Khoirul Anwar Penemu 4G: Indonesia Harus Siap 6G Sebelum 2030

Khoirul Anwar Penemu 4G: Indonesia Harus Siap 6G Sebelum 2030

Andhika Dwi - detikJatim
Selasa, 23 Sep 2025 15:15 WIB
Khoirul Anwar Penemu 4G
Khoirul Anwar Penemu 4G (Foto: Andhika Dwi/detikJatim)
Kediri -

Teknologi telekomunikasi terus berkembang pesat. Setelah 5G mulai digunakan di berbagai negara, kini dunia tengah bersiap menuju era 6G. Standarisasi global 6G diperkirakan akan keluar pada awal 2028, dengan target frekuensi dirilis pada akhir 2027, dan mulai dikomersialkan pada tahun 2030.

Hal ini disampaikan oleh Assoc. Prof. Dr. Eng. Khoirul Anwar, ST., M.Eng., penemu teknologi 4G yang kini menjadi salah satu ilmuwan Indonesia yang berperan di forum internasional pengembangan 6G. Menurutnya, Indonesia harus mempersiapkan diri sejak dini agar tidak tertinggal.

"Harapan saya, sebelum 2030 Indonesia sudah siap bahkan bisa menggunakan 6G pada 2029, seperti yang dilakukan Jepang," kata Khoirul Anwar saat mengisi seminar di SMA Negeri 2 Kota Kediri, Selasa (23/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teknologi 6G akan menghadirkan kecepatan data hingga 1 terabit per detik, jauh melampaui 5G. Selain itu, aspek keamanan jaringan juga akan ditingkatkan melalui penerapan teknologi kuantum.

"6G tidak hanya soal internet lebih cepat, tapi juga keamanan komunikasi yang lebih kuat. Dengan kuantum, data akan lebih sulit diretas," imbuh Khoirul Anwar.

ADVERTISEMENT

Menurut Khoirul, tantangan utama bukan pada teknologinya, melainkan regulasi dan kesiapan industri. Sebagian operator masih ingin memaksimalkan investasi di 4G dan 5G, padahal dunia sudah bergerak ke arah 6G.

Ia menekankan pentingnya membangun infrastruktur baru yang langsung siap mendukung teknologi kuantum, khususnya di daerah yang masih menggunakan 3G.

Selain untuk telekomunikasi, teknologi kuantum yang menjadi bagian dari 6G juga bisa dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti komputasi kuantum, komunikasi kuantum dan sensing kuantum.

Khoirul menilai, persiapan menuju 6G akan sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Bonus demografi yang dimiliki saat ini harus dimanfaatkan untuk mendorong generasi muda ikut berkontribusi dalam pengembangan teknologi.

"Kalau kita tidak mulai sekarang, peluang itu bisa hilang. Dunia akan membutuhkan SDM yang paham teknologi kuantum. Indonesia jangan hanya jadi pengguna, tapi juga harus ikut menciptakan," pungkasnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads