Ribuan pasang mata tumpah ruah di sekitaran Lapangan Monas, Jakarta, hari ini, Sabtu (5/10/2025), menyaksikan puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI). Acara utama dimeriahkan oleh Pawai Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) raksasa dan Atraksi Udara yang memukau, menandai delapan dekade pengabdian TNI.
Upacara militer kolosal yang dipimpin langsung oleh Presiden Republik Indonesia ini dihadiri oleh Panglima TNI, Kepala Staf dari ketiga matra, serta seluruh jajaran petinggi negara. Perayaan kali ini mengusung tema "TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju".
Sejarah Lahirnya TNI
Dilansir detikEdu, akhirnya TNI tak lepas dari dinamika awal kemerdekaan Republik Indonesia. Cikal bakal TNI dimulai pada 22 Agustus 1945, ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggotanya berasal dari bekas prajurit PETA, Heiho, serta berbagai organisasi perjuangan lain. Tugas utama BKR saat itu adalah menjaga keamanan rakyat di daerah masing-masing. Namun, setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah belum juga membentuk tentara nasional yang resmi.
Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan mantan anggota BKR dan para pemuda pejuang. Salah satunya diungkapkan oleh eks perwira KNIL, Oerip Soemohardjo, yang berujar, "Aneh suatu negara zonder tentara."
Situasi semakin genting ketika pasukan Inggris datang ke Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang, sementara tentara Belanda mulai memanfaatkan keadaan untuk kembali menancapkan pengaruhnya. Menyadari hal itu, pemerintah memanggil Oerip Soemohardjo dan menunjuknya sebagai Kepala Staf Umum dengan pangkat Letnan Jenderal.
Pada 5 Oktober 1945, pemerintah resmi membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melalui maklumat yang berbunyi: "Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat". Sejak saat itu, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Ulang Tahun TNI.
Dalam sidang kabinet pertengahan Oktober 1945, Oerip Soemohardjo mendapat mandat untuk menyusun struktur organisasi tentara. Ia membentuk 10 Divisi di Pulau Jawa dan 6 Divisi di luar Jawa.
Salah satu di antaranya adalah Divisi V Purwokerto di bawah pimpinan Kolonel Soedirman, yang meliputi wilayah Kedu, Pekalongan, dan Banyumas.
Pada 20 Oktober 1945, pemerintah mengumumkan Supriyadi sebagai pemimpin tertinggi TKR dan menunjuk Oerip Soemohardjo sebagai kepala staf, dengan Muhammad Sulyoadikusumo sebagai menteri pertahanan ad interim. Supriyadi, tokoh pemberontakan PETA di Blitar, tidak pernah muncul setelah penunjukan itu.
Kekosongan kepemimpinan membuat Oerip mengadakan pertemuan dengan para pimpinan TKR dari seluruh Indonesia di Yogyakarta pada pertengahan November 1945. Dalam rapat itu dilakukan pemungutan suara untuk menentukan Panglima Besar.
Hasil voting yang berlangsung ketat akhirnya menetapkan Kolonel Soedirman sebagai Panglima Besar TKR. Pelantikan resmi dilakukan pada 18 Desember 1945 di Yogyakarta oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Dalam amanatnya, Soekarno menegaskan seorang panglima harus mampu menyatukan seluruh kekuatan bersenjata di bawah satu komando yang solid dan disiplin. Tak lama berselang, pada 7 Januari 1946, melalui Penetapan Pemerintah No 2, nama Tentara Keamanan Rakyat diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR).
Artinya, nama TKR hanya bertahan selama 93 hari, sejak 5 Oktober 1945 hingga 7 Januari 1946. Perubahan berikutnya dilakukan 27 Januari 1946, saat Presiden Soekarno menetapkan nama baru, yaitu Tentara Republik Indonesia (TRI).
Setahun kemudian, melalui Penetapan Presiden Nomor 24 Tahun 1947, organisasi militer Indonesia resmi berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947 - nama yang digunakan hingga kini.
Dengan begitu, perjalanan TNI merupakan refleksi dari semangat para pejuang mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Dari BKR, TKR, TRI hingga menjadi TNI, semuanya lahir dari tekad rakyat Indonesia untuk memiliki kekuatan pertahanan yang merdeka dan berdaulat di tanah sendiri.
Perkembangan TNI dari Masa ke Masa
Sejak pertama kali dibentuk pada 5 Oktober 1945, TNI telah melalui perjalanan panjang dalam menjaga kedaulatan negara. Dari awal berdirinya sebagai TKR hingga menjadi kekuatan militer modern saat ini, TNI terus bertransformasi mengikuti dinamika zaman-baik dalam struktur organisasi, doktrin pertahanan, maupun peran strategisnya dalam menjaga keutuhan NKRI.
- 22 Agustus 1945: Badan Keamanan Rakyat (BKR) terbentuk.
- 5 Oktober 1945: Badan Keamanan Rakyat (BKR) berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
- 23 Januari 1946: TKR berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
- 3 Juni 1947: Peresmian nama Tentara Nasional Indonesia (TNI).
- Akhir tahun 1949: Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (ABRIS) dibentuk.
- Tahun 1950: APRIS kembali berubah nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
- Tahun 1962: Bergabungnya TNI dan Polri menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
- 1 April 1999: ABRI bubar, nama TNI kembali digunakan sebagai angkatan bersenjata resmi Indonesia. TNI dibagi menjadi tiga angkatan bersenjata, yakni TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), dan Angkatan Laut (AL).
Logo HUT TNI 2025 dan Link Download
Untuk memperingati HUT ke-80 TNI tahun 2025, TNI merilis logo dan tema yang menjadi identitas visual dalam seluruh rangkaian acara. Logo tersebut berbentuk lingkaran dengan tulisan angka 80 berukuran besar di bagian tengah. Berikut link download Logo HUT TNI 2025.
Tema HUT ke-80 TNI
Tema peringatan HUT ke-80 TNI mengusung semangat besar melalui kalimat "TNI Prima - TNI Rakyat - Indonesia Maju". Tema ini menggambarkan tekad TNI untuk terus bertransformasi menjadi kekuatan pertahanan yang modern, tangguh, dan tetap berpihak kepada rakyat sebagai sumber kekuatan utamanya.
Kata "Prima" bukan sekadar kata sifat, melainkan akronim dari Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif. Lima nilai ini menjadi fondasi utama dalam membangun postur TNI masa kini dan masa depan.
Parade Alutsista dan Aksi Kedisiplinan
Parade Alutsista dibuka dengan upacara parade militer dan defile akbar, di mana pasukan TNI dari tiga matra Darat, Laut, dan Udara siap memperlihatkan kedisiplinan, kekompakan, serta semangat juang mereka.
Ribuan prajurit berbaris megah, dilanjutkan dengan atraksi unjuk kemampuan, dan demonstrasi dinamis di lapangan. Masyarakat juga disuguhkan pameran statis alutsista canggih yang dapat disaksikan dan didekati secara langsung.
Beberapa alutsista yang dipamerkan dalam defile megah ini meliputi Tank Leopard, Tank Marder, MLRS Astros, Meriam Caesar 155 mm, Panser Anoa, Maung, Badak, Radar CM-200, dan Rudal Starstreak. Selain itu, deretan helikopter TNI, seperti Apache, Bell 412, Fennec, dan Mi-26, juga disajikan dalam display khusus.
Pawai ini tidak hanya bertujuan memamerkan kekuatan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat tentang modernisasi dan kesiapan TNI dalam menghadapi tantangan pertahanan abad ke-21.
Kemeriahan mencapai puncaknya saat mata publik diarahkan ke langit. Atraksi udara dibuka dengan manuver flypast formasi gabungan pesawat tempur dari TNI Angkatan Udara.
Sehari sebelumnya, belasan pesawat-pesawat tempur andalan TNI AU seperti F-16 Fighting Falcon, T-50i Golden Eagle, Sukhoi Su-27, Sukhoi Su-30, hingga Hawk 100/200 yang menampilkan formasi bermanuver diiringi jejak asap warna-warni di langit ibu kota.
Aksi simulasi pengeboman dan intercept pesawat asing yang dilakukan pilot-pilot andal TNI AU berhasil memukau dan mengundang sorak sorai antusiasme dari ribuan hadirin.
Pidato Presiden Prabowo dalam HUT ke-80 TNI
Dalam amanatnya sebagai inspektur upacara, Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa usia ke-80 tahun merupakan titik balik bagi TNI untuk semakin profesional dan dekat dengan rakyat. Presiden Prabowo menyampaikan amanat dan mengucapkan selamat HUT ke-80 TNI.
"TNI adalah anak kandung rakyat, TNI berasal dari rakyat, TNI timbul dan tenggelam bersama rakyat Indonesia, TNI selalu mengabdi kepada bangsa dan rakyat dan TNI siap mengorbankan jiwa dan raganya kepada bangsa Indonesia," katanya.
Ia juga berpesan agar TNI terus berlatih, belajar, dan mengikuti perkembangan teknologi. Presiden Prabowo meminta TNI harus terus memperkuat sinergi, bukan hanya antar-matra, tetapi juga dengan seluruh elemen bangsa.
Hiburan Rakyat dan Banjir Doorprize
Perayaan HUT ke-80 TNI ditutup dengan panggung utama perayaan yang dimeriahkan penampilan artis nasional, di antaranya Dewi Persik, Wali Band, dan NDX AKA. Tak hanya hiburan musik, TNI juga berkomitmen berbagi dengan masyarakat melalui pembagian sembako dan makanan gratis di lokasi acara.
Puncak kemeriahan rakyat adalah kesempatan meraih doorprize menarik yang disediakan secara cuma-cuma. Hadiah yang disiapkan meliputi 200 unit sepeda motor, 50 unit lemari es, dan 50 unit televisi. Perayaan ini menjadi wujud kedekatan TNI dengan rakyat, sekaligus apresiasi atas dukungan masyarakat selama ini.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(auh/irb)