area tersebut menjadi lokasi prioritas karena berpotensi menyimpan sisa material berat yang berbahaya bagi tim penyelamat.
Penggunaan alat berat dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan ketat, terutama saat memotong balok-balok beton yang menempel pada bangunan lama di sebelahnya, guna mencegah kerusakan tambahan maupun risiko baru bagi tim penyelamat.
Penyebab Runtuhnya Bangunan Masih dalam Penyelidikan
BNPB menyatakan akan melakukan penyelidikan teknis bersama pemerintah daerah dan tim konstruksi untuk menelusuri penyebab utama keruntuhan gedung. Dugaan awal mengarah pada struktur bangunan lama yang tidak mampu menahan beban tambahan di lantai atas, namun investigasi mendalam masih berlangsung.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga menyiapkan bantuan bagi keluarga korban serta melakukan pendataan bangunan pendidikan non-formal yang berisiko serupa. Sementara itu, sejumlah organisasi masyarakat mulai menggalang donasi untuk membantu pemulihan santri yang selamat.
Artikel ini ditulis oleh Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(auh/irb)