Sebuah video yang memperlihatkan sekelompok orang berpakaian putih berkumpul di sekitar tugu puncak Gunung Lawu menjadi viral di media sosial. Kelompok tersebut merupakan rombongan NU Purwodadi yang tengah menjalani sebuah ritual.
Dalam rekaman berdurasi 23 detik itu, terlihat sebagian peserta mengitari tugu puncak Hargo Dumilah Lawu. Sementara sebagian lagi, yang lainnya duduk melingkar di sekitarnya.
Di antara kerumunan itu, tampak beberapa pendaki terlihat bingung menyaksikan aktivitas yang berlangsung. Beberapa dari mereka kemudian merekam momen tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta-fakta Rombongan NU Purwodadi Ritual Suro di Puncak Lawu
1. Kapolres Magetan Membenarkan Ritual Tersebut
Kapolres Magetan AKBP Raden Erik Bangun Prakasa saat dikonfirmasi membenarkan video tersebut terjadi di puncak Lawu setelah konfirmasi ke Perhutani setempat.
"Betul, kami sudah cek video yang viral tersebut lokasi memang benar di puncak Gunung Lawu. Kami sudah konfirmasi ke pihak pengelola dan Perhutani KPH Lawu," kata Erik, Senin (14/7/2025).
2. Ritual Dilakukan pada Jumat
Erik menambahkan rombongan diketahui mendaki lewat jalur Cemoro Sewu pada Kamis (10/7/2025). Mereka kemudian melakukan ritual keesokan harinya atau Jumat (11/7/2025).
3. Rombongan Terdiri dari 100 Orang
Rombongan tersebut diketahui bukan dari warga Jawa Timur, namun dari ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) Purwodadi, Jawa Tengah.
"Rombongan dari kelompok Nahdlatul ulama (NU) Purwodadi Jateng. Mereka ada sekitar 100 orang yang mendaki," kata Erik.
"Mereka memang sedang ritual di bulan Suro dengan mendaki di puncak Gunung Lawu. Mereka dari Purwodadi Jawa Tengah," imbuhnya.
4. Rombongan Juga Berziarah ke Sunan Lawu pada 11 Suro
Menurut Erik, selain melakukan ritual, mereka juga berziarah ke Sunan Lawu setiap tanggal 11 Suro. Total mereka telah melakukannya sebanyak 14 kali.
5. Bukan Aliran Sesat
Erik juga membantah bahwa rombongan tersebut merupakan kelompok aliran sesat. Sebab, pembacaan yang dilakukan tidak keluar dari syariat Islam.
"Bukan kelompok sesat. Mereka berdoa yang diucapkan mengaji dan tawasulan," tandas Erik.
(auh/irb)