Mengenal KEK Singhasari yang Lagi Ramai Diprotes Warga Malang

Mengenal KEK Singhasari yang Lagi Ramai Diprotes Warga Malang

Katherine Yovita - detikJatim
Senin, 05 Mei 2025 11:40 WIB
kek singhasari
KEK Singhasari (Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikJatim)
Malang -

Di balik ambisi besar pemerintah menjadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari sebagai pusat ekonomi kreatif dan teknologi berbasis wisata sejarah di Malang, kini mulai muncul suara-suara sumbang dari warga sekitar.

Sejumlah spanduk penolakan terpampang di sepanjang jalan menuju kawasan tersebut, menandakan tak semua pihak merasakan manfaat yang dijanjikan.

KEK Singhasari, yang di atas kertas digadang-gadang mampu menggairahkan perekonomian lokal dan menjadi magnet investasi, justru menuai kritik dari sebagian warga Desa Klampok, Kecamatan Singosari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa sebenarnya potensi, konsep besar, dan pro-kontra di balik kawasan ekonomi khusus pertama berbasis teknologi dan pariwisata ini? Simak profil lengkapnya berikut ini.

Apa Itu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)?

Diresmikan pada 27 September 2019, KEK Singhasari menjadi KEK pertama di Indonesia yang fokus pada pengembangan teknologi yang bersinergi dengan sektor pariwisata berbasis heritage dan historical tourism.

ADVERTISEMENT

Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan dengan batas tertentu yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi ekonomi dan memperoleh fasilitas serta insentif tertentu. Kawasan ini hadir untuk menarik investasi, membuka lapangan kerja, serta mendorong pemerataan pembangunan.

Lokasi Strategis KEK Singhasari Malang

KEK Singhasari berada di wilayah Malang, Jawa Timur, tepatnya di kaki Gunung Arjuna. Lokasinya sangat strategis karena:

  • Terhubung dengan ruas tol Pandaan-Malang
  • Dekat dengan Jalan Nasional Gempol-Malang
  • Mudah diakses dari Stasiun Kota Malang, Bandara Abdul Rachman Saleh, Bandara Juanda Surabaya, hingga Pelabuhan Tanjung Perak

Dikutip dari laman resmi Singhasari, kawasan ini berada di situs bersejarah bekas pusat Kerajaan Singhasari yang sangat berpengaruh di Asia Tenggara pada abad ke-13.

Tema dan Konsep KEK Singhasari

Mengusung tema heritage dan historical tourism, KEK Singhasari hadir sebagai kawasan wisata sejarah yang dipadukan dengan pengembangan teknologi digital. Kawasan ini memiliki luas 120,3 hektare, dan diharapkan dapat menjadi ekosistem digital pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan sektor pariwisata.

Dilansir dari Kemenparekraf, kawasan ini tak hanya menyajikan wisata alam dan sejarah, tetapi juga menjadi pusat inovasi teknologi di bidang digital, multimedia, animasi, hingga game development.

Spanduk tuntut pembubaran KEK Singhasari bermunculanSpanduk tuntut pembubaran KEK Singhasari bermunculan Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim

Alasan Penetapan KEK Singhasari

Beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi ditetapkannya KEK Singhasari antara lain:

  • Lokasi yang strategis secara geografis
  • Potensi besar pengembangan ekonomi digital dan pariwisata
  • Demografi Malang Raya yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif
  • Nilai historis kawasan yang erat dengan peninggalan Kerajaan Singhasari

Transformasi Ekonomi di Tengah Pandemi

KEK Singhasari diresmikan saat Indonesia tengah menghadapi pandemi Covid-19. Meski begitu, kawasan ini tetap hadir sebagai bentuk optimisme pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor ekonomi kreatif dan digital.

Manfaat KEK Singhasari bagi Ekonomi Daerah

Kehadiran KEK Singhasari diyakini mampu:

  • Menarik lebih banyak investor domestik maupun asing
  • Membuka lapangan kerja baru di sektor pariwisata dan teknologi
  • Menghidupkan kembali wisata sejarah di Malang Raya
  • Menjadi pusat pengembangan teknologi digital di Indonesia bagian timur.

Gelombang Protes Warga Sekitar

Ada belasan spanduk protes yang tersebar di sejumlah titik. Beberapa berisi ungkapan kekesalan, karena menilai keberadaan KEK tidak membawa dampak positif bagi warga setempat.

Spanduk yang terpasang, di antaranya bertuliskan 'Singosari Bukan Kawasan Bisnis, tapi Kawasan Santri! Tolak Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari yang Merusak Alam dan Kehidupan!'.

Ada pula spanduk lain bertuliskan 'Singosari ora didol! KEK mek nggusur rakyat ambek ngrusak alam tok! Endi Manfaate gae warga?' (Singosari bukan untuk dijual! KEK hanya menggusur rakyat dan merusak alam saja! Mana manfaatnya untuk warga?).

Lalu, ada juga spanduk 'KEK=Kapitalisme Eksploitasi Kawasan! Singosari kudu diselametno teko penjajah!' (Singosari harus diselamatkan dari penjajah!).

'Wis 3 tahun mlaku ganok manfaate gae warga Singosari. Pak Presiden Prabowo, tulung bubarno ae wis KEK iki!' (Sudah 3 tahun berjalan tidak ada manfaatnya bagi warga Singosari. Pak Presiden Prabowo tolong bubarkan saja KEK ini!).

Menanggapi spanduk-spanduk yang tersebar di sejumlah titik itu. Tokoh budaya yang juga warga Singosari, Ki Ardhi Purbo Antono menyatakan, aksi protes ini merupakan luapan kekesalan warga yang sudah ditahan selama bertahun-tahun.

"Program kerakyatan dengan tujuan kemakmuran jangan menggunakan jasa makelar intelektual yang mengakibatkan tatanan carut marut, negara bangkrut, rakyat semrawut," ujar Ki Ardi kepada wartawan, Sabtu (3/5/2025).

Ki Ardi menilai, yang terjadi saat ini adalah buah dari kebijakan KEK yang dirancang dan dijalankan tanpa melibatkan warga dan memperhatikan kearifan lokal.

Pria yang pernah meraih penghargaan Pemuda Pelopor Seni Dan Budaya Nasional tahun 2009 dari pemerintah itu sepakat jika KEK dikaji ulang dan bahkan dibubarkan. Sebab, keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari dinilai stagnan dan tidak jelas.

"Berbicara sejarah Singosari sebagai tanah sakral, kehadiran KEK ini tidak mengembalikan spirit kejayaan masa lalu dan tidak menyentuk nilai adat tradisi dan kebudayaan," ungkapnya.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads