Mengenal Ragasa, Topan Super Paling Dahsyat di Asia Timur

Mengenal Ragasa, Topan Super Paling Dahsyat di Asia Timur

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 25 Sep 2025 13:30 WIB
Topan Ragasa
Topan Ragasa. Foto: Dailymail
Surabaya -

Topan Ragasa, yang dikenal di Filipina sebagai Topan Super Nando, tercatat sebagai salah satu siklon tropis paling dahsyat di Asia Timur. Badai ini menjadi perhatian karena kekuatan angin dan hujan lebatnya yang mengancam kehidupan masyarakat di beberapa wilayah.

Topan Ragasa, yang dikenal di Filipina sebagai Topan Super Nando, tercatat sebagai salah satu siklon tropis paling kuat di Asia Timur pada 2025. Badai ini membawa hujan lebat, angin kencang, dan banjir.

Sebagai topan super pertama musim badai 2025, Ragasa menjadi pengingat nyata akan kekuatan alam dan pentingnya kesiapsiagaan di kawasan rawan siklon tropis. Sebab, badai ini mengancam kehidupan masyarakat serta infrastruktur di wilayah terdampak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Topan Ragasa?

Topan Ragasa adalah siklon tropis super kuat yang menghantam Asia Timur pada 2025. Badai ini tercatat sebagai topan super pertama dalam musim badai 2025, dengan angin puncak mencapai 270 km/jam dan tekanan pusat minimum 905 mb.

Sepanjang jalurnya, topan ini menimbulkan hujan lebat, angin kencang, banjir, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur yang signifikan di beberapa wilayah, termasuk Filipina, Taiwan, Hong Kong, dan Cina Selatan.

ADVERTISEMENT

Topan Ragasa menorehkan catatan sejarah karena intensitasnya yang luar biasa, menjadikan Ragasa topan super pertama, sekaligus mencatatkan rekor sebagai topan paling dahsyat yang tercatat dalam wilayah tersebut.

Bagaimana Terjadinya?

Ragasa bermula dari daerah konveksi di utara Yap, Samudra Pasifik, yang berkembang menjadi depresi tropis pada 17 September 2025. Geseran angin awal sempat membatasi pengorganisasian sistem badai.

Namun, sehari kemudian, sistem ini meningkat menjadi badai tropis dan resmi dinamai Ragasa oleh Badan Meteorologi Jepang (JMA). Dalam dua hari berikutnya, badai ini terus menguat, menjadi topan pada 19 September 2025.

Kemudian mengalami intensifikasi cepat hingga mencapai status topan super kategori 5 pada 22 September 2025. Selama perjalanannya, Ragasa sempat memasuki siklus penggantian dinding mata, yang merupakan fenomena alam yang kerap terjadi pada topan super kuat.

Jalur Pergerakan dan Wilayah Terdampak

Setelah terbentuk, Topan Ragasa bergerak menuju Filipina dan pertama kali mendarat di Pulau Panuitan, Calayan, Cagayan. Di wilayah Luzon Utara, badai membawa hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan gangguan pada aktivitas masyarakat.

Selanjutnya, Ragasa memasuki Laut China Selatan, di mana badai mulai melemah secara bertahap, meski siklus penggantian dinding mata kedua sedang berlangsung. Badai ini kemudian melintasi wilayah selatan Hong Kong.

Otoritas setempat mengeluarkan Sinyal Badai No 10, sinyal tertinggi, untuk kedua kalinya dalam satu tahun, suatu kejadian yang terakhir tercatat pada 1964. Ragasa akhirnya mendarat di Pulau Hailing, Yangjiang, Provinsi Guangdong, China Selatan, sebelum melemah lebih jauh saat bergerak ke pedalaman.

Dampak dan Kerusakan

Dirangkum dari berbagai sumber, Topan Ragasa telah menyebabkan kerusakan parah di beberapa negara Asia Timur. Di Taiwan, sedikitnya 14 orang tewas, 32 terluka, dan 46 lainnya hilang setelah Danau Penghalang Matai'an Creek jebol, menyebabkan banjir besar dan tanah longsor di Hualien County.

Sementara di Hong Kong, badai ini menyebabkan lebih dari 90 orang terluka, menghancurkan infrastruktur, dan menyebabkan banjir parah. Di China Selatan, terutama di Provinsi Guangdong, lebih dari 2 juta orang dievakuasi.

Sekolah dan bisnis ditutup di lebih dari 10 kota di Guangdong, lebih dari 50.000 pohon tumbang akibat angin kencang, dan lebih dari 56.000 rumah tangga mengalami pemadaman listrik. Di Filipina, khususnya Luzon Utara, sedikitnya 11 orang tewas, dua nelayan masih hilang, sebagian besar akibat kecelakaan laut.

Topan Ragasa menjadi pengingat nyata akan kekuatan alam, terutama di kawasan yang rawan siklon tropis. Catatan perjalanan, jalur, dan dampaknya tetap relevan sebagai referensi mitigasi bencana, peringatan dini, dan kesadaran publik terhadap risiko yang ditimbulkan oleh topan super.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads