Legenda Mahameru dan Letusan Dahsyat Gunung Semeru

Legenda Mahameru dan Letusan Dahsyat Gunung Semeru

Irma Budiarti - detikJatim
Minggu, 13 Jul 2025 06:00 WIB
Gunung Semeru erupsi
Gunung Semeru erupsi. Foto: Nurhadi Wicaksono/detikJatim
Lumajang -

Gunung Semeru bukan hanya puncak tertinggi di Pulau Jawa, tetapi juga menyimpan dua sisi yang saling melengkapi, yaitu sisi mistis dan geologis. Di balik keindahan dan kemegahannya, Gunung Semeru dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa menurut legenda kuno.

Meski begitu, Gunung Semeru juga menjadi saksi bisu sejumlah letusan besar yang menorehkan luka dan pelajaran. Dari mitos pemindahan Gunung Mahameru oleh para dewa hingga letusan dahsyat yang menewaskan ratusan jiwa, kisah Gunung Semeru adalah perpaduan antara keyakinan spiritual dan fakta bencana alam yang nyata.

Legenda Sang Mahameru

Gunung Semeru menyimpan kisah legenda yang hidup dalam budaya masyarakat Jawa dan Bali. Berdiri megah di sisi selatan Jawa Timur, Gunung Semeru dikenal pula sebagai Mahameru, gunung suci yang dipercaya menjadi tempat bersemayam para dewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari detikJatim, legenda Gunung Semeru tertulis dalam naskah kuno Tantu Pagelaran, yang diyakini berasal dari abad ke-15. Dalam kitab ini diceritakan bahwa dahulu kala, Pulau Jawa terombang-ambing di tengah lautan, belum memiliki penyangga yang kokoh.

Untuk menstabilkan Pulau Jawa yang terus bergoyang, Batara Guru, penguasa alam para dewa, memerintahkan para dewa dan raksasa untuk memindahkan Gunung Mahameru dari India ke Pulau Jawa. Gunung suci itu dipercaya dapat menjadi paku yang mengokohkan daratan Jawa.

ADVERTISEMENT

Dalam proses pemindahan tersebut, Dewa Wisnu menjelma menjadi kura-kura raksasa untuk menggendong Gunung Mahameru di punggungnya. Sementara itu, Dewa Brahma berubah menjadi ular panjang yang membelit gunung sekaligus tubuh kura-kura agar gunung tidak terjatuh selama perjalanan.

Saat tiba di Pulau Jawa, para dewa pertama kali meletakkan Mahameru di bagian barat pulau. Namun, karena ukurannya yang sangat besar dan berat, bagian timur Pulau Jawa terangkat ke atas. Maka, mereka memindahkan Mahameru ke sisi timur agar pulau ini menjadi seimbang.

Ketika dipindahkan, posisi Mahameru miring ke utara. Untuk menyeimbangkan posisi, ujung gunung itu dipotong dan bagian yang dipotong diletakkan di barat laut. Potongan gunung itu diberi nama Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal sebagai Gunung Penanggungan. Tak heran masyarakat meyakini Gunung Penanggungan sebagai "replika" Semeru.

Bagian utama Mahameru yang tetap berdiri tegak di timur Pulau Jawa kini dikenal sebagai Gunung Semeru. Dalam kepercayaan masyarakat Hindu, khususnya di Bali, Gunung Semeru dianggap sebagai tapak dari Gunung Agung di Bali.

Bahkan, dalam upacara keagamaan tertentu, umat Hindu Bali sering mempersembahkan sesaji kepada Gunung Mahameru sebagai penghormatan kepada para dewa. Gunung Semeru diyakini sebagai tempat bersemayamnya Dewa Shiwa (Siwa).

Nama "Jawa" sendiri, menurut legenda, berasal dari pohon jawawut yang tumbuh subur saat Dewa Shiwa datang ke pulau ini. Masyarakat Jawa dan Bali masih meyakini bahwa gunung adalah tempat tinggal para dewa, Hyang, dan makhluk halus.

Gunung Semeru bukan hanya pusat geografis, tetapi juga penghubung antara bumi dan kayangan, alam manusia dan alam dewa. Kepercayaan ini tercermin dalam berbagai ritual, larangan, dan tradisi spiritual yang berkembang di sekitar gunung.

Letusan Terbesar Gunung Semeru

Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Sejak letusan pertama yang tercatat pada awal abad ke-19, Gunung Semeru terus menunjukkan aktivitas vulkaniknya, mulai dari letusan kecil hingga erupsi besar yang memakan korban jiwa.

Beberapa peristiwa bahkan menjadi tragedi nasional karena dampaknya yang luas terhadap permukiman, lahan pertanian, dan keselamatan warga. Berikut ini rincian letusan-letusan terbesar Gunung Semeru sejak pertama kali tercatat hingga tahun 2025, berdasarkan data resmi dari berbagai sumber.

1. Letusan Terbesar Sepanjang Sejarah Semeru 29 Agustus 1909

Letusan yang terjadi pada 29 Agustus 1909 tercatat sebagai letusan paling mematikan dalam sejarah Gunung Semeru. Letusan ini bersifat eksplosif dengan indeks letusan vulkanik (VEI) 3, disertai aliran piroklastik yang sangat merusak.

Akibat letusan tersebut, sebanyak 38 pemukiman hancur dan sekitar 600-800 hektare lahan pertanian tertimbun material vulkanik. Sebanyak 208 jiwa dilaporkan meninggal dunia, menjadikannya letusan dengan jumlah korban tertinggi dalam catatan sejarah Gunung Semeru.

2. Banjir Lahar 1981

Meski bukan berasal dari letusan langsung, peristiwa tahun 1981 tetap tercatat sebagai salah satu tragedi besar Gunung Semeru. Hujan lebat yang mengguyur kawasan puncak menyebabkan danau kawah meluap, memicu banjir lahar yang mengalir deras ke permukiman.

Akibatnya, 26 desa terendam, 251 orang meninggal dunia, 120 lainnya hilang, dan 152 orang mengalami luka-luka. Banjir ini menunjukkan bahwa ancaman Gunung Semeru tak selalu berupa letusan, tapi juga bahaya sekunder seperti lahar yang sangat merusak.

3. Guguran Lava dan Awan Panas Mematikan Desember 2021

Tragedi letusan 4 Desember 2021 menjadi salah satu momen paling memilukan dalam sejarah terbaru Gunung Semeru. Runtuhnya kubah lava akibat hujan ekstrem memicu delapan guguran awan panas dengan jarak luncur hingga 4 kilometer. Peristiwa ini disertai letusan eksplosif berulang pada 4-5 Desember 2021.

Korban jiwa tercatat sebanyak 57-69 orang meninggal dunia, dengan ratusan lainnya luka-luka. Lahar dari erupsi ini menyapu kawasan lebih dari 10 kilometer di sepanjang lembah Besuk Kobokan. Skala letusan diperkirakan mencapai VEI 3 hingga 4, menjadikannya salah satu yang terkuat dalam sejarah modern Semeru.

4. Awan Panas Jauh hingga 19 Km Desember 2022

Hanya berselang satu tahun dari erupsi besar sebelumnya, Desember 2022 kembali mencatat aktivitas vulkanik berbahaya. Pemicu utama kali ini adalah runtuhnya kubah lava saat musim hujan monsun.

Peristiwa ini menyebabkan aliran piroklastik meluncur hingga 19 kilometer dari kawah. Dampak yang meluas ini membuat PVMBG menaikkan status Gunung Semeru dan mengeluarkan imbauan evakuasi besar-besaran bagi masyarakat di zona rawan.

5. Fase Letusan Beruntun yang Konsisten Periode 2014-2017

Dalam periode 2014 hingga 2017, Gunung Semeru mengalami erupsi secara terus-menerus, menjadikannya salah satu fase letusan paling aktif dalam sejarah modern gunung ini. Menurut catatan VolcanoDiscovery, Gunung Semeru menunjukkan letusan dengan skala VEI 2-3.

Letusan Gunung Semeru terjadi dengan aliran piroklastik rutin, yang meskipun tidak menimbulkan korban sebanyak letusan 1909 atau 2021, namun tetap berpotensi tinggi menyebabkan kerusakan dan gangguan aktivitas masyarakat.

6. Aktivitas Berkelanjutan 2021-2025

Gunung Semeru dikenal sebagai gunung api tipe aktif terus-menerus sejak 1967, namun sejak 2021 hingga 2025, aktivitasnya kian meningkat. Tercatat bahwa dari tahun 1818 hingga 2025, sudah terjadi banyak letusan dengan dominasi skala VEI 2-3.

  • Tahun 2021 mencatat dua letusan besar (16 Januari dan 4 Desember) dengan total korban jiwa puluhan orang.
  • Tahun 2022, aliran awan panas kembali terjadi hingga 19 km.

Memasuki tahun 2025, berdasarkan data MAGMA Indonesia hingga Juli, Gunung Semeru telah mengalami lebih dari 2.041 letusan, menjadikannya gunung dengan jumlah letusan terbanyak di Indonesia sepanjang tahun tersebut.

Meski letusan Gunung Semeru didominasi skala kecil dan sedang, konsistensinya yang tinggi membuat status gunung tetap berada di Level II (Waspada) hingga Level III (Siaga) dalam beberapa periode.

Legenda Gunung Semeru sebagai paku Pulau Jawa bukan sekadar cerita masa lalu. Ia adalah bagian dari identitas budaya yang memperkaya narasi spiritual Nusantara. Kisah para dewa yang memindahkan Mahameru dari India ke Jawa mengajarkan bahwa alam dan manusia tak terpisahkan dalam harmoni semesta.




(hil/irb)


Hide Ads