Panduan Backpacker 3 Hari 2 Malam di Surabaya, Murah Meriah!

Panduan Backpacker 3 Hari 2 Malam di Surabaya, Murah Meriah!

Mira Rachmalia - detikJatim
Jumat, 22 Agu 2025 07:00 WIB
Wisata Surabaya Kora Lama
Kota Lama Surabaya/Foto: Deny Prastyo/detikjatim
Surabaya -

Ingin liburan hemat tapi tetap seru? Backpacker trip 3 hari 2 malam di Surabaya bisa jadi pilihan terbaik. Kota Pahlawan ini tidak hanya terkenal dengan jejak sejarah perjuangannya, tetapi juga menyimpan banyak destinasi menarik yang ramah di kantong.

Konsep backpacker ke Surabaya sangat cocok untuk kamu yang sedang solo trip, sekadar short escape, atau ingin healing tipis-tipis dengan suasana baru. Dengan perencanaan sederhana, kamu bisa menikmati suasana urban sekaligus sisi klasik Surabaya dalam waktu singkat.

Perpaduan wisata sejarah, kuliner, dan hiburan modern membuat perjalanan 3 hari 2 malam di Surabaya jadi pengalaman yang tidak terlupakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ide Jalan-Jalan Backpacker 3 Hari 2 Malam Surabaya

Mulai dari ngopi santai di kawasan kota lama, berburu kuliner malam di pusat kota, hingga menjelajahi museum, taman kota, dan hidden gems yang jarang diketahui wisatawan. Semua bisa masuk itinerary tanpa harus menguras dompet.

Hari pertama

Menikmati Sore di Alun-Alun SurabayaBerselfie di Alun-Alun Surabaya/Foto: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim

Art and Culture di Alun-alun Surabaya

Alun-alun Surabaya yang berada di kompleks Balai Pemuda menjadi pusat seni dan budaya yang ikonik. Gedung Balai Pemuda sendiri dibangun pada tahun 1907 dan dulunya bernama Simpangsche Societeit atau Simpangsche Club, tempat hiburan malam kaum elit Eropa. Kini, bangunan bersejarah ini bertransformasi menjadi ruang publik yang modern sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan seni.

ADVERTISEMENT

Di kawasan Alun-alun, pengunjung bisa menikmati area outdoor yang luas dan basement yang menarik. Di basement terdapat area pameran seni yang sering menampilkan karya seniman lokal maupun nasional, serta arena skateboard yang bisa digunakan bebas oleh publik.

Ada juga food court dengan pilihan kuliner kekinian, sehingga cocok untuk tempat nongkrong sore hingga malam hari. Bagi pecinta seni, jangan lewatkan Gedung Balai Budaya, ruang pentas yang kerap menjadi tuan rumah pertunjukan seni, musik, dan teater.

Aktivitas terbaik di sini tentu saja menikmati pameran, bersantai di area terbuka, atau mencoba kuliner khas Surabaya sambil menikmati suasana kota.

Museum Surabaya (Gedung SIOLA)

Monumen Arek Genteng Kali, SiolaGedung Siola Foto: Deny Prastyo Utomo

Terletak di ujung Jalan Tunjungan, Museum Surabaya menempati gedung bersejarah SIOLA (dahulu Gedung Whiteaway Laidlaw). Museum ini menyimpan lebih dari 1.000 koleksi benda yang menceritakan perjalanan sejarah dan budaya Kota Surabaya.

Koleksinya beragam, mulai dari foto para wali kota Surabaya sejak tahun 1916, pakaian adat, wayang, hingga replika dapur kuno khas masyarakat tempo dulu.

Selain koleksi benda bersejarah, museum ini juga menghadirkan cerita dari komunitas Tionghoa, Arab, dan Jawa yang membentuk keragaman budaya Surabaya. Pengunjung bisa menjelajahi ruang interaktif dan perpustakaan untuk mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat Surabaya dari masa ke masa.

Aktivitas yang bisa dilakukan di sini antara lain belajar sejarah kota, hunting foto di bangunan heritage, hingga menambah wawasan budaya Surabaya dalam suasana edukatif namun tetap santai.

Cafe Hopping di Jalan Tunjungan

JPO Jalan Tunjungan Surabaya dibongkar dan akan diganti dengan konsep baru lebih modern.Jalan Tunjungan Foto: Esti Widiyana

Jalan Tunjungan adalah jantung Kota Surabaya yang selalu ramai, apalagi setelah direvitalisasi menjadi kawasan wisata heritage. Deretan gedung tua yang masih terawat menghadirkan suasana klasik berpadu dengan modern. Saat sore hingga malam, lampu-lampu jalan membuat kawasan ini semakin cantik dan Instagramable.

Di sepanjang jalan ini, banyak kafe kekinian dengan desain interior unik yang cocok untuk bersantai atau sekadar menikmati secangkir kopi sambil melihat keramaian kota. Aktivitas terbaik di sini tentu saja cafe hopping: berpindah dari satu kafe ke kafe lain untuk mencicipi berbagai menu. Selain itu, kamu juga bisa berjalan kaki menyusuri trotoar sambil berfoto dengan latar bangunan heritage Tunjungan yang menjadi ikon Kota Pahlawan.

Wisata Perahu Kalimas

Wisata Perahu KalimasWisata Perahu Kalimas Foto: Istimewa (Dok Tiket Wisata Surabaya)

Bagi yang ingin merasakan suasana romantis Surabaya di malam hari, Wisata Perahu Kalimas adalah pilihan menarik. Rute perjalanan dimulai dari Taman Prestasi menuju Taman Ekspresi, melewati deretan lampu hias, lentera, dan spot foto yang indah. Sepanjang perjalanan, pengunjung bisa melihat ikon kota seperti Museum Pendidikan, Taman Ekspresi, hingga Pasar Apung.

Perahu beroperasi dalam tiga sesi, yaitu pagi (08.00-11.30), siang (13.00-17.00), dan malam (18.00-20.30). Waktu terbaik tentu saja sesi malam, karena suasananya lebih syahdu dengan gemerlap lampu. Tiket harus dipesan sesuai jam operasional dan bersifat non-refundable. Aktivitas yang bisa dilakukan di sini antara lain menikmati pemandangan kota dari atas perahu, hunting foto malam hari dengan latar lampion, atau sekadar bersantai menikmati hembusan angin sungai yang sejuk.

Hari Kedua

Monumen Tugu Pahlawan & Museum 10 November

Museum 10 November SurabayaMuseum 10 November Surabaya Foto: Tedi Permana/d'Traveler

Tak lengkap rasanya berkunjung ke Surabaya tanpa singgah di Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Monumen ikonik setinggi 41 meter ini dibangun untuk mengenang peristiwa bersejarah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Di area bawah monumen, terdapat Museum 10 November yang menyimpan koleksi berharga dari masa perjuangan. Museum ini memiliki dua lantai yang menampilkan berbagai artefak, mulai dari senjata rampasan perang, keris, hingga pistol dan senjata laras panjang yang digunakan pejuang. Salah satu koleksi paling berkesan adalah rekaman asli pidato Bung Tomo yang mampu membakar semangat rakyat kala itu.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat diorama statis maupun elektronik, serta dokumenter sejarah dengan teknologi hologram yang memvisualisasikan suasana pertempuran. Aktivitas terbaik di sini tentu saja belajar sejarah, menikmati pengalaman edukatif, sekaligus berfoto di area monumen yang megah.

Cocok bagi pencinta sejarah maupun wisatawan keluarga yang ingin menanamkan nilai perjuangan kepada anak-anak.

Wisata kuliner Kya-kya di Jalan Kembang Jepun SurabayaWisata kuliner Kya-kya di Jalan Kembang Jepun Surabaya Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim

Menyusuri Kawasan Pecinan Kembang Jepun

Jika ingin merasakan nuansa berbeda, cobalah menyusuri Jalan Kembang Jepun, kawasan pecinan tertua di Surabaya. Dahulu disebut Handelstraat (berarti jalan perdagangan), kawasan ini berkembang pesat sebagai pusat bisnis. Nama "Kembang Jepun" sendiri mulai populer pada masa pendudukan Jepang, dan hingga kini kawasan ini tetap hidup sebagai pusat perdagangan tradisional.

Ciri khas pecinan masih kental terasa di sini. Kamu bisa menemukan klenteng tua, rumah abu, hingga bangunan berarsitektur Tionghoa yang berusia ratusan tahun. Beberapa spot menarik antara lain Klenteng Han, Klenteng Boen Bio, serta rumah abu Han dan The yang memiliki nilai sejarah tinggi. Aktivitas yang cocok di kawasan ini adalah wisata jalan kaki, fotografi arsitektur, hingga berburu kuliner khas Tionghoa. Di malam hari, kamu bisa sekaligus mampir ke kawasan Kya-Kya Kembang Jepun yang kini menjadi sentra kuliner legendaris.

Masjid Cheng Ho Surabaya

Masjid Cheng Ho SurabayaMasjid Cheng Ho Surabaya Foto: Indonesia Raya

Bagi pecinta wisata religi, Masjid Muhammad Cheng Ho adalah destinasi unik yang wajib dikunjungi. Terletak hanya sekitar 1 km dari Balai Kota, masjid ini menjadi salah satu simbol akulturasi budaya Islam dan Tionghoa di Surabaya. Dibangun atas prakarsa tokoh Tionghoa Muslim, arsitekturnya terinspirasi dari Masjid Niu Jie di Beijing.

Bangunan utama masjid berukuran 11 x 9 meter, melambangkan Ka'bah (11) dan Wali Songo (9). Hasil perkaliannya, 99, merepresentasikan Asmaul Husna. Desainnya sangat khas, dengan pintu berbentuk pagoda, relief naga, patung singa lilin, serta dominasi warna merah, hijau, dan emas yang melambangkan keberuntungan serta kedamaian.

Selain beribadah, pengunjung bisa menikmati keindahan arsitektur, berfoto di spot-spot artistik, atau sekadar bersantai di area halaman yang teduh. Aktivitas yang paling seru adalah menjelajahi simbol-simbol filosofis di bangunan masjid sambil memahami percampuran budaya yang harmonis di Kota Pahlawan.

Hari Ketiga

Museum De Javasche Bank

De Javasche BankDe Javasche Bank Foto: tourism.surabaya.go.id

Bangunan bersejarah ini dulunya merupakan kantor pusat De Javasche Bank, bank sirkulasi milik pemerintah kolonial Belanda. Dibangun pada 1910 dengan gaya arsitektur Neo-Renaissance, gedung seluas 1.000 meter persegi ini masih berdiri megah dengan ciri khas simetris yang elegan. Kini, bangunan bersejarah tersebut dipugar menjadi Museum De Javasche Bank, salah satu destinasi wisata edukasi unggulan di Surabaya.

Museum ini terbagi menjadi dua lantai. Di lantai dasar, pengunjung bisa menjelajahi bekas ruang pencetakan, penyimpanan, hingga penghancuran uang. Terdapat lorong-lorong dengan kaca pengaman yang masih dipertahankan, memperlihatkan bagaimana sistem keamanan perbankan pada masa kolonial. Koleksi uang kuno, peralatan bank, hingga kisah perjalanan sistem keuangan di Hindia Belanda dipamerkan dengan rapi.

Naik ke lantai atas, pengunjung akan melihat bekas ruang pelayanan yang dahulu digunakan sebagai teller dan bilik transaksi. Suasana klasik masih terasa kuat, lengkap dengan ruang tunggu berarsitektur kolonial yang fotogenik.

Cafe Hopping di Kota Lama Surabaya

Spot Foto di Kota Lama SurabayaSpot Foto di Kota Lama Surabaya Foto: Angely Rahma/ detikjatim

Kawasan Kota Lama Surabaya menawarkan nuansa klasik dengan deretan bangunan peninggalan kolonial yang kini direvitalisasi. Selain berjalan-jalan sambil berburu spot foto instagramable, pengalaman yang tak kalah seru adalah cafe hopping di berbagai kafe estetik yang tersebar di kawasan ini.

Banyak kafe di Kota Lama yang mempertahankan gaya arsitektur Belanda dengan sentuhan modern, menjadikannya tempat nongkrong favorit generasi muda. Suasana makin sempurna ketika sore menjelang malam, karena lampu-lampu kota menambah kesan romantis dan vintage.

Klenteng Sanggar Agung

Kelenteng Sanggar Agung kenjeran surabayaKelenteng Sanggar Agung kenjeran surabaya Foto: Hanaa Septiana

Berlokasi di kawasan Pantai Kenjeran, Klenteng Sanggar Agung (Hong San Tang) resmi dibuka pada 1999 dan berdiri di atas lahan seluas lebih dari 4.000 meter persegi. Tidak seperti klenteng tradisional lainnya, Sanggar Agung mengusung desain arsitektur modern dengan sentuhan kontemporer yang memadukan unsur Tionghoa, lokal, dan internasional.

Daya tarik utama klenteng ini adalah lokasinya yang unik, menghadap langsung ke laut dengan latar belakang hutan bakau dan deburan ombak Pantai Kenjeran. Hal ini membuat suasana spiritual semakin khidmat, sekaligus memberikan pengalaman wisata yang berbeda. Spot favorit wisatawan adalah patung Dewi Kwan Im setinggi 20 meter yang berdiri anggun di tepi laut.

Surabaya North Quay

Surabaya North QuaySurabaya North Quay Foto: Istimewa (Dok;Surabaya Tourism)

Jika ingin merasakan wisata maritim dengan nuansa modern, Surabaya North Quay (SNQ) adalah pilihan tepat. Terletak di lantai 3 gedung Pelindo 3, kawasan ini mulai beroperasi sejak 2016 dan langsung menjadi salah satu spot favorit wisatawan. Dari sini, kamu bisa menyaksikan keindahan Selat Madura, Jembatan Suramadu, hingga lalu-lalang kapal di Pelabuhan Tanjung Perak.

Waktu terbaik berkunjung ke SNQ adalah sore menjelang malam, saat langit jingga berpadu dengan panorama laut. Ada fasilitas Teras Tepi Laut yang bisa dinikmati dengan tiket Rp 50.000, sudah termasuk voucher makanan atau minuman. Selain itu, tersedia pusat kuliner, area oleh-oleh khas Surabaya, serta ruang pertunjukan seni yang sering menggelar acara musik dan budaya.

Pengunjung bisa menikmati sunset romantis, wisata kuliner laut, berfoto dengan latar kapal pesiar, hingga berburu oleh-oleh khas sebelum pulang.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: PT KAI Tegaskan Tak Sediakan Gerbong Khusus Rokok"
[Gambas:Video 20detik]
(ihc/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads