Waktu Salat Isya Surabaya Hari Ini

Waktu Salat Isya Surabaya Hari Ini

Irma Budiarti - detikJatim
Rabu, 16 Jul 2025 17:00 WIB
Masjid Agung Surabaya.
Masjid Agung Surabaya. Foto: Nimas Andaru/detikJatim
Surabaya -

Bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya, mengetahui jadwal salat Isya hari ini sangat penting agar ibadah tidak terlewat. Salat ini merupakan salat wajib yang dikerjakan di malam hari setelah magrib, dan menjadi penutup dari lima waktu salat fardu.

Salat isya memiliki keutamaan tersendiri karena dilakukan di waktu malam yang sunyi. Momen ini menjadi waktu terbaik untuk menenangkan hati, merenung, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah menjalani kesibukan sepanjang hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadwal Waktu Salat Magrib Surabaya Hari Ini

Dilansir dari NU Online, waktu pelaksanaan salat isya dimulai setelah waktu magrib berakhir. Artinya, begitu mega merah di langit barat telah menghilang sepenuhnya, maka masuklah waktu untuk mengerjakan salat isya.

Waktu ini berlangsung cukup panjang, yaitu hingga terbitnya fajar sebagai tanda dimulainya waktu salat subuh. Dengan rentang waktu yang luas ini, umat Islam diberi keleluasaan untuk melaksanakan salat isya, meski tetap dianjurkan untuk tidak menunda-nundanya tanpa alasan.

ADVERTISEMENT

Jadwal salat isya dapat berbeda tiap harinya tergantung posisi matahari, dan letak geografis suatu daerah. Berikut waktu salat Magrib Surabaya hari ini, Rabu 16 Juli 2025, berdasarkan data dari Bimas Islam Kementerian Agama RI.

  • Hari: Rabu 16 Juli 2025
  • Waktu Magrib: 18.44 WIB

Bacaan Niat Salat Magrib Lengkap

Dikutip dari detikHikmah, niat salat magrib berbeda tergantung pada kondisi saat menunaikannya, apakah dilakukan sendiri (munfarid), sebagai imam, atau sebagai makmum dalam berjemaah. Berikut bacaan niat salat magrib.

1. Niat Salat Isya Sendiri

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى

Latin: Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an lillahi ta'aala.

Artinya: Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.

2. Niat Salat Isya Berjemaah Sebagai Makmum

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى

Latin: Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an makmuman lillahi ta'aala.

Artinya: Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, sebagai makmum karena Allah ta'ala.

3. Niat Salat Isya Berjemaah Sebagai Imam

أُصَلِّى فَرْضَ العِشَاء ِأَرْبَعَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Latin: Usholli fardlol i'syaa-i arba'a roka'aataim mustaqbilal qiblati adaa-an imaman lillahi ta'aala.

Artinya: Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, sebagai imam karena Allah ta'ala.

Hikmah Salat Isya

Masih dari sumber NU Online, salat isya memiliki sejarah penuh makna yang berakar dari kisah Nabi Musa AS. Ia adalah sosok pertama yang mengerjakan salat isya sebanyak empat rakaat. Peristiwa ini terjadi dalam momen penuh ujian, ketika Nabi Musa tersesat dalam perjalanan keluar dari daerah Madyan (al-Bad).

Kala itu, Nabi Musa diliputi empat kesedihan mendalam. Ia dirundung pilu karena harus meninggalkan istri tercinta. Ia juga terpisah dari saudaranya, Nabi Harun AS, yang selama ini menjadi teman seperjuangan. Kesedihan lainnya datang dari perpisahan dengan sang putra, serta tekanan hebat dari kekuasaan Fir'aun yang zalim dan menindas.

Di tengah malam dan kesedihan itu, pertolongan Allah datang menyelamatkan Nabi Musa dari seluruh kesedihan tersebut. Sebagai wujud syukur atas lenyapnya empat duka tersebut, Nabi Musa melaksanakan salat empat rakaat tepat pada waktu isya. Sebagaimana disebut dalam riwayat.

فَخَلَّصَهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ. ذَلِكَ فِي وَقْتِ الْعِشَاءِ، فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكعَاتٍ شُكْرًا لِلهِ عَلىَ ذَهَابِ الْأَحْزَانِ الْأَرْبَعَةِ

Artinya: Maka Allah menolongnya dari semua (kesedihan) itu. Kejadian ini terjadi pada waktu Isya, kemudian ia shalat empat rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah atas hilangnya empat kesedihan tersebut.

Asal-usul salat magrib dari kisah Nabi Musa ini bukan sekadar sejarah, melainkan pelajaran abadi tentang bagaimana salat bisa menjadi pelipur lara dan sarana mendekat kepada Allah di tengah badai kehidupan.




(auh/irb)


Hide Ads