Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) resmi dinobatkan sebagai kampus terbaik di Indonesia dalam bidang kecerdasan artifisial (AI) versi Edurank. Capaian ini disambut bangga oleh para dosen dan peneliti ITS, termasuk Kepala Program Studi yang aktif di Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dna Teknologi digital.
"Sebagai dosen sekaligus peneliti, saya tentu bangga. Tapi penghargaan ini bukan milik pribadi, melainkan hasil kerja keras seluruh sivitas akademika-dosen, mahasiswa, dan peneliti lintas prodi di ITS," kata Kaprodi Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Digital, Prof. I Ketut Eddy Purnama, Ph.D., dalam wawancara, Rabu (10/9).
Menurutnya, AI di ITS tidak hanya berkembang di bidang komputer saja, tetapi sudah merambah ke berbagai disiplin ilmu. Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) menjadi tulang punggung dengan mahasiswa S2 dan S3 terbanyak, yang aktif menghasilkan publikasi internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak tugas akhir, tesis, hingga disertasi mahasiswa berkaitan dengan AI, bahkan ada yang sudah jadi produk penelitian, lomba, hingga dikomersialkan," jelasnya.
Lantas, apa faktor utama yang membuat ITS unggul? Kaprodi menjelaskan, pemeringkatan Edurank didasarkan pada jumlah publikasi, sitasi, reputasi, serta kolaborasi.
"ITS punya banyak riset AI dengan sitasi tinggi. Alumni juga banyak menghasilkan produk berbasis AI. Kolaborasi internasional dan kerja sama dengan industri jadi nilai tambah besar," katanya.
Tidak hanya berdampak akademik, prestasi ini juga memberi keuntungan langsung bagi mahasiswa. Reputasi ITS di bidang AI disebut membuka peluang lebih luas dalam magang, riset, maupun karir.
"Perusahaan tentu lebih percaya pada lulusan ITS. Minimal mahasiswa punya pemahaman tentang AI, dan itu jadi nilai jual," ucapnya. Bahkan, reputasi ini diharapkan membuat investor lebih yakin untuk mendukung startup berbasis AI karya mahasiswa ITS.
Ke depan, ITS menargetkan diri masuk 400 besar perguruan tinggi dunia. Strateginya antara lain memperbanyak publikasi internasional, membentuk konsorsium riset global, serta memperkuat infrastruktur seperti supercomputer.
"Kami ingin ITS jadi pusat inovasi AI di berbagai bidang, mulai dari kesehatan, transportasi, energi, hingga maritim," ungkapnya.
Tak lupa, Kaprodi juga mengajak calon mahasiswa untuk ikut mengembangkan AI bersama ITS.
"AI itu bukan sekadar coding atau membuat robot pintar. AI bisa membantu dokter, dosen, mahasiswa, hingga pemerintah menyelesaikan masalah bangsa. Mari tumbuhkan semangat entrepreneur di bidang AI, mulai dari kampus," tutupnya.
(ihc/abq)