Usai Serang Pangkalan Nuklir, AS Dorong China Rayu Iran Tak Lakukan Ini

Kabar Internasional

Usai Serang Pangkalan Nuklir, AS Dorong China Rayu Iran Tak Lakukan Ini

Novi Christiastuti - detikJatim
Senin, 23 Jun 2025 16:30 WIB
(FILES) US Senator Marco Rubio testifies before a Senate Foreign Relations Committee hearing on his nomination to be Secretary of State, on Capitol Hill in Washington, DC, on January 15, 2025. The United States, the worlds biggest donor, froze virtually all foreign aid on January 24, 2025, making exceptions only for emergency food, and military funding for Israel and Egypt. Secretary of State Marco Rubio sent an internal memo days after President Donald Trump took office vowing an
Menlu AS Marco Rubio. (Foto: AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS)
Surabaya -

Militer Amerika Serikat (AS) atas perintah Presiden Trump mengebom 3 fasilitas nuklir milik Iran. Kini AS melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio mendorong China agar merayu Iran supaya negara itu tidak sampai menutup Selat Hormuz.

Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (23/6/2025), Rubio menyatakan itu setelah media Press TV melaporkan bahwa parlemen Iran menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz yang dilalui sekitar 20% permintaan minyak dan gas global.

"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka (Iran-red) tentang hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," kata Rubio dalam wawancara dengan program Fox News 'Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rubio mengatakan jika Iran melakukan itu, dia menyebutkan bahwa hal itu akan 'menjadi kesalahan terbesar lainnya' dan menyatakannya sebagai tindakan 'bunuh diri ekonomi'.

Dia sampaikan seraya mengatakan bahwa AS memiliki opsi untuk mengatasi penutupan Selat Hormuz, tetapi negara-negara lain di dunia dia minta turut mempertimbangkan dampak dari penutupan tersebut.

ADVERTISEMENT

"Itu akan merugikan ekonomi negara-negara lainnya jauh lebih buruk daripada ekonomi kami," kata Rubio yang juga menjabat sebagai penasihat keamanan nasional AS.

Rubio mengatakan langkah menutup Selat Hormuz akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan tanggapan dari AS dan negara-negara lainnya.

Sayangnya, sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Kedutaan Besar China di AS atas pernyataan Rubio itu.

Perlu diketahui, Selat Hormuz yang terletak di antara Oman dan Iran menghubungkan kawasan Teluk di Timur Tengah dengan Teluk Oman di sebelah selatan dan Laut Arab di seberangnya.

Perairan ini memiliki lebar 33 kilometer pada titik tersempit dengan jalur pelayaran hanya selebar 3 kilometer di kedua arahnya.

Para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan Washington telah "menghancurkan" situs nuklir utama Iran dengan menggunakan 14 bom penghancur bunker berjumlah lebih dari 2 lusin rudal Tomahawk, dan melibatkan lebih dari 125 pesawat militer.

Serangan AS itu menandai eskalasi konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung. Teheran telah bersumpah akan membela diri.

Rubio, dalam peringatannya pada Minggu (22/6) mengatakan tindakan semacam itu akan menjadi "kesalahan terburuk yang pernah mereka buat". Dia menambahkan AS siap berunding dengan Iran.

Keputusan final untuk menutup Selat Hormuz, menurut laporan Press TV, akan diambil oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran setelah parlemen Teheran dilaporkan mendukung langkah itu.

Iran sejak lama menggunakan ancaman penutupan Selat Hormuz sebagai cara untuk menangkal tekanan Barat yang sekarang mencapai puncaknya setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklirnya.

Ketika ditanya apakah Iran akan menutup Selat Hormuz, Menlu Abbas Araghchi mengelak untuk menjawab: "Berbagai pilihan tersedia bagi Iran."

Artikel ini sudah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads