Dua oknum wartawan dikepung siswa SMKN 1 Kota Kediri viral di media sosial saat menawarkan kerjasama ke sekolah. Insiden itu terjadi karena oknum wartawan dinilai mengadu domba sekolah dengan kepala cabang dinas setempat lewat berita yang ditulis.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Kediri, Adi Prayitno buka suara menyikapi insiden tersebut. Ia menyebut insiden tersebut kesalahpahaman antara pihak sekolah dan wartawan.
"Terkait viralnya SMKN 1 Kota Kediri, ada kesalahpahaman antara pihak sekolah dan juga dari salah satu pers. Prinsipnya hanya kesalahpahaman, tidak ada masalah yang krusial," kata Adi, Kamis (5/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembelajaran tetap berlangsung dengan kondusif, dan guru, kepala sekolah, serta anak-anak tidak membahas kejadian yang kemarin," imbuhnya.
Adi juga menjelaskan bahwa reaksi dari siswa dan guru adalah bentuk spontanitas. Sebab mereka yang dilandasi rasa cinta terhadap sekolah mereka.
"Semata-mata hanya spontanitas dari siswa, guru maupun kepala sekolah, karena begitu mencintai almamaternya, sekolah tercintanya SMKN 1 Kota Kediri," terang Adi.
Lebih lanjut, Adi mengajak semua pihak untuk mengedepankan persatuan dan musyawarah. Terutama dalam menyikapi perbedaan pendapat.
"Kepala sekolah, guru senantiasa mendampingi kegiatan belajar dan praktik siswa seperti hari-hari sebelumnya. Maka jika ada pemberitaan yang bernuansa opini, itu sepenuhnya adalah pendapat pribadi. Prinsipnya, SMKN 1 Kota Kediri tetap kondusif, begitu pula dengan sekolah-sekolah SMA/SMK lainnya di Kediri," pungkas Adi
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan dua oknum wartawan dikerumuni puluhan siswa SMKN 1 Kota Kediri viral di media sosial. Peristiwa ini diketahui terjadi pada Rabu (4/6/2025).
Peristiwa tersebut berawal saat kedua oknum wartawan datang ke sekolah. Mereka saat itu hendak mengajukan kerja sama dengan sekolah.
Namun kehadiran mereka justru memicu ketegangan. Sebab Kepala SMKN 1 Kota Kediri, Edy Suroto merasa disudutkan dalam pemberitaan yang ditulis oleh kedua oknum wartawan tesebut.
Situasi sempat memanas ketika para siswa mendesak kedua wartawan membuat surat pernyataan dan permintaan maaf. Mereka juga diminta menghapus berita. Sejumlah siswa bahkan tampak membawa linggis kecil, dan berbagai benda tumpul.
Terlebih berita tersebut dinilai mengadu domba pihak sekolah dan dengan kepala cabang dinas (badin) dan Kepala Sekolah sebelumnya.
"Seolah beritanya mengadu antara saya dan pak kacabdin (kepala cabang dinas) dan selanjutnya mengadu saya dengan kepala sekolah sebelum saya. Itu kan tidak bagus dan tidak sesuai," kata Edy Suroto.
(auh/abq)