Hadis dan Ayat yang Berkaitan dengan Maulid Nabi

Hadis dan Ayat yang Berkaitan dengan Maulid Nabi

Irma Budiarti - detikJatim
Rabu, 03 Sep 2025 17:30 WIB
Ilustrasi ucapan dan kutipan Maulid Nabi 2023.
ILUSTRASI MAULID NABI. Foto: Istimewa/Unsplash.com
Surabaya -

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang telah melekat di kalangan umat Islam. Acara ini tidak sekadar seremonial, tetapi merupakan bentuk penghormatan, penghayatan, dan kecintaan umat terhadap Rasulullah.

Di berbagai daerah, semarak perayaan Maulid Nabi mulai terasa menjelang akhir bulan Shafar, sebagai momentum untuk mengenang kelahiran Rasulullah yang membawa rahmat bagi semesta alam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Dilansir Nahdlatul Ulama (NU) Online, tradisi Maulid Nabi tercatat mulai dilakukan beberapa abad setelah wafatnya Rasulullah. Menurut Sayyid al-Bakri, pelopor pertama kegiatan ini adalah al-Mudzhaffar Abu Said, seorang raja di Irbil, Baghdad.

Pada masa itu, masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an, menelaah sejarah hidup Rasulullah, melantunkan salawat, dan mengikuti ceramah agama. (al-Bakri bin Muhammad Syatho, Ianah at-Thalibin, Juz II, halaman: 364)

ADVERTISEMENT

Meski demikian, sebagian kalangan menolak perayaan ini dengan alasan bid'ah karena praktik tersebut tidak ada pada masa Rasulullah maupun sahabat. Mereka berpendapat, jika perayaan Maulid Nabi termasuk amal salih, generasi Salaf pasti sudah melaksanakannya. (Ibn Taimiyah, Fatawa Kubra, Juz IV, halaman: 414)

Maulid Nabi Dianggap Bid'ah

Hadis Nabi Muhammad SAW berikut ini sering disalahpahami terkait bid'ah.

وإيَّاكم ومحدثات الأمور؛ فإنَّ كلَّ محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

Artinya: Berhati-hatilah kalian dari sesuatu yang baru, karena setiap hal yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat. (HR Ahmad No 17184)

Pemahaman hadis ini harus dikaitkan dengan hadis lain berikut ini.

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Artinya: Siapa saja yang membuat sesuatu yang baru dalam masalah kami ini, yang tidak bersumber darinya, maka dia ditolak. (HR Al-Bukhori No 2697)

Para ulama menjelaskan yang dimaksud dengan أمرنا adalah urusan agama, bukan urusan dunia. Kreasi dalam urusan dunia diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat, sedangkan kreasi dalam urusan agama yang diagamakan tidak diperbolehkan. (Yusuf al-Qaradhawi, Bid`ah dalam Agama, hal: 177)

Dengan demikian, bid'ah yang sesat adalah bid'ah diniyah. Sedangkan perayaan Maulid, yang baru hanya format dan instrumennya, termasuk bid'ah hasanah karena mengandung ibadah seperti membaca Al-Qur'an, bersalawat, berdoa, dan mendengarkan ceramah. As-Suyuthi menyebutkan:

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوْلِدِ بِدْعَةٌ... فَمَنْ تَحَرَّى فِيْ عَمَلِهَا الْمَحَاسِنَ وَتَجَنَّبَ ضِدِّهَا كَانَتْ بِدْعَةً حَسَنَةً

Artinya: Hukum asal peringatan Maulid adalah bid'ah yang belum dilakukan kaum Salaf pada tiga abad pertama, tetapi jika dilakukan dengan mengutamakan kebaikan dan menghindari keburukan, maka itu termasuk bid'ah hasanah.

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi termasuk tradisi baik yang mengandung manfaat bagi manusia dan dianjurkan secara syara. (Mafahim Yajibu An-Tushahha, halaman: 340)

Dalil Al-Qur'an tentang Maulid dan Kegembiraan atas Nabi

Salah satu dalil yang menunjukkan dianjurkannya bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut.

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira. (QS. Yunus: 58)

Dalam tafsirnya, الفضل dimaknai sebagai ilmu dan الرحمة merujuk kepada Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Ambiya': 107)

Riwayat lain menunjukkan bahwa kegembiraan atas kelahiran Nabi memberikan manfaat, bahkan bagi orang kafir, seperti Abu Lahab yang mendapat keringanan siksa ketika bergembira atas kelahiran Rasulullah. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz 11, halaman: 431)

Dalil Al-Qur'an dan hadis menunjukkan bahwa bergembira atas kelahiran Rasulullah dianjurkan, membawa berkah, dan menjadi sarana penguatan iman bagi umat Islam. Dengan memahami hakikat Maulid, umat Islam dapat melaksanakan perayaan ini sebagai bentuk cinta, penghormatan, dan pengamalan sunnah Rasulullah.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads