Dosen dan Mahasiswa Sulap Limbah Cangkang Telur Jadi Masker Kecantikan

Dosen dan Mahasiswa Sulap Limbah Cangkang Telur Jadi Masker Kecantikan

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 31 Jul 2025 06:00 WIB
Dosen Farmasi UM Surabaya Isnaeni bersama Annisa Kartika Sari, Siti Rohmatul Laila dan Elok Siti Nurjannah.
Dosen Farmasi UM Surabaya Isnaeni bersama Annisa Kartika Sari, Siti Rohmatul Laila dan Elok Siti Nurjannah. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Cangkang telur yang selalu menjadi limbah di dapur, ternyata dapat diolah menjadi produk kecantikan kaya manfaat. Seperti yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.

Dosen dan mahasiswa mengolah limbah cangkang telur yang dicampur dengan lidah buaya untuk menjadi masker kecantikan. Masker itu dinamakan Bio-Galvera.

Inovasi tersebut digagas oleh dosen Farmasi Isnaeni dan bersama Annisa Kartika Sari, serta dua mahasiswanya. Yakni Siti Rohmatul Laila dan Elok Siti Nurjannah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami ingin menghadirkan produk yang bermanfaat untuk kulit, tetapi juga berasal dari bahan alami yang sering dianggap sampah," kata Isnaeni di UM Surabaya, Kamis (31/7/2025).

ADVERTISEMENT

Sementara Annisa menjelaskan kandungan cangkang telur yang baik untuk masker kecantikan. Seperti kandungan mineral dan kolagen tinggi yang baik sebagai peremajaan kulit.

Sedangkan lidah buaya kaya akan anti oksidan dan menangkal radikal bebas. Sehingga dapat sebagai pencegah penuaan dini, melembabkan kulit, anti iritasi, mengencangkan kulit, meningkatkan elastisitas, hidrasi, membantu regenerasi sel, dan meredakan peradangan.

Proses pembuatan masker bubuk ini, cangkang telur terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Kemudian diolah menjadi serbuk halus, lalu ditambah ekstrak lidah buaya, serbuk probiotik, tepung beras, polyvinyl alcohol, dan gliserin.

"Seluruh bahan ditimbang sesuai komposisi, dicampur, dan kemudian dikeringkan menggunakan oven bersuhu rendah maksimal 40 derajat celsius agar tidak merusak kandungan aktifnya," jelasnya.

Produk ini juga diuji kualitasnya, hasilnya menunjukkan ukuran partikel halus (fines) sebesar 9,8% atay lebih rendah dari batas maksimal masker bubuk yang ditetapkan, yakni 10%.

Annisa mengatakan, olahan dari limbah rumah tangga ini bukan hanya produk kecantikan. Melainkan bentuk edukasi kepada masyarakat agar lebih bijak memanfaatkan limbah.

"Ke depan, kami akan kenalkan Bio-Galvera kepada masyarakat agar mereka juga bisa membuat atau menggunakan produk berbahan alami ini," ujarnya.

Salah satu mahasiswa UM Surabaya yang mencoba Bio-Galvera, Diva memberikan testimoni usai menggunakan masker tersebut. Yakni kulit terasa lebih lembut dan merasa tereksfoliasi.

"Pada waktu dibersihkan seperti eksfolisi, nggak mengelupas sepenuhnya. Tapi di kulit aman lebih halus dan lebih cerah. Enak buat kulit. Kalau kulit normal aman," pungkasnya.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads