5 Agustus Hari Terpendek, Apa Maksudnya?

5 Agustus Hari Terpendek, Apa Maksudnya?

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 05 Agu 2025 10:30 WIB
Bumi mencatat hari terpendek dalam sejarah karena rotasi lebih cepat, mengapa fenomena ini bisa terjadi?
ILUSTRASI ROTASI BUMI. Foto: BBC Magazine
Surabaya -

Bumi terus berputar pada porosnya selama 24 jam atau sekitar 86.400 detik dalam sehari. Namun, tahukah detikers bahwa perputaran tersebut tidak selalu berlangsung dalam waktu yang sama setiap hari?

Baru-baru ini, para ilmuwan mengejutkan dunia dengan kabar bahwa tanggal 5 Agustus menjadi hari terpendek karena Bumi berputar lebih cepat dari biasanya dan "kehilangan" sebagian kecil waktunya. Fenomena ini menarik perhatian karena bisa berdampak pada sistem teknologi yang sangat bergantung pada presisi waktu, termasuk GPS, perbankan, hingga jaringan listrik.

Kabar mengenai 5 Agustus hari terpendek menjadi viral karena dipercaya dapat memicu perubahan penting pada sistem pengaturan waktu global. Para penjaga waktu dunia bahkan dikabarkan mempertimbangkan penambahan negative leap second, yaitu pengurangan satu detik dari waktu universal terkoordinasi (UTC), sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hari pada 5 Agustus bisa menjadi lebih singkat, dan apa dampaknya bagi kehidupan sehari-hari? Berikut penjelasan selengkapnya.

Apa yang Dimaksud Hari Terpendek?

Hari terpendek merujuk pada kondisi ketika waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu putaran penuh lebih cepat dari 24 jam standar. Pada 5 Agustus, perputaran Bumi diperkirakan "kehilangan" sekitar 1,5 milidetik, artinya hari tersebut berjalan lebih singkat dari biasanya.

ADVERTISEMENT

Meski tambahan atau pengurangan waktu ini sangat kecil dan tidak terasa dalam aktivitas harian, bagi sistem yang mengandalkan sinkronisasi waktu super akurat seperti satelit dan data center, setiap milidetik sangat penting.

Fenomena percepatan rotasi Bumi ini bukan kejadian pertama. Pada 2020, para ilmuwan mulai mengamati bahwa durasi hari makin memendek dibandingkan 50 tahun terakhir. Beberapa tanggal seperti 9 Juli dan 22 Juli tercatat memecahkan rekor karena berputar lebih cepat, dan puncaknya diprediksi terjadi pada 5 Agustus.

Penyebab Bumi Berputar Lebih Cepat

Banyak faktor yang mempengaruhi seberapa cepat Bumi berotasi. Secara umum, rotasi Bumi melambat dari waktu ke waktu akibat gaya pasang surut Bulan yang perlahan menjauhi Bumi. Namun, beberapa faktor justru bisa mempercepat rotasi, seperti posisi Bulan, distribusi massa di Bumi, hingga peristiwa alam.

Pada 5 Agustus, posisi Bulan berada cukup jauh dari ekuator Bumi, sehingga menghasilkan pengaruh gravitasi yang membuat Bumi berotasi sedikit lebih cepat. Selain itu, beberapa ilmuwan menyebut perubahan iklim juga berperan secara tidak langsung.

Pencairan lapisan es di kutub menyebabkan redistribusi massa air di permukaan Bumi, yang dapat mengubah momen inersia dan memicu percepatan rotasi. Walaupun hanya berbeda beberapa milidetik, data akurat dari jam atom mampu mendeteksinya secara presisi.

Apa Itu Leap Second dan Negative Leap Second?

Untuk menjaga ketepatan antara rotasi Bumi (waktu astronomis) dengan waktu atom (UTC), badan internasional bernama IERS (International Earth Rotation and Reference Systems Service) sesekali menambahkan leap second atau detik kabisat.

Sejak 1972, leap second biasanya ditambahkan dalam bentuk penambahan waktu 1 detik agar jam atom terkunci mengikuti pergerakan Bumi yang melambat. Namun, karena rotasi Bumi justru makin cepat sejak 2020, muncul wacana untuk melakukan hal sebaliknya, yaitu negative leap second.

Ini artinya satu detik akan "dihapus" dari UTC, agar waktu atom tidak mendahului waktu astronomis. Hingga saat ini, negative leap second belum pernah dilakukan, sehingga menimbulkan kekhawatiran teknis karena belum ada sistem komputer yang teruji mampu menghadapinya tanpa error.

Potensi Dampaknya terhadap Teknologi

Perbedaan waktu hanya beberapa milidetik mungkin tidak terasa bagi manusia. Namun, bagi industri teknologi global, banking, penerbangan, hingga observatorium astronomi, selisih sekecil apapun bisa memicu gangguan.

Penerapan leap second sebelumnya bahkan diketahui menyebabkan gangguan penjadwalan penerbangan dan error sistem komputer di sejumlah negara. Karena itulah, sejumlah pakar teknologi memperingatkan bahwa penerapan negative leap second lebih berisiko dibanding positive leap second.

Banyak perusahaan teknologi skala global pun kini bersiap-siap mengantisipasi kemungkinan perubahan ini meskipun masih diperkirakan hanya memiliki peluang sekitar 30% terjadi dalam satu dekade mendatang.

Akankah Negative Leap Second Terjadi?

Para ilmuwan memperkirakan bahwa kemungkinan diberlakukannya negative leap second adalah sekitar 30% dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Namun, penerapannya sangat bergantung pada banyak faktor.

Termasuk keputusan apakah leap second tetap dipakai atau dihapus pada masa depan. Selain itu, percepatan rotasi Bumi yang terlihat sejak 2020 juga bisa berubah kembali jika perubahan iklim menyebabkan redistribusi massa yang memperlambat putaran Bumi.

Fenomena 5 Agustus hari terpendek menunjukkan betapa dinamisnya sistem rotasi Bumi yang selama ini kita anggap konstan. Meski perubahan waktunya sangat kecil, dampaknya terhadap sistem penanda waktu global bisa sangat signifikan. Semoga penjelasan ini bermanfaat.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads