5 Fakta Pertaruhan Hidup Mati Amputasi Santri di Bawah Puing Al Khoziny

5 Fakta Pertaruhan Hidup Mati Amputasi Santri di Bawah Puing Al Khoziny

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Sabtu, 04 Okt 2025 10:30 WIB
Dokter Aaron yang mengamputasi santri di bawah reruntuhan.
Dokter Aaron yang mengamputasi santri di bawah reruntuhan/Foto: Istimewa
Sidoarjo -

Reruntuhan musala Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, menyisakan kisah pilu sekaligus heroik. Dari proses evakuasi korban hingga tindakan medis darurat yang penuh risiko, suasana mencekam begitu terasa di lokasi kejadian.

Hingga kini, tim SAR gabungan masih berjibaku mengevakuasi korban yang tertimbun reruntuhan. Tragedi ini tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga memperlihatkan keberanian tenaga medis yang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan santri.

Berikut fakta-fakta terbaru yang berhasil dihimpun:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Amputasi Mencekam di Bawah Reruntuhan

Kisah heroik muncul saat Dokter Aaron Franklyn Suaduon Simatupang yang memutuskan mengamputasi lengan santri bernama Nur Ahmad di bawah reruntuhan.

Amputasi ini dilakukan di ruang sempit dengan tinggi hanya 50 sentimeter. Dalam kondisi pengap, gelap, dan berdebu, ia bertaruh nyawa demi menyelamatkan korban.

ADVERTISEMENT

"Pikiran saya, saya udah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," kata Aaron dengan suara berat, mengenang detik genting itu.

2. Proses Amputasi Hanya 10 Menit tapi Penuh Risiko

Amputasi dilakukan dengan peralatan terbatas di bawah supervisi dokter spesialis ortopedi RSUD R.T. Notopuro, dan berlangsung sekitar 10 menit yang terasa seperti seumur hidup. Setelah lengan Ahmad diamputasi, ia langsung dievakuasi dan kondisinya distabilkan di rumah sakit.

"Ya memang di dalam itu sangat terbatas ruangnya. Jadi enggak mungkin semua bisa masuk sebagai tim, tapi kita di pos masing-masing," ungkap Aaron.

3. Evakuasi Korban Masih Terus Dilakukan

Tim SAR gabungan terus bekerja selama 24 jam penuh untuk mencari korban di bawah reruntuhan musala yang roboh pada Senin (29/9). Proses pencarian difokuskan di sisi utara bangunan karena kondisi struktur sudah tidak terintegrasi.

"Proses pembersihan puing kini difokuskan pada sisi utara, khususnya pada bagian bangunan yang tidak lagi terintegrasi dengan struktur utama," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Sabtu (4/10/2025).

4. Jumlah Korban Tewas Mencapai 14 Orang

Hingga Jumat (3/10) malam, tercatat total korban berjumlah 167 orang dengan 14 di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar korban sudah ditemukan, namun puluhan lainnya masih dalam pencarian intensif.

"Total korban tercatat sebanyak 167 orang. Dari jumlah tersebut, 118 orang telah ditemukan dengan rincian; 103 orang dalam kondisi selamat, 14 orang meninggal dunia dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan," jelas Abdul Muhari.

5. Masih Ada Puluhan Orang dalam Pencarian

Data absensi pondok pesantren menunjukkan masih ada 49 orang yang belum ditemukan. Kondisi ini membuat tim SAR meningkatkan kewaspadaan dalam proses evakuasi karena setiap titik reruntuhan berpotensi menyimpan korban.

"Sementara itu, sebanyak 49 orang lainnya (berdasarkan daftar absensi yang dirilis pihak pondok pesantren) masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan," ujar Abdul Muhari.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Update Ponpes di Sidoarjo Ambruk: 3 Santri Tewas-38 Masih Dicari"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads