Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan UMKM lokal. Melalui program Pengabdian Masyarakat (Pengmas), tim dosen dan mahasiswa turun langsung ke Kampoeng Pinter Oase Tembok Gede Surabaya untuk mendampingi warga dalam mengembangkan wisata kuliner bernuansa Majapahit.
Program yang dilaksanakan Minggu (14/9/2025) ini mengusung tema 'Penerapan Wisata Kuliner Tradisi Kuno Era Majapahit Berbasis Teknologi Kewirausahaan'.
Skema kegiatan ini berada di bawah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unair dengan SK: 721/UN3/2025 bertanggal 28 Mei 2025 dengan mitra pengabdian masyarakat yaitu Oase Kampoeng Pintar Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan utama program ini adalah memberdayakan UMKM agar tidak hanya berkembang dari sisi ekonomi, tetapi juga mampu menghadirkan nilai tambah lewat pelestarian budaya lokal. Lewat wisata kuliner, warga Kampoeng Pinter Oase diajak untuk memadukan cita rasa tradisi dengan strategi bisnis modern.
Dosen pendamping pengmas, Novri Susan menyebut, konsep wisata kuliner Kampoeng Pinter dapat disejajarkan dengan praktik di Jepang maupun Tiongkok, yang sukses mengawinkan tradisi kuno dengan modernitas.
"Kami ingin mereplikasi sejumlah pengalaman di Jepang, China, dan negara lain yang berhasil mengembangkan kampung wisata berbasis perpaduan budaya tradisi dengan era modern yang bernilai ekonomi tinggi," kata Novri, Minggu (14/9).
Warga juga diajak belajar dari model wisata Kampung Kayutangan Malang, yang sukses menghidupkan nuansa vintage dan menjadi destinasi populer. Dari situ, mereka bisa menarik inspirasi untuk menjadikan Kampoeng Pinter sebagai ikon wisata sejarah di jantung Kota Surabaya.
Meski fokus pada pelestarian budaya, program ini juga mendorong pemanfaatan teknologi. Warga didorong untuk mengemas cerita Majapahit ke dalam branding produk, memanfaatkan media sosial, hingga memasarkan secara online.
Ketua tim pengmas FISIP Unair, Fahrul Muzaqqi menegaskan, pentingnya keseimbangan antara pelestarian budaya dan relevansi di era digital. "Produk khas Kampoeng Pinter tidak hanya bernilai ekonomis, tapi juga mencerminkan marwah budaya Jawa Timur yang luhur," tegas Fahrul.
Dari Bayam Biasa ke Bayam Brazil
Salah satu inovasi menarik datang dari keripik bayam Brazil. Jika biasanya bayam hanya dijadikan sayur bening, warga Kampoeng Pinter berhasil mengolahnya menjadi camilan renyah dengan cita rasa gurih.
Ning Sri, salah satu pengrajin keripik, menceritakan awal mula ide tersebut. "Dulu kami menanam bayam biasa, tapi setelah mengenal urban farming, kami menanam bayam Brazil. Karena banyak yang bingung cara memasaknya, akhirnya kami coba bikin keripik. Ternyata rasanya enak, gurih, dan renyah," ungkapnya.
Produk ini cukup laris, meski proses produksinya masih terbatas. Dalam sehari, pengrajin hanya bisa menghasilkan sekitar setengah kilogram keripik. Kendala produksi massal menjadi tantangan yang masih harus diatasi.
Es Krim Bayam, Inovasi Sehat untuk Anak
Tak hanya keripik, warga juga berinovasi menciptakan es krim bayam Brazil. Dengan memadukan ekstrak bayam, susu UHT, gula, dan esens vanila, lahirlah produk es krim sehat yang bisa menjadi alternatif jajanan anak-anak.
"Kalau bayam biasanya hanya dimakan sebagai sayur, di sini bisa dijadikan es krim yang segar dan menyehatkan. Bahkan jus bayam pun bisa diolah jadi minuman yang enak," kata salah satu warga pengrajin.
Nayla, Mahasiswa Unair yang ikut mencoba produk ini mengaku tak percaya jika es krim tersebut berbahan dasar bayam. "Rasanya benar-benar seperti es krim biasa, padahal bahannya dari sayur," ucap Nayla saat presentasi.
Rolade Lele dan Nugget Bayam
Produk lain yang tak kalah menarik adalah rolade lele dan nugget ayam bayam Brazil. Lele yang biasanya digoreng sederhana kini diolah menjadi rolade dengan balutan kulit telur, lalu dikukus hingga matang. Sementara nugget dibuat dari campuran ayam dan bayam Brazil, dibalut tepung roti, dan siap digoreng.
Produk-produk olahan ini menghadirkan variasi baru bagi konsumen yang mencari makanan sehat namun tetap praktis.
Jamu Rempah
Warisan Majapahit yang dihidupkan kembali selain inovasi kuliner modern, Kampoeng Pinter juga menghadirkan produk tradisional berupa jamu rempah. Minuman ini diracik dari kunyit, jahe, lengkuas, temulawak, hingga serai. Khasiatnya dipercaya untuk menjaga kesehatan tubuh, menurunkan kolesterol, hingga menambah energi.
Seorang perajin jamu menuturkan, awalnya produksi jamu dilakukan karena sang istri mengalami masalah kesehatan. "Setelah rutin minum jamu racikan sendiri, kondisinya membaik. Dari situ kami mulai memasarkan ke tetangga, lalu ke pasar. Sekarang setiap hari bisa terjual 15 sampai 25 botol, terutama di Pasar Tugu Pahlawan," ujarnya.
Kedepannya, keberadaan Oase Kampoeng Pinter di Tembok Gede dinilai punya potensi besar untuk menjadi ikon kampung wisata urban di Surabaya. Perpaduan antara budaya, edukasi, bisnis, dan lingkungan dianggap sebagai daya tarik tersendiri di tengah derasnya modernisasi kota.
"Kami ingin pengalaman ini berlanjut, agar UMKM Mojopahit Pintar benar-benar bisa memberi manfaat bagi kesejahteraan warga sekaligus menjaga budaya," pesan ketua RW Kampung Pintar Oase, Aseyan.
(auh/hil)