.webp)
Aktivitas berkemah selain digunakan untuk healing mengisi waktu libur, juga bisa menjadi hobi bagi sebagian orang. Seperti yang dirasakan para anggota komunitas Kemah Keluarga Indonesia (K3I) yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Para anggota K3I ini berasal dari berbagai latar belakang seperti, pencinta alam, pegawai kantoran, aparatur sipil negara (ASN) hingga tukang ojek. Hal itu menunjukkan bahwa komunitas ini terbentuk untuk mewadahi para pegiat kemah yang memiliki hobi sama.
Pendiri K3I, Bharata Ceppy Asmara Lubis mengatakan, K3I awalnya mulai terbentuk pada 2016 di Jabodetabek. Dari situ, anggota semakin bertambah dan kemudian semakin besar dan menyebar di Indonesia. Sebut saja mulai di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan hingga Sulawesi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, komunitas ini pernah memecahkan rekor MURI dengan jumlah peserta kemah mencapai 2.019 orang. Rekor itu dipecahkan saat K3I menggelar kemah bersama atau kopdar di Bukit Golf Cibodas, Jawa Barat.
"Selama ini, K3I rutin setiap beberapa bulan sekali menggelar kegiatan Kopdar di beberapa provinsi, terutama Jawa Timur. Seperti di Jawa Timur ini sudah banyak spot kemah yang kami datangi, baik di Banyuwangi hingga Malang," kata Ceppy kepada detikJatim, Rabu (9/7/2025).
Tak hanya sebatas berkemah ala kadarnya, komunitas kemah krluarga ini selalu melakukan persiapan yang cukup matang saat berkemah. Seperti menyiapkan kebutuhan fasilitas penunjang hingga hiburan edukasi atau game-game seru yang bisa diikuti oleh seluruh peserta.
"Saat berkemah kami juga selalu menyelipkan beberapa kegiatan edukasi seperti pengenalan hewan kepada anak-anak dan bagaimana pentingnya menjaga alam dan lingkungan. Ini saya rasa sangat penting bagi perkembangan anak-anak ditengah era modern," terang Ceppy.
Kegiatan edukasi saat berkemah ini juga menjadi salah satu jawaban untuk mengurangi ketergantungan gawai, membangun karakter hingga menumbuhkan kemandirian pada anak.
"Sebisa mungkin setiap kegiatan saat berkemah itu anak-anak kami libatkan. Mulai dari memasak, nyalain kompor, pasang tenda. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar hidup mandiri," tandasnya.
(auh/hil)
