Antrean panjang di sejumlah SMA Negeri di Surabaya sejak dini hari untuk pengambilan PIN Seleksi Pemilihan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026 viral di medsos. Sejumlah orang tua siswa mengeluhkan rumitnya proses pendaftaran sekolah karena ada yang online tapi ada yang offline.
Soal pengambilan PIN, sejumlah wali murid mengeluhkan kuota penuh saat mendatangi sekolah untuk mendapatkan PIN. Bahkan, mereka harus datang ke sejumlah SMA/SMK negeri saat dini hari demi mendapatkan nomor antrean untuk verifikasi dan pengambilan PIN untuk anaknya.
Anindita (22), kakak salah satu calon siswa SMK Negeri asal Surabaya mengatakan bahwa siswa harus mendaftar lebih dulu di situs SPMB. Setelah itu muncul lokasi pengambilan PIN di SMA/SMK negeri terdekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma pengambilan nomer saja. Awalnya di SMKN 7 dua kali ke sana kuotanya penuh terus (pada Sabtu (7/6))," ujar Anindita saat dihubungi wartawan, Selasa (10/6/2025).
Adiknya mencoba mengambil di sekolah lain yang ada di daftar pilihan pengambilan PIN. Beruntung adiknya mendapatkan nomor, sebab telah berangkat antre sejak subuh.
"Alhamdulillah-nya, ngambil di SMAN 8 kebagian, dapat antrean 97. Di situ ada orang yang berangkat jam 03.00 WIB, posisi adik saya berangkat jam 04.00 WIB," ujarnya.
Dia mengaku mengantar adiknya mengambil PIN saat kondisi masih gelap. Saat datang di lokasi antrean sudah mengular panjang. Dia pun sempat memvideo antrean panjang itu dan menjadi viral di media sosial.
Menurutnya, sistem pengambilan PIN ini sangat menyulitkan orang tua. Dia berharap ke depan secara keseluruhan sistem pendaftaran maupun pengambilan PIN berbasis online.
"Ribet, kasihan orang tua yang sepuh harus antre jam 03.00 WIB. Semoga tahun depan dipermudah online semua," harapnya.
Hal yang sama disampaikan Juli, warga Krembangan salah satu wali murid siswa. Dia mengaku mendatangi SMAN 8 Surabaya sejak pukul 04.00 WIB bersama anaknya yang hendak mendaftar sekolah.
Juli mengaku rela datang subuh karena khawatir antrean panjang seperti yang viral di media sosial. Beberapa hari sebelumnya, ia bahkan tidak berhasil mendapatkan PIN di beberapa sekolah akibat kuota penuh.
"Takutnya antre. Pernah di SMKN 2 sama SMAN 7, sudah tiga hari nggak dapat sama sekali, untuk pelayanannya nggak ada. Nggak seperti di sini, kalau di sini datang dikasih nomor antrean. Kalau di SMA 7 disuruh antre aja nggak dikasih nomor antrean," ceritanya.
Ia menyebut, saat itu antre dari pagi hingga siang lalu diminta pulang karena kuota habis. Hal itu dialaminya hingga tiga kali.
"Terus siang disuruh pulang bilangnya sudah habis penuh kuotanya. Sampai 3 gitu terus. Hari Sabtu sama Senin (kemarin)," tambahnya.
(dpe/abq)