Perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia tak selalu harus diwarnai pakaian adat dari berbagai daerah. Warga di Dusun Nguleg, Desa Ngadipuro, Kecamatan Widang, Tuban justru memakai busana apa adanya saat upacara.
Upacara dengan petugas yang yang juga bagian dari warga, baik perangkat desa hingga pelajar itu justru semakin sarat makna ketika para peserta upacara itu datang mengenakan busana sehari-hari.
Mereka adalah para pedagang juga para petani. Para pelajar, ibu-ibu rumah tanggaβbaik yang tak berhijab hingga yang bergamis panjang, juga bapak-bapak dengan batik terbaik yang dimiliki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh peserta khidmat mengikuti rangkaian upacara bendera peringatan HUT ke-80 RI sejak pembukaan, pengibaran bendera, hingga pembubaran petugas di lapangan desa.
Sederhana tapi penuh ketulusan. Ini seakan bukti warga rela meninggalkan sejenak profesi masing-masing yang jadi mata pencaharian utama keluarga demi merawat bibit kecintaan kepada Bangsa dan Negara.
Setidaknya ada 500 orang warga Dusun Ngulek yang mengikuti upacara di lapangan desa itu, Minggu (17/8). Tidak ada yang mengeluh panas, dan tak ada yang lepas dari sikap hormat sempurna saat Bendera Merah Putih dikibarkan ke angkasa.
Kebersamaan yang telah digelar 2 tahun terakhir ini pun menjadi simbol nyata persatuan masyarakat. Bukan hanya saat peringatan hari bersejarah bangsa, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua BPD Desa Ngadipuro, Sunarko mengakui bahwa upacara bendera ini baru berjalan selama 2 tahun terakhir setiap peringatan 17 Agustus 1945. Tapi warga telah bersepakat, upacara ini akan terus menjadi tradisi tahunan.
"Sebelumnya pada 17 Agustus masyarakat hanya duduk di warung kopi. Setelah adanya inisiatif menggelar upacara ini, warga sepakat upacara ini akan digelar rutin setiap tahun sebagai wujud menghargai perjuangan para pahlawan," ujarnya.
Pengumuman sederhana tentang pelaksanaan upacara yang disampaikan sejak awal Agustus ini disambut antusias oleh warga. Tidak hanya saat upacara, termasuk dalam rangkaian peringatan HUT kemerdekaan yang diselenggarakan di dusun itu.
"Hampir semua warga antusias untuk mengikuti upacara ini. Kecuali mereka yang lansia dan mereka yang sedang sakit," kata Sunarko.
(dpe/abq)