Kisah Asbani di Blitar Ubah Limbah Kayu Jadi Payung Kertas

Kisah Asbani di Blitar Ubah Limbah Kayu Jadi Payung Kertas

Fima Purwanti - detikJatim
Sabtu, 20 Sep 2025 17:30 WIB
Semangat Kakek di Blitar Ubah Limbah Kayu Jadi Payung Kertas
Asbani ubah limbah kayu jadi payung kertas. (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Blitar -

Asbani (70) dengan semangat membuat payung kertas di halaman rumahnya di Jalan Belawan Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar. Ia memanfaatkan limbah kayu menjadi produk yang bernilai.

Potongan kayu bekas disulap menjadi kerangka payung. Alat yang digunakan juga sederhana tetapi dapat membantu memaksimalkan produksi. Mesin bubut itu juga menjadi salah satu barang yang dirancang sendiri oleh Asbani.

Asbani mengaku memproduksi payung kertas sejak 15 tahun yang lalu. Namun, sempat berhenti sekitar 10 tahun. Itu karena persaingan dagang yang kurang menguntungkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mulai lagi sekitar 4 tahun yang lalu. Itu karena ada yang datang, terus minta dibuatkan payung kertas," katanya lirih kepada detikJatim, Selasa (16/9/2025).

Dalam sehari, Asbani dibantu dengan keluarganya mampu membuat payung kertas sekitar 30-50 unit. Pesanan sekitar 200-350 unit payung kertas dapat diselesaikan dalam 3 minggu hingga sebulan.

ADVERTISEMENT
Semangat Kakek di Blitar Ubah Limbah Kayu Jadi Payung KertasSemangat Kakek di Blitar Ubah Limbah Kayu Jadi Payung Kertas Foto: Fima Purwanti

"Cara buatnya ya sama saja, mulai dari bubut untuk pegangannya terus dirangkai jadi rangka payung. Baru dilapisi dengan kertas ini," terangnya.

Payung kertas milik Asbani, dijual dengan harga sekitar Rp 10 ribu per unit. Harga jual biasanya juga disesuaikan dengan sedikit banyaknya pembelian.

Kata Asbani, keuntungan penjualan payung kertas tidak menentu. Namun, cukup untuk menghidupi keluarganya. Selain itu, membuat payung kertas juga dilakoninya untuk mengisi hari tua.

"Ya paling sekitar Rp 3 juta, tidak tentu. Yang penting cukup untuk sehari-hari. Anak-anak sudah besar, dan kerja semua," katanya.

Asbani menyebut pembeli payung kertas berasal dari berbagai daerah. Termasuk dari wilayah Tulungagung, Nganjuk dan Surabaya. Para pemborong membeli payung kertas itu untuk dijual kembali.

"Ya ada yang dari Tulungagung, Nganjuk, Surabaya dan sekitarnya. Biasanya untuk payung kematian, lomba mewarnai dan lainnya. Tidak tentu, ada yang pesan ya kami kerjakan," jelasnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads