Bendera One Piece yang marak dikibarkan jelang peringatan HUT ke-80 RI memicu kontroversi. Ada yang menyebut pengibaran bendera One Piece ini berpotensi memecah belah bangsa hingga adanya ancaman pidana.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menanggapi fenomena ini dengan tertawa dan tersenyum tipis saat menghadiri kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di ITS Surabaya.
Usai menyampaikan materi dalam studium generale PKKMB ITS Surabaya, AHY sempat menemui sejumlah awak media. Setelah menjelaskan tentang ringkasan materi yang dia bawakan untuk mahasiswa, dia ditanya soal fenomena bendera One Piece.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AHY hanya tertawa kecil kemudian tetap tersenyum kecil meski beberapa kali pertanyaan itu disampaikan kepada dirinya, bahkan ia tetap tidak menjawab sampai dirinya masuk ke dalam mobil. Salah satu pengawal AHY pun meminta para awak media untuk menyudahi pertanyaan itu.
"Sudah ya," ujar salah satu pengawal AHY di ITS, Senin (4/8/2025).
Fenomena bendera One Piece ini terjadi di Kota Pahlawan. Salah satunya seperti yang dilakukan salah seorang warga di kawasan Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo. Tampak bendera berkibar di bawah Sang Saka Merah Putih dalam satu tiang yang dipasang di atas rumah atau pohon.
Warga pemasang, Arif (49) mengaku sengaja memasang bendera Jolly Roger bukan karena ikut-ikutan tren di media sosial. Namun sebagai bentuk kekecewaannya terhadap sejumlah kebijakan pemerintah yang menyulitkan rakyat kecil.
"Itu tadi, untuk kekecewaan saja. Nah, selama ini kan kebijakan-kebijakannya pemerintah itu kan (seperti kurang berpihak ke masyarakat) kasihan masyarakat," kata Arif.
Sebelumnya, Akademisi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya M Febriyanto Firman Wijaya menyebut, fenomena tersebut bukan semata soal hiburan atau fandom pop culture. Melainkan sebagai bentuk ekspresi simbolik dari kekecewaan generasi muda terhadap pemerintah.
"Bendera One Piece, khususnya simbol bajak laut, bukan hanya sekadar tren anime. Ketika ia dikibarkan menjelang 17 Agustus, ini menunjukkan adanya distorsi makna simbolik. Anak muda tampaknya sedang melakukan bentuk protes diam melalui simbol global yang mereka maknai lebih relevan dibanding simbol kenegaraan yang dianggap kehilangan makna esensial," kata Riyan.
Ia menjelaskan, kegandrungan pda simbol seperti bendera bajak laut One Piece tidak semata karena efek globalisasi atau pengaruh media Jepang. Melainkan rasa kecewa dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang dirasakan sebagian anak muda.
"Anak muda hari ini kritis, melek informasi, tetapi mereka tidak merasa didengar. Dalam situasi seperti itu, mereka mencari simbol baru yang mewakili semangat kebebasan, pemberontakan, dan solidaritas nilai-nilai yang ironisnya justru mereka temukan dalam tokoh bajak laut fiktif seperti Luffy, bukan dalam simbol-simbol kenegaraan," jelasnya.
(dpe/abq)