Wakil Bupati Gresik Asluchul Alif membuka Workshop Verifikasi dan Analisis Kematian Ibu dan Bayi di Aston Hotel, hari ini. Kegiatan ini sebagai upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Gresik melalui Dinas Kesehatan.
"Workshop ini menjadi forum strategis untuk mengevaluasi data, membedah kasus, serta merumuskan langkah-langkah konkret dalam memperkuat sistem layanan Kesehatan," kata Alif dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).
Alif menegaskan bahwa isu kematian ibu dan bayi bukan hanya persoalan medis. Namun hal itu menjadi persoalan sosial, kemanusiaan, sekaligus masa depan generasi bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan sekadar angka statistik, tetapi menyangkut nyawa manusia. Pemerintah Kabupaten Gresik berkomitmen penuh untuk memastikan setiap ibu dan bayi di Gresik mendapatkan pelayanan terbaik, terjamin keselamatannya, dan terlindungi," tutur Alif.
Berdasarkan analisis data, kasus kematian ibu terbanyak tercatat di Kecamatan Driyorejo, Kedamean, dan Tambak. Sementara kasus kematian bayi paling banyak terjadi di Kecamatan Kebomas, Manyar, dan Sangkapura. Selain itu, kasus ibu hamil berisiko tinggi terbanyak ditemukan di Kecamatan Manyar, Menganti, dan Kebomas.
"Workshop hari ini dihadiri oleh para dokter, bidan, perawat, dan petugas kesehatan dari puskesmas serta rumah sakit se-Kabupaten Gresik. Mereka diajak untuk melakukan diskusi interaktif, mengidentifikasi akar masalah, serta mencari solusi komprehensif dalam penanganan kasus," tuturnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir rekomendasi yang dapat menjadi dasar kebijakan Pemkab Gresik ke depan, sehingga upaya penurunan AKI dan AKB lebih terarah, terukur, dan berkelanjutan.
"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Semua elemen harus bersinergi, tenaga kesehatan, pemerintah, masyarakat, bahkan keluarga. Karena keselamatan ibu dan bayi adalah tanggung jawab kita bersama," ungkap Alif.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik dr. Mukhibatul Khusna menyampaikan perkembangan positif dalam penurunan AKI dan AKB. Pada tahun 2023, AKI tercatat 99.38 per 100.000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2024 turun menjadi 77.59. Untuk AKB, dari 4.82 per 100.000 kelahiran hidup pada 2023, turun menjadi 4.38 di tahun 2024.
"Ini pencapaian yang patut diapresiasi, tetapi belum cukup. Kita harus bekerja lebih keras dan berkolaborasi lintas sektor agar penurunan ini berlanjut secara signifikan," tutup dr. Mukhibatul.
(akn/ega)